Thursday, June 20, 2024

Sudah Sebulan

 Sudah sebulan, tapi aku masih suka membaca history chat kita di handphone.

Sudah sebulan, barusan ibumu menelponku. Aku sudah lama sekali tidak bicara dengannya.

Ibumu memulai dengan

‘Kamu baik-baik aja?’

‘Baik, semua, baik,’ kataku.

‘Masa?’ tanya ibumu.

‘Iya,’ kataku.

"Kami semua kangen sama dia’ kata ibumu. "Kangen banget.’

"Sekarang dia udah punya hidup yang baru, kamu juga bisa memberikan hidup yang baru untuk diri kamu. Kamu bisa menolong dirimu sendiri.’

Aku ingat kalimat ibumu ini mirip dengan yang kamu ucapkan. Aku ingat kita berdua selesai menonton Avengers kedua kalinya, lalu kamu membuang plastik minum di tempat sampah. 

Lalu, masih terbawa action film tersebut, aku berkata kepadamu, ‘Kapan pun kamu dalam bahaya, aku pasti tolongin kamu.’ Kamu malah menjawab, ‘Coba aku mau tanya. Kalau misalnya kita keracunan nih, penawarnya cuma satu. Kamu mau kasih ke siapa obatnya?’

Aku jawab dengan yakin, ‘Ke kamu lah.’

Kamu malah tertawa. ‘Aku gak mau. Aku mau kamu menolong dirimu sendiri.’

‘Kenapa?’ tanyaku.

‘Karena aku sayang kamu,’ katamu, sambil tersenyum.

Share:

Wednesday, June 5, 2024

When God Takes You Back

 Almost one month.

I'm finally ready to talk about it.

Writing has always been a way of escape for me in the past, penning all of my dark thoughts so I could live in the light of day.

It was not what I thought I was getting a call for on a Sunday morning. Yet we only met a week ago. We talked. We hang out together. You left without a word.

At that time, mostly, I just felt numb. Physically, I was there, but I didn’t feel here mentally. I worked and I studied for my postgrad classes. But I was not okay. I didn’t know how to deal with grief. I didn’t know how I was supposed to feel. 

We were together for 17 years. We bonded over our love for talking, our similar music tastes, and our perfectionism. We would talk for hours about the most mundane things or serious life decisions. We were so alike that sometimes we would argue and get into spats, but we always made up.

I don’t know what to say to explain how much it hurts and confuses me that you left so easily. It’s hard for me to understand how you could just walk away without a word, without telling me why or saying goodbye. It feels like you threw me away like I didn’t matter, like I was nothing to you.

I have no idea how many nights I spent crying myself to sleep, how many days I struggled to sleep, how many moments I felt like I couldn't breathe because the pain was too much to bear. There were times when I was suddenly sad because I suddenly remembered you... us.

It’s hard to forget someone who gave us so much remember. That memory will always hurt.

Seperti Sheila on 7 bilang:

Sekeras apapun menangis, takkan mengubah yang telah terjadi. Kita harus melepaskan
Semua tempat jalan waktu bersama, setiap kata yang telah diucapkan, bagai warisan yang telah disiapkan, kita harus menjaganya

Selamat Jalan 

Now I am no longer sad, and I never expected to be able to write this quickly. It's not like losing my parents. We all indeed intend to continue living as usual, it's heavy, but we can slowly get through it. 

I know I have to move forward and keep living the life you would have wanted for me. I’ll keep your memory alive in my heart, in my stories, in the way I live my life. 

Sending love and prayers to my loved ones. I will always miss you, my dear. My prayers are always for you.


Share:

Sunday, April 14, 2024

Kuliah di LSPR Communication and Business Institute adalah Pilihan Fleksibel

​Saat ini, saya tengah menjalani perkuliahan pascasarjana di jurusan Magister Business and Communication Management. Awalnya, saya bermaksud untuk kuliah di jurusan Manajemen Bisnis di Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), atau Bina Nusantara (Binus). Namun, keterbatasan seperti jarak karena saya tidak tinggal di Jabodetabek dan belum adanya kemungkinan perkuliahan online di ketiga kampus tersebut membuat saya mencari alternatif yang lebih fleksibel. Akhirnya, pilihan jatuh pada LSPR Communication and Business Institute yang menawarkan metode blended learning. Menarik, bukan?

Di LSPR Communication and Business Institute, menawarkan metode blended learning. Pendekatan ini tidak hanya memungkinkan saya untuk belajar dari mana saja, tetapi juga memastikan bahwa saya tetap terhubung dengan dosen dan sesama mahasiswa.

Mengapa Pilihan Jatuh pada LSPR Communication and Business Institute?

Karena saya percaya bahwa manajemen bisnis dan komunikasi merupakan dua pilar utama dalam dunia bisnis modern.Dengan menggabungkan keduanya melalui program Magister Business and Communication Management, saya dapat mengasah keterampilan kepemimpinan dan komunikasi saya untuk sukses di lingkungan bisnis yang kompleks.

Program ini juga membuka berbagai kesempatan karir yang luas, mulai dari bidang Marketing, Corporate Communication, hingga Business Development. Dengan demikian, saya dapat membawa nilai tambah dalam pengambilan keputusan strategis dan mengkomunikasikan visi perusahaan dengan jelas.

Tantangan dan Dukungan

Tentu, menjalani perkuliahan sambil bekerja tidaklah mudah. Tantangan membagi waktu antara pekerjaan, belajar, dan menyelesaikan tugas adalah hal yang harus saya hadapi setiap hari. Namun, dengan tekad dan semangat yang kuat, saya percaya bahwa segala hal bisa diatasi.

Saya sangat beruntung memiliki dukungan dari teman-teman seangkatan dan keluarga. Dukungan ini memberikan motivasi tambahan bagi saya untuk terus melangkah maju, terutama karena saya adalah generasi pertama yang melanjutkan ke jenjang pendidikan magister.

Harapan Saya

Dengan impian dan tekad yang kuat, saya berharap tahun 2025 nanti bisa berjalan di atas panggung wisuda dengan menggunakan toga dan bergelar MA. Semua perjuangan dan pengorbanan akan terbayar lunas ketika saya melihat diri saya sendiri sukses dalam karir dan kehidupan. Amiin.

Share:

Friday, February 23, 2024

Pursue My Dream

Hari ini, saya menulis postingan pertama saya di tahun 2024. Akhir-akhir ini, saya merasakan sering kali malas untuk menulis, baik di blog maupun di catatan saya. Itu mungkin bisa disebut sebagai fase-fase malas. Ironisnya, saya sering merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang tidak terlalu penting, tetapi mengganggu pikiran saya.

Saat ini, saya duduk sendirian di sebuah tempat dengan laptop di depan saya. Awalnya, saya hanya berniat untuk bekerja dan mencari tahu tentang kisi-kisi ujian masuk S2. Ada beberapa tugas yang tertunda hari ini yang ingin saya selesaikan. Saya menikmati kesendirian ini, tanpa gangguan dari orang lain.

Selain itu, saya ingin menyegarkan kembali pengetahuan saya untuk persiapan ujian masuk S2 besok. Karena ujian ini dilaksanakan secara online, saya sedang mencari informasi tentang bagaimana ujian tersebut akan berlangsung. Sebelumnya, saya sudah pernah mengikuti ujian S2 pada tahun 2020 di Universitas Indonesia, tetapi saya gagal karena kurangnya persiapan.

Setelah empat tahun berlalu, saya akhirnya memutuskan untuk kembali ke bangku sekolah. Mengapa? Karena kembali ke sekolah adalah salah satu impian saya yang belum tercapai ketika saya berusia di bawah 30 tahun. Sekarang, di usia 31 tahun, saya ingin mewujudkannya. Selain itu, saya merasa bahwa saya memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan lagi, terutama dengan adanya sistem blended learning yang memungkinkan saya untuk belajar dari jarak jauh.

Keinginan saya untuk kembali ke bangku sekolah ini hanya saya bagikan kepada beberapa orang saja. Saya tidak ingin mengumumkannya secara terbuka sebelum saya benar-benar diterima sebagai mahasiswa pascasarjana.

Saat ini, satu hal yang sedang saya khawatirkan adalah apakah saya mampu untuk mengikuti program S2 ini. Saya menyadari bahwa saya terlalu banyak memikirkan hal tersebut sebelum memulai. Ini adalah sesuatu yang perlu saya ubah. Saya tidak akan pernah tahu kecuali jika saya mencobanya. Saya juga tidak akan pernah maju ke depan jika saya tidak mencoba.

Satu hal yang sedang saya coba sekarang adalah menjadi lebih berani untuk mencoba.

S2 ini tidak hanya sekadar sebuah langkah akademis buat saya, tapi juga menjadi penyemangat dalam berbagai hal. Ini adalah impian yang telah lama saya simpan, dan sekarang menjadi pendorong untuk mencapai lebih banyak hal dalam hidup. S2 adalah simbol dari tekad untuk terus berkembang, baik secara pribadi maupun profesional. Setiap langkah yang saya lakukan dalam mengejar gelar ini membawa saya lebih dekat kepada impian saya yang lebih besar. Jadi, S2 bukan hanya tentang mendapatkan gelar, tapi juga tentang menemukan kekuatan baru dalam diri dan membuka pintu untuk peluang yang lebih luas di masa depan.

Share:

Sunday, October 22, 2023

Ketika Duduk di Depan Jendela

Di sudut yang sepi di Starbucks, hari itu aku duduk seorang diri. Hanya aku, gelas Green Tea Latte yang menghiasi meja, dan ketenangan malam.

Sebelumnya, aku telah menjelajahi dua mal dalam upaya mencari buku yang tak kunjung ditemukan. Saat akhirnya sampai di sini, yang kupanggil sebagai 'mall tempat orang selingkuh.' Namun, tidak bisa disangkal bahwa dalam sepi, ada ketenangan. 😄

Duduk selalu di meja yang sama, menghadap keluar jendela, aku membiarkan mataku melihat mobil-mobil yang berlalu begitu cepat. Pikiranku yang kerap kali berkecamuk kini menjadi damai. Mungkin memang begitulah adanya, aku seringkali datang ke sini, sendirian.

Saat aroma Green Tea Latte pertama kali menyentuh hidung dan rasa hangatnya melalui bibirku, pikiranku mulai melayang. Tahun ini, rasa syukur yang besar tumbuh di hatiku. Ada banyak kebaikan yang datang dalam hidupku di tahun 2023 ini. Saya belajar untuk tidak hanya fokus pada sisi negatifnya.

Saya merasa beruntung. Dan itulah pelajaran yang saya dapat. Bersama sahabat karib, kami selalu mengingatkan satu sama lain untuk bersyukur. Saya, sebagai manusia yang kadang terlalu banyak mengeluh, terlalu banyak meminta, yang pada akhirnya membuat diri saya sendiri stres.

Sekarang, ketika saya merasa seperti itu, saya mencoba untuk beralih pikiran. Mengambil hikmah dari situasi apa pun yang sedang saya alami, mencari hal-hal positif di setiap sudut kehidupan. Tidak berarti saya menutup mata pada kenyataan, saya hanya mencoba untuk melihat sisi baik dalam segala hal. Memang sulit, namun selalu ada cara untuk menjadi lebih baik.

Share:

Monday, October 9, 2023

Mengapa Saya Resign?

 Saya pindah ke Pekanbaru, Riau tepat tiga bulan lalu. Pekanbaru cukup beda dengan Pangkalan Kerinci, kota tempat saya berkarir selama kurang lebih tujuh tahun. Bisa dibilang, tidak terlalu banyak perbedaan antara kedua kota ini, hanya dari fasilitas saja. Jadi bagaimana saya bisa kembali ke haribaan tanah kelahiran saya?

April 2023, 7 bulan lalu, saya dihubungi oleh HRD sebuah rumah sakit swasta di Pekanbaru. Betul, RS Awal Bros Group melalui linkedin. Isinya, apakah saya sedang open opportunity. Setelah mengalami karier “prestisius” saya di APRIL Group (part of RGE Group) selama tujuh tahun sejauh ini, dan dikelilingi oleh rekan-rekan kerja dari berbagai negara, suku, agama dan latar belakang, fasilitas yang bagus, serta banyak benefit baik lainnya, saya mencoba untuk menerima tawaran tersebut. Walaupun penuh resiko secara pribadi dan professional, pada May 2023, saya pun menyetujui untuk bergabung pada bulan July 2023. Hati saya penuh harapan, siap untuk merangkul perubahan mendalam dalam diri, rutinitas stabil saya sebelumnya.

Semua tujuan yang saya tetapkan untuk diri saya sendiri selama berkarir pada satu tujuan utama: menghadirkan lebih banyak tujuan dan pengalaman dalam hidup saya.

Yup. Seringkali alam semesta berjalan dengan cara yang tak terduga, ia cenderung memberikan peluang dan pengalaman yang mungkin tidak pernah kita duga sebelumnya. Pasti kita semua pernah mengalami moment ketika kita melihat ke belakang dan menyadari semua itu memiliki makna besar dalam hidup. Hidup kita ini, punya cara untuk menghubungkan segala sesuatu dan mengungkapkan kebijaksanaan.

Bahkan, sebelum saya di APRIL Group, alam semesta dengan tegas membimbing saya, menuju langkah besar. Pada akhirnya, ada dua alasan saya mengambil langkah ini: pertumbuhan, kebanggaan, dan peluang.

Jadi, Ketika saya berpikir untuk pindah, saya merasa bahwa saya telah sampai pada momen menentukan karakter dalam hidup saya. Seberapa pentingnya bagi saya untuk berada di tempat yang sama? Dan apa yang akan saya lakukan untuk membuat itu terjadi?

Keluarga, sahabat dan teman dekat saya selalu mensupport saya untuk membuka sayap yang lebar karena itu bukan hanya karena kesenangan, tetapi juga pengalaman yang memperluas wawasan dan membangun karakter. Saya juga ingin mengalami pertumbuhan pribadi seperti itu. Walaupun, sangat berat meninggalkan “rumah” saya sebelumnya, saya harus pindah. Memang terasa pilu melepaskan, tapi mengejar tujuan adalah langkah yang tak terelakkan. Setiap perpisahan membuka pintu pada babak baru yang penuh potensi dan peluang. Keraguan tak menghentikan langkah, dan harusnya tak ada kata penyelasan.




To all of SAHABAT RAPP,
Thank you for being my eyes when I couldn’t see, being my hand when I couldn’t touch, being my feet when I couldn’t walk, and being my ears when I couldn’t hear.

Bakalan kangen hari-hariku di sana. #riyaberolahraga #riyabermusik

Sampai jumpa di kesempatan lain semuanyaa.

Beli sekrup di Toko Hokkie
Rere Left The Group

Share:

Tuesday, June 6, 2023

Badminton, Nostalgia '90an, dan Iqbaal Ramadhan: Sebuah Perjalanan dari Kegelisahan Menuju Kepuasan Hati

Bored, down, and feeling like life's a hot mess? Salah satu cara kita keluar dari kondisi mental yang sedang down adalah mencari hal-hal baru yang membuat kita senang.
Sejak 2021, saya menggunakan cara ini supaya menjadi selalu waras.

It's the chaotic year of 2021, and the darn pandemic has got everyone going bonkers, including yours truly. With lockdowns keeping us cooped up, life started off all hunky-dory, but soon enough, it became as dull as dishwater. 

Kemudian mulai berpikir untuk mencari formula yang tepat untuk mengusir semua perasaan dan pikiran yang kacau ini. Secara tidak sengaja, saat itu saya sedang isolasi mandiri karena ada kontak dengan rekan kerja yang terjangkit virus (thanks to a brush with the Voldemort virus – shh, don't mention its name) ini, saya menonton Olimpiade badminton. Ceritanya ada di sini sebelumnya.

Sejak itu, saya menjadi aktif bermain badminton hingga sekarang. Di tempat kerja, ada turnamen antar karyawan, saya pun bisa meraih runner up women double under 30 bersama rekan saya dari Supply Chain Management, Karina Sebayang. Hahahahah.

Nah, kondisi yang sama terjadi lagi, saya telah bermain badminton, namun ternyata, ada suatu keadaan dimana saya down kembali. Memang hidup up and down ya, tetapi kali ini saya pikir dengan bermain badminton bisa tetap membuat keadaan saya baik-baik saja.

Sambil memikirkan bagaimana mengembalikan kondisi saat itu, saya mulai menonton youtube, the legendary Vindest channel! I've been a die-hard fan of Vincent Desta since the days when I religiously watched cartoons every Saturday morning, chuckling away like a maniac.

Ada part tentang Iqbaal Ramadhan. Saya tahu Iqbaal ini waktu film Dilan, bahkan saat itu saya ingin keluar di tengah film karena kurang cocok dengan saya, namun tetap bertahan karena berlindung dibawah naungan kebersamaan bersama teman-teman. 

Generasi saya sangat menyukai Iqbaal Ramadhan, tetapi saya bahkan tidak tahu Iqbaal itu siapa sih. Hahahah

Saya penasaran, ternyata Iqbaal adalah salah satu personil Coboy Junior/CJR yang nyanyi EAA EAA itu. Astaga, sebelumnya saya tahu lagunya, tetapi gak tahu siapa yang nyanyi, karena tidak nonton dahsyat, inbox atau variety show karena sibuk menuntut Ilmu, halaaaah. Ini beneran, karena pada masa itu, saya banyak skip apa yang terjadi di TV. 

But wait, it gets even better. I stumbled upon a Vindest video featuring Iqbaal, and boy, was it a riot! They went on a nostalgic trip down memory lane, reminiscing about the '90s. Absolute gold, I tell ya!

Sejak saat itu, saya menikmati karya-karya Iqbaal, tapi cuma satu, film-film Dilan masih belum bisa saya cerna dengan baik. Saya kulik-kulik deh karyanya. Di Svmmerdose, karyanya juga bagus.

Menurut saya, Iqbaal saat ini tengah membangun personal branding di usia 20an-nya. Bbukan seorang personil Coboy Junior atau Iqbaal seorang Dilan. Melainkan Iqbaal Ramadhan. 

Iqbaal saat ini ingin mencoba sebagai Iqbaal yang dewasa. Mulai dari ia seorang aktor, dan penikmat '90s. Ini mengingatkan dengan salah satu idola saya, Harry Styles. Setelah One Direction hiatus, Harry mulai membentuk personal branding yang baru. Seorang penyanyi solo dengan karya yang bagus, aktor yang bagus dan dengan selera fashion yang unik. 

Bukan berarti membandingkan, (saya bisa diamuk fans Iqbaal, fans Iqbaal udah kayak kpopers, saya takuuut). Tapi apa yang dilakukan Iqbaal adalah salah satu hal yang keren banget. 

Dengan menikmati karya Iqbaal, secara tidak langsung bisa kembali sedikit demi sedikit bisa kembali menikmati hidup tanpa berbagai hal yang menggangu hati dan pikiran.

Satu hal yang saya bisa ambil pelajaran hidup dari Iqbaal adalah dia tidak membicarakan sukses di masa kecilnya, namun fokus dengan masa depannya. You only live your life itu selalu sekarang, you don't live your life yesterday. Tapi kalau kita hari ini terus dibicarain waktu dulu, nostalgia. Then you’re living the past. Sementara yang hari ini sudah hilang. Then you are not achieve anything .
Share: