Skip to main content

RASAKANLAH ASAP

Kualitas udara berbahaya di papan ISPU kota Pekanbaru.
Sudah seminggu lebih kualitas udara Pekanbaru tidak sehat, bahkan sekarang berbahaya.
Angka penderita ISPA sudah mencapai puluhan ribu, data terakhir dinas kesehatan Riau mengatakan sudah 12.262 warga Riau terkena Ispa, dan Pekanbaru menjadi penderita ISPA teratas, sejak 29 Juni hingga 6 September 2015 mencapai angka 2160.

Mau kemana kita mengungsi? Mau kemana? Kalau yang punya duit biza keluar kota, kalau kere? Rasekan lah kalian warga Riau.

Bahkan memyemprotkan parfum ke baju, sudah bau asap.

Sudah dipadamkan, kemudian muncul lagi, dipadamkan muncul lagi. Semuanya rugi, yang tidak rugi pembakar lahan.

Siapa yang di salahkan? Saya mengatakan banyak pihak. Saat ini memang banyak yang menyalahkan pemerintah, itu tidak salah, silahkan lanjutkan, buat sampai media asing memberitakan. Postinglah sepuasnya, kawan, tulis keluh kesahmu di media sosial dengan hastag #18TAHUNDENGANASAP . Karena sebagai warga kita berhak mendapatkan udara yang sehat. Negara merebutnya.

Setiap tahun kita selalu mengeluh dengan bencana yang dibuat sendiri. Setiap tahun. Bahkan ini sudah hampir empat bulan. Apakah mereka sibuk ngurusin PILKADA?

70 tahun Indonesia ini Presiden bilang Ayo kerja. Sudah bekerjakah presiden kita? Kita mau mengadu kemana selain Tuhan? Sudah blusukan? Oh iya, saya lupa, dia kan pengusaha Mebel, oh iya, lupa. Kadang emang gak nyambung ya.

Media nasional lebih banyak membahas fadzon yang gendut dan ketua DPR yang gembrot itu ketika bertemu ai Trump. Sampai-sampai warga Indonesia terhanyur oleh berita itu, termasuk saya. Mereka tidak penting untuk dibahas. Karena Jutaan masyarakat Riau haus akan udara sehat.

Kepercayaan atas pemerintah mulai terkikis, kemudian apatis, lalu dicap tidak nasionalis. Begitulah.saya ngantuk.

Comments

Popular posts from this blog

Hari-Hari yang Terasa Kosong Tapi Tetap Jalan

Sudah tiga hari gue ngerasa hampa. Rasanya kosong banget. Kemarin lusa, gue bahkan udah masuk kerja, kerja dengan serius, pengin cepat-cepat pulang, dan rasanya overwhelmed banget. Tapi entah kenapa, walau gue ngerasa kosong begini, gue tetap bangun. Gue tetap kerja. Tetap makan. Dan walau kecil, gue rasa itu butuh sebuah keberanian. Gue gak tahu kenapa. Tapi gue ngerasa kosong banget jadi manusia beberapa hari ini. Setiap kali kayak gini, gue selalu menghela napas panjang, mencoba nulis apa yang gue rasain. Kadang gue tulis kayak cerita, tapi malah bikin gue makin lesu. Gak tahu mau ngapain. Gue cuma pengin baring. Baca cerita-cerita gue yang udah gue tulis. Gue juga lagi gak sedih. Tapi juga gak bahagia. Gue bahkan gak pengen buka media sosial. Gak pengen lihat Instagram, TikTok, atau YouTube. Gue kayak kehilangan arah. Seperti gak punya tujuan. Hidup gue diem, tapi waktu jalan terus. Tadi malam sebelum tidur, gue coba bersih-bersih ka...

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Coba Tenang Tapi Riuh

Hidup itu seperti berada di atas papan selancar, terkadang ombaknya tenang, terkadang menggulung-gulung seperti monster raksasa. Dan jujur saja, dalam beberapa bulan terakhir, rasanya saya lebih sering terhempas ombak daripada berdiri gagah di atasnya. Cemas? Oh, cemas itu sudah seperti teman lama yang tak diundang datang setiap hari. Mood buruk? Rasanya seperti awan hitam yang terus menempel di kepala, bahkan saat cuaca cerah. Bayangkan saja, saya, yang dulu penuh semangat menjalani hari-hari, tiba-tiba merasa kehilangan minat pada hal-hal yang biasa saya cintai. Olahraga? Sudah seperti cinta lama yang tak berbalas. Buku? Seakan huruf-huruf di dalamnya berubah menjadi semut-semut yang berlarian tanpa arah. Bahkan serial drama Korea yang biasanya menjadi sahabat setia saat malam datang, kini hanya menjadi tontonan latar belakang saat pikiran saya melayang entah ke mana. Hidup saya, meskipun penuh potensi, kadang terasa seperti teka-teki tanpa petunjuk. Saya berusaha sebaik mungkin untu...