Tuesday, June 6, 2023
Thursday, April 2, 2020
Ketika Corona Buat Kita Jadi Nothing
Corona Virus
COVID-19
Berasal dari China, Wuhan
Kemudian menyebar ke dunia berbagai belahan
Korban mulai banyak berjatuhan
Banyak orang mengalami kerugian
Apakah ini hukuman?
Corona beri kita secercah harapan
Memberi kita alasan
Untuk hidup setidaknya satu siang kedepan
Tapi kita berdoa saja harusnya kita hidup ratusan bulan ke depan
Kita mulai kerja dirumah
Karena virus ini tidak ramah
Sudah menjadi wabah
Kita harus tabah
Corona ini musuh tak terlihat
Sekarang kita hanya bisa jaga diri agar selamat
Jangan nongkrong di berbagai tempat
Berhenti keluar rumah jika tidak perlu amat
Friday, July 26, 2019
PUASA SOCIAL MEDIA
---------
Saya jadi ingat waktu saya belajar sosiologi dulu, di zaman yang secanggih ini, seperti yang dikatakan Anthony Giddens, tak ada waktu dan ruang yang istimewa, ruang semakin lama semakin tidak dipakai, maksudnya dalam orang berhubungan dengan orang yang berjauhan jarak fisik.
Media sosial saat ini lebih banyak digunakan sebagai alat pencitraan diri oleh banyak orang, mereka berdramaturgi, begitu dikatakan oleh Erving Goffman. Membangun citra diri sebaik mungkin dan di share di akun miliknya sendiri dan atau menggunakan buzzer.
Kita semakin pasif, semakin tidak bisa membedakan antara yang nyata atau hanya sekedar tontonan. Kita kehilangan substansi pertemuan yang sesungguhnya, kualitas melebihi kuantitas. Mungkin di masa depan pertemuan di dunia nyata adalah hal yang langka, mungkin.
Ah, tapi saya tidak suka berdrama, apalagi berdramaturgi.
Friday, March 30, 2018
Internet Addict
We are good showing people that life is amazing. Even though we're depressed, right?
We're growing up in a Facebook and Instagram world
Seorang psikolog klinis dari Dimensions Centre, Hong Kong, Dr. Joyce Chao menyatakan bahwa penggunaan internet secara berlebihan bisa berimbas pada kemampuan mengingat jangka pendek, konsentrasi, dan rentang perhatian seseorang.
“Gawai kita—dan konten yang ditampilkan di dalamnya—didesain untuk membikin candu, jadi tidak mengejutkan bila hal ini membuat kita begitu terikat…Khususnya bila kita menyalakan notifikasi dan kita terbiasa mengecek media sosial, berita-berita, dan hal-hal sejenisnya. Orang-orang juga berharap kita membalas pesan sesegera mungkin, sehingga ketika kita tidak dapat melakukannya dengan alasan apa pun, kecemasan menghampiri dan ini berpengaruh terhadap mood serta konsentrasi kita,” kata Chao.
![]() |
From tirto.id |
Membaca itu membuat saya khawatir. Akhirnya saya sedikit demi sedikit mengubah kebiasaan saya seperti jarang update status di media sosial, menyempatkan berolahraga setelah pulang kantor atau bermain gitar di kamar. Saya mencoba untuk tidak khawatir ketika ada pesan masuk. Tidak mudah memang, namun harus dipaksakan.
Sunday, December 24, 2017
Racauan Akhir Tahun
Thursday, January 12, 2017
Stress ! Go Out !

![]() |
Maia gak pake y tapi pake i |
Saturday, July 30, 2016
Biasanya
Sudah pukul 01.42 dinihari.
Rumah rasanya beda. Beda banget.Setiap pulang kerumah, selalu emosional, ada yang hilang. Masih gak percaya. Biasanya Abah selalu telpon saya saat perjalan puang dari Pangkalan Kerinci ke Pekanbaru. Setiap Sabtu siang, suara beliau selalu terdengar diujung telepon "Dijemput dimana, nak?". Sekarang sudah tidak ada lagi. Setiap saya masuk rumah biasanya dari jendela pasti melihat Abah sedang nonton. Sekarang pun tv jarang ada yang nonton. Biasanya juga kita setiap weekend minum kopi di boffet abang dan makan nasi goreng di dekat Djuanda. Sekarang itu itu sudah jadi kenangan dalam pikiran saya.
Sebulan sudah aku tanpamu
Rasanya berat
Kok cepat ya
Baru aja kemarin maaf-maafan sebelum masuk puasa, rupanya kita gak bareng di lebaran kali ini.
Maaf karena gak sering pulang tiap minggu.
Maaf, gak bisa pulang di minggu terakhir yang harusnya saya bisa lihat abah,nyesal banget rasanya gak pulang.
Tenang di sana Abah, I always love you, my handsome Dad. Sudah bahagia sama Ibu di sana.
Monday, September 7, 2015
RASAKANLAH ASAP
Kualitas udara berbahaya di papan ISPU kota Pekanbaru.
Sudah seminggu lebih kualitas udara Pekanbaru tidak sehat, bahkan sekarang berbahaya.
Angka penderita ISPA sudah mencapai puluhan ribu, data terakhir dinas kesehatan Riau mengatakan sudah 12.262 warga Riau terkena Ispa, dan Pekanbaru menjadi penderita ISPA teratas, sejak 29 Juni hingga 6 September 2015 mencapai angka 2160.
Mau kemana kita mengungsi? Mau kemana? Kalau yang punya duit biza keluar kota, kalau kere? Rasekan lah kalian warga Riau.
Bahkan memyemprotkan parfum ke baju, sudah bau asap.
Sudah dipadamkan, kemudian muncul lagi, dipadamkan muncul lagi. Semuanya rugi, yang tidak rugi pembakar lahan.
Siapa yang di salahkan? Saya mengatakan banyak pihak. Saat ini memang banyak yang menyalahkan pemerintah, itu tidak salah, silahkan lanjutkan, buat sampai media asing memberitakan. Postinglah sepuasnya, kawan, tulis keluh kesahmu di media sosial dengan hastag #18TAHUNDENGANASAP . Karena sebagai warga kita berhak mendapatkan udara yang sehat. Negara merebutnya.
Setiap tahun kita selalu mengeluh dengan bencana yang dibuat sendiri. Setiap tahun. Bahkan ini sudah hampir empat bulan. Apakah mereka sibuk ngurusin PILKADA?
70 tahun Indonesia ini Presiden bilang Ayo kerja. Sudah bekerjakah presiden kita? Kita mau mengadu kemana selain Tuhan? Sudah blusukan? Oh iya, saya lupa, dia kan pengusaha Mebel, oh iya, lupa. Kadang emang gak nyambung ya.
Media nasional lebih banyak membahas fadzon yang gendut dan ketua DPR yang gembrot itu ketika bertemu ai Trump. Sampai-sampai warga Indonesia terhanyur oleh berita itu, termasuk saya. Mereka tidak penting untuk dibahas. Karena Jutaan masyarakat Riau haus akan udara sehat.
Kepercayaan atas pemerintah mulai terkikis, kemudian apatis, lalu dicap tidak nasionalis. Begitulah.saya ngantuk.
Thursday, September 3, 2015
PALSU
Aku merasa hidupku terasa palsu sekarang. Aku menipu diri sendiri.
Apa yang aku kerjakan adalah sesuatu yang takku sukai. Berbasa basi dengan orang lain, berpura-pura tidak terjadi apa-apa, merecoki negara (pemerintah), menerima telpon dari nomor yang tak dikenal, atau berpura-pura tertarik dengan suatu topik. Atau bertemu orang-orang yang bertopeng baik.
Ada lagi obrolan yang sedikit "kasar" atau hal-hal yang kurang bagus sering aku dengarkan. Hal-hal yang tak lazim dibicarakan.
Hampir setahun ini, aku menghabiskan waktu di luar rumah. Menulis disuatu tempat sampai malam. Dulunya aku tak seperti ini, aku hanya sesekali pergi ketempat ramai, itupun kalau diajak temanku, tapi sekarang, hampir setiap hari.
Saat ini aku merasa dimanfaatkan beberapa orang, bukan drama. Ketika memberi yang baik, malah mendapatkan yang kekecewan. Padahal hidup harua seimbang, soalnya "kita sama-sama cari duit".
Aku punya hasrat untuk keluar dari suasana seperti ini, tetapi aku ragu, apa setelah ini aku bisa mendapatkan yang lebih baik? Atau aku bisa melakukan hal selain ini. Pikiran itu selalu ada dalam otakku.
Aku benci orang-orang yang sok idealis dan membuat kita menjadi orang independen tetapi ternyata adalah mereka ini melakukan sebaliknya.
Semoga Tuhan membalas semuanya dan hal-hal baik bisa aku dapatkan sepanjang hidupku.
Mungkin fase ini aki dihadapkan dengan dunia yang sebenarnya.
Kalau Sapardi Bilang, yang Fana adalah waktu, kita abadi. Tapi kita itu siapa ya?
Monday, August 31, 2015
PIKNIK
![]() |
The Beatles / Google.com |
![]() |
Adhitia Sofyan / Google.com |
Monday, August 24, 2015
Ketika Menulis Puisi Sapardi
"Tak ada yang lebih tabah dari hujan di bulan Juni, tapi hujan di bulan Agustus juga tak kalah tabah..."
Almost everyday, i hear dirty words. Tumbuang, demon, pantek, stupid, etc.The first words ever directed to me, directly, saya masih ingat itu. Seriously, kata-kata itu tak terdengar baik untuk saya yang hidup dengan lurus-lurus saja, biasa-biasa saja.
Saturday, August 15, 2015
I Will Stay
Sedih.
Saya berpikir apa yang sudah saya lakukan di masa lalu, apa yang sudah saya tinggalkan. Kesalahan saya di masa lalu.
Banyak hal yang ingin ditumpahkan, banyak rasanya ingin diceritakan. Tapi sangat susah merangkai kata-kata yang akan dikeluarkan dari mulut.
Saya terkadang kesal. Hal itu tidak bisa keluar.
Jujur, terkadang saya merasa kesepian, butuh teman untuk bercerita hal-hal yang serius, remeh temeh, hal-hal yang sedikit gila.
Jujur, saya sekarang sedang tidak bersemangat untuk melakukan apa yang setiap hari menjadi rutinitas saya. Saya seperti dibunuh oleh rutinitas. Tapi saya harus melanjutkannya.
Jujur, sekarang saya tak begitu bahagia. Seperti ditertawakan semesta dan semesta berkata, apa yang kamu lakukan sekarang? Apa itu tujuanmu?
Jujur, saya sekarang kehilangan semangat. Butuh injeksi tapi tak tahu formula apa yang saya butuhkan.
Jujur, saya rindu membaca Coelho, Murakami, dan bacaan yang buat saya seperti hidup kembali. Sambil mendengar playlist ringan.
Sepertinya tetap akan bertahan, entah sampai kapan.
Sunday, May 24, 2015
Dari Coldplay Hingga Norwegian Wood
Friday, April 3, 2015
Rutinitas
Beberapa hari belakangan saya merasa tak bahagia, merasa kehilangan semangat, susah konsentrasi. Kegiatan beberapa bulan ini mungkin membuat saya bosan. Rutinitas ini mulai membuat isi kepala runyam, seperti terserang dementor dalam film Harry Potter.
Mesin semangat saya sepertinya sedang turun. Saya sudah berusaha membuangnya, saya sudah pergi menonton sebuah film, bernyanyi sampai kehabisan tenaga di ruang karaoke bersama teman saya, pergi sendirian ke suatu tempat ramai. Tetapi semua itu tak ampuh untuk mengembalikan semangat saya.
Kadang saya pikir, saya harus melakukan sesuatu yang baru. Tetapi untuk saat ini saya belum bisa, saya belum mampu. Saya ingin sekolah lagi, itu saja. Saya rindu membahas manusia yang sekarang sudah terlalu mainstream, termasuk saya juga di dalam lingkaran itu, terkadang.
Saya rindu perjalanan. Rindu ke tempat asing, rindu mendengar aksen yang berbeda, bahasa yang berbeda, rindu udara segar, rindu melarikan diri sejenak.
Sebagai manusia, saya mengalami kesulitan besar untuk memusatkan perhatian pada masa sekarang. Saya selalu berpikir tentang apa yang telah saya lakukan, tentang bagaimana saya seharusnya melakukannya, tentang berbagai konsekuensi perbuatan saya, dan tentang betapa saya tidak berbuat seperti yang seharusnya.
Atau saya berpikir tentang masa depan, tentang apa yang akan saya lakukan besok, pencegahan-pencegahan apa yang harus saya lakukan, bahaya-bahaya yang menanti saya di masa depan sana, bagaimana cara mencegah apa yang tidak saya inginkan dan bagaimana cara mendapatkan apa yang selalu saya dambakan.
Menggunakan kata-kata tidak berarti apa-apa. Saya harus menceburkan diri saya yang sudah tercemar dengan rutinitas.
Sebenarnya bukan rutinitas yang jadi masalah. Saya hanya tidak bahagia.
Saturday, January 17, 2015
Aku Ingin Pulang
Ditengah kegiiatan piket yang membosankan ini, saya hanya ingin mengatakan Aku Ingin Pulang, memeluk guling dengan khusyuk.
Thursday, October 16, 2014
Jaman Apa Ini
Saya masih dalam fase-fase mencari, terus mencari dan mencari apa-apa yang dituntut. Dari mencari, sebagian ada hasil, sebagian tidak. Saya hanya saja menganggap bahwa saya mendapatkan hal-hal yang tidak adil. Merasa sudah berlari tetapi kenyataannya masih lari ditempat.
Di luar sana dituntut untuk menjadi macam-macam, bekerja, sukses, kaya, mapan, punya keluarga yang sakinah, membesarkan anak-anak soleh, membeli mobil (kalau bisa dua), liburan ke luar negeri, dan mengikuti perkembangan jaman beserta gadget-gadgetnya. Semua itu melahirkan pusing di kepala tentang harus menjadi ini dan itu, baiknya punya abc sampai xyz.
Dan di luar sana, diharus mempunyai mimpi-mimpi besar raksasa, mewujudkan dengan pantang menyerah seperti Oprah. Pokoknya kita harus punya mimpi besar, seperti tak ada tempat untuk orang yang tak punya ambisi besar.
Sampai saya bertanya-tanya sebenarnya jaman apa yang sedang saya hidupi ini.