Showing posts with label Isi benak ini. Show all posts
Showing posts with label Isi benak ini. Show all posts

Tuesday, May 30, 2023

Reclaiming Connection and Joy in Adult Life

Yeah, I've just realized it's been ages since I've had a good chat with someone. It's mostly just work-related talk during meetings or brainstorming sessions. I really miss having a yarn about random stuff and having a good laugh about life.

After givin' it some thought, heaps of things have changed. Adult life is pretty simple, ya know?

Monday to Friday, it's all about workin', and on the weekend, all I wanna do is sleep, do some sports, play music. And when I'm on holiday, I mostly just chill out in one place and watch people passin' by.

Do I need to go back to school to be more productive?
Ahahahaha

Actually, it's not really what I need, you know. You guys already know, hahaha.

Right now, the song that fits this phase is Depeche Mode, Somebody.

Share:

Sunday, March 12, 2023

Kelola Emosi dengan Gaya Unik ala Power Ranger!

Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan kabar yang kurang baik. Kali ini saya reaksinya sedikit berbeda dari biasanya. Saya berhasil mengelola emosi saya dengan baik yang biasanya saya langsung terpapar energi negative. Tetapi kali, reaksi saya lebih baik daripada sebelumnya.

Saya jadi sadar, semua ini adalah hasil dari belajar mengenai aksi dan reaksi, ceramah-ceramah kehidupan, baca buku self improvement

Secara tidak langsung, saya menerapkan apa yang saya lihat, dengar, rasakan (waduh, kayak lagu Sheila on 7 ya). Jika mendengarkan sebuah berita atau informasi, pilihan itu ada di diri saya sendiri dalam memilih, apa mau baik, apa mau buruk. Selalu ada sisi siang, ada sisi malam. Ada sis baik, ada sisi buruk. ada hitam, ada putih. Ada tinggi, ada pendek. Ada bagus, ada jelek. Ada orang kerap hanya melihat sisi buram, ada yang selalu melihat sisi optimis.

Ya benar, Dunia memang tak adil. Bahkan, sehebat-hebatnya pencipta lagu, pasti kalah tenar dibanding penciptanya.
Hai-hai teman-teman! Siapa nih yang pernah dapet kabar kurang baik? Pasti kita semua pernah mengalaminya. Nah, beberapa hari yang lalu, aku juga mendapat kabar yang bikin sedikit down. Tapi kali ini, reaksiku beda banget dari biasanya, loh! Aku berhasil mengelola emosiku dengan baik, yang biasanya langsung terpapar energi negatif. Hebatnya lagi, reaksiku jauh lebih keren daripada sebelumnya!

Ketika aku memikirkan hal ini, aku jadi sadar satu hal penting, yaitu belajar tentang aksi dan reaksi. Jadi, aku rajin banget dengerin ceramah-ceramah kehidupan dan baca buku-buku self-improvement. Gak nyangka, ternyata tanpa sadar, aku udah menerapkan apa yang aku lihat, dengar, dan rasakan. (Eh, kaya lagunya Sheila on 7 ya, guys!) Ketika kita mendengar berita atau informasi, sebenernya kita punya pilihan dalam memilih apakah mau ngambil yang baik atau yang buruk. Hidup ini kayak matahari dan bulan, ada sisi siang dan sisi malam, ada sisi baik dan sisi buruk, ada hitam dan putih, ada yang tinggi dan yang pendek, ada yang bagus dan yang jelek. Dan gak jarang ada orang yang suka melihat segalanya buram, tapi ada juga yang selalu melihat sisi optimis dari segala situasi.

Tau gak, dunia ini emang gak adil, guys! Bahkan, sehebat apapun pencipta lagu, pasti kurang tenar dibanding yang mempopulerkannya. Kayak Beyoncé aja, dia sehebat itu tapi tetep aja gak sepopuler penjual hot dog di depan konsernya.

Dari kabar yang aku terima, aku juga sadar bahwa gak semua orang butuh kita cuma buat mencapai tujuan mereka sendiri. Yang penting adalah kita harus cari orang-orang yang bener-bener mempersiapkan kita untuk masa depan yang cerah. Ya, memang Tuhan menciptakan manusia dengan perbedaan yang unik.

Lalu, apakah semua ini bikin aku down? Tentu gak, guys! Sekarang, yang aku butuhkan cuma stimulus yang berbeda aja. Coba bayangin, kita bisa jadi kayak Power Rangers yang selalu siap tempur dan menghadapi segala masalah dengan semangat tinggi! Go go power ranger!

Jadi, teman-teman, yuk kita kelola emosi kita dengan gaya unik kita sendiri. Ingat, kita punya kekuatan untuk menghadapi kabar-kabar kurang baik dengan kepala tegak dan senyum lebar. Dalam hidup ini, apa pun yang terjadi, kita bisa menjadi pahlawan yang bisa mengubah dunia sekaligus membuatnya tertawa. Teruslah bersemangat dan jangan lupa, kita semua bisa jadi Power Rangers versi kita sendiri!







Share:

Tuesday, October 4, 2022

Merenung Dalam Keheningan di Wisata Bono

Sekarang saya sedang berada di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, tempat ditemukannya gelombang Bono karena ada sebuah pekerjaan. Di tempat ini saya banyak merenung. Merenungkan banyak hal. Merenung bukan tanpa sebab, tapi karena tidak ada yang mesti saya lakukan, listrik mati, sinyal hilang. Mati gaya. Saya menulis ini ditemani cahaya hp dan hening sekali.

Sebelum listrik mati, saya melihat video TikTok kakak saya, saya baru menyadari bahwa saya sudah banyak kemajuan, sudah bisa merantau, hidup mandiri. Tidak menyangka saya sudah berubah banyak sejauh perjalanana diusia 20an. Proud of myself. Kedua almarhum orang tua saya pasti bangga, sudah banyak hal-hal yang dulu sulit saya lakukan, saat ini bisa, bahkan sudah bisa diandalkan oleh keluarga. Semoga pencapaian-pencapain lebih juga mengikuti.

Baru satu, ternyata setelah dipikir-pikir saya bisa melewati masa-masa ‘sulit’ dengan cukup baik. Ya walaupun suliiiiiit sekali. Melewati hal-hal yang tidak pernah saya rasakan. Emosi terendah dan terlalu banyak negativity dalam diri saya.

Awalnya saya cerita dengan teman dekat, sedikit lega tapi tanpa sadar bahwa kalau dipikir-pikir itu menyebabkan toxic buat mereka. Kemudian saya memilih diam dan menampung toxic itu dalam diri sendiri dan pada akhirnya menjadi orang yang gak sensitif, gak bisa ngerasain perasaan orang atau bisa dibilang kurang empati. Ini mungkin karena saya gak bisa ngerasain perasaan sendiri kali ya.

Saya mulai belajar mengenali emosi (tapi ini susah banget sampai sekarang) dan saya juga masih belajar. 

Kalau emosi negatif sudah muncul, saya biasanya menulis terlebih dahulu, apa sih yang bikin saya kesal, sedih, cemas, overthinking? Lalu dari situ saya bisa mencari penyebabnya dan mencari solusinya.

Kadang cara ini masih belum cukup juga sih buat saya.

Lalu apa yang saya lakukan?

Berolahraga. Mulai tahun lalu saya bermain badminton. Olahraga membantu meredakan emosi negatif, jadi emergi positif saya sedikit fokus sama yang lebih berguna. Sampai badminton menjadi olahraga rutin saya saat ini.

Tapi masih saja emosi negatif itu kadang-kadang muncul. 

Saya coba lagi meditasi. Yup. Setiap pikiran runyam, overthinking, anxiety muncul, saya mencoba berusaha untuk menjernihkan pikiran agar berpikir dengan baik. Biasanya meditasi sebelum tidur hingga akhirnya saya ketiduran hahaha, tapi ini worth it.

Kadang saya juga latihan napas. Karena ini yang paling dasar dalam meditasi. Cuma beberapa menit saja bisa.

Apa saya sudah merasakan lebih baik?

Belum. Sampai saat ini kondisi emosi masih up and down. Tapi setidaknya saya menyadari kondisi saya dan mencoba mencari solusi dan mencoba untuk menerima.

“Hidup masih baik-baik saja, dan hidup masih bisa ditertawakan. Bertahan sebentar lagi yak. Sehari, sebulan, dan selanjutnya ya”.

Saat blog ini terpublish, saat itu saya mendapatkan sinyal internet.
Share:

Monday, May 10, 2021

Kenapa Kita Harus Jadi Social Media Ambassador di Perusahaan?

Dua tahun belakang, saya mendapatkan tantangan baru bergabung dengan tim Digital Media APRIL, tempat saya bekerja. Namun, pekerjaan sebelumnya sebagai External Communication tetap saya jalankan secara bersamaan.

Bergabung di tim digital media merupakan hal yang menarik untuk di kulik. Saya yang dulu tergabung dalam Social Media Ambassador sekarang menjadi bagian dari tim yang mengelola social media perusahaan. Kok ya perlu perusahaan menggunakan karyawan sebagai Ambassador? Kan bisa membayar para influencer untuk mengkampanyekan perusahaan? Kok karyawan mau sih jadi Ambassador?

Awalnya saya bahkan tidak mengetahui untuk apa sih tugas sebagai Ambassador perusahaan. Posting di social media mengenai perusahaan di akun pribadi apa tidak kehilangan followers? Mengkampanyekan program perusahaan di akun pribadi karyawan apakah mereka efektif untuk membantu branding perusahaan?

Dari yang saya lihat, ternyata menjadikan karyawan sebagai Ambassador perusahaan tidaklah sulit. Saat ini orang-orang menggunakan smartphone, hampir sebagian dari kita menggunakan social media. Social media adalah bagian yang tak terpisahkan oleh kehidupan kita saat ini. Sebut saja Facebook, Twitter, Instagram, TikTok bisa dibilang banyak digunakan masyarakat. Orang-orang akan tertarik dengan apa yang orang lain posting, kehidupan pribadi, pencapaian, dan hal-hal yang menyedihan.

Nah balik lagi mengapa perusahaan memilih karyawan sebagai Social Media Ambassador mereka?  

Selain menaikkan personal branding mereka, para netizen yang budiman ternyata trust people more than they trust companies. It’s that simple. Karyawan menjadi media paling efektif sebagai channel komunikasi perusahaan kepada pihak eksternal. Juga, karyawan akan dengan ikhlas untuk mengkampanyekan pesan-pesan, nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan, karena mereka adalah bagian dari penting dari perusahaan. Selama 8 jam lebih, mereka menghabiskan waktu untuk belajar, berkarir dan mencari nafkah di perusahaan tersebut.

Social Media Ambassador APRIL bersama Iman Usman

Karyawan juga dapat meningkatkan company branding perusahaan dengan membantu meng-amplify postingan terkait perusahaan di akun pribadi mereka sehingga membuat relasi antara perusahaan, karyawan dan orang eksternal yang melihat.

Dengan karyawan menjadi Social Media Ambassador, reputasi perusahaan dapat menjadi lebih baik di mata para masyarakat. Masyarakat juga mengetahui apa saja promo, program dan kehidupan di perusahaan tersebut. Dan itu mereka berikan secara sukarela tanpa ragu-ragu.

Ternyata, saya gak kehilangan followers, tapi malah bertambah !

Yuk jadi Social Media Ambassador perusahaan.

 

Share:

Monday, December 28, 2020

Kecemasan Finansial

11.49 pm.
Jam di laptop saya.
Saya hanya membuka email, mengecek satu per satu email masuk, mencari sesuatu hal yang saya butuhkan, kemudian membuka blog ini.

Pikiran saya benar-benar lari sana-sini. Memikir usia hampir 30 tahun beberapa tahun lagi, saya memikirkan apa saja yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan. Salah satu yang membuat pusing adalah kecemasan finansial

Belakangan ini, di media sosial kita mungkin bersliweran informasi tentang how to manage money, right? Itu benar-benar membuat saya berpikir, selama saya kerja 5 tahun lebih, kemana saja uang saya selama ini ? Padahal saya bukan sandwich generation. Kalau dipikir-pikir uang saya pergi menjadi kotoran semua. Atau apa karena terlalu banyak informasi seperti itu membuat saya cemas? Reading some bullshit on the internet, brainwashed? 

Benar-benar membuat saya cemas.

Ditambah dengan impian saya untuk melanjutkan sekolah di salah satu sekolah paling bagus, menurut saya, dimana biaya per semesternya bikin geleng-geleng kepala. 5 tahun dengan gaji di tempat yang sekarang, saya rasa 3 tahun tabungan belum bisa mencukupi.

Saya bahkan sudah menerapkan hidup minimalis, jika saya hitung, tabungan saya belum cukup. 

Fiuh, benar-benar membuat pusing kepala. Sampai saya berpikir untuk mencari pekerjaan sampingan selain pekerjaan tetap.

Menghindari pusing kepala itu, sepulang kerja hari ini, saya menonton Up In The Air. Filmnya bagus. Menceritakan seorang lelaki yang pekerjaannya memecat orang dan mengharuskan dia untuk melakukan perjalanan bisnis dari satu kota ke kota lainnya. Dia sangat suka dengan perjalanan tersebut, naik pesawat kelas bisnis, menginap di hotel mewah. 

Ucapan yang terngiang-ngiang sampai saya menulis di blog ini adalah
Kita membebani diri kita sendiri sehingga tak bisa bergerak. Jangan salah, bergerak adalah hidup

Kalimat yang diucapkan Ryan Bingham tersebut langsung membuat saya berpikir bahwa saat ini saya hanya stuck di sini, tidak kemana-mana. Saya harus bergerak, bergerak untuk maju, memperbaiki beberapa hal untuk mencapai tujuan. Bergerak dan terus bergerak. Bergerak dan berpindah. Jangan kebanyakan berpikir, just do it. Rezeki gak kemana. Semoga segera dipertemukan dengan hal-hal yang baik.

Harus dimulai dengan menyusun jadwal. Just Do It, jangan terlalu banyak berpikir.

Harus punya semangat yang sama seperti di kala sekolah dulu.

Awal-awal COVID-19 benar-benar banyak kursus yang saya ambil, mulai dari Communications Strategies, Management Conflict, Kursus bahasa Inggris sampe The Fundamentals of Digital Marketing Google yang ada ujiannya.

Please don't overthinking

Let's start !!! 

Share:

Thursday, August 6, 2020

Cara Belanja Gen Z

Beberapa waktu belakangan, saya mendownload TikTok untuk menghapus dahaga penasaran saya terhadap platform yang katanya banyak dibenci oleh generasi saya, generasi Z. Awalnya, saya memang kurang tertarik bermain TikTok yang 'katanya' berisikan prang berjoget-joget. Namun, ternyata anggapan itu tidak benar, paling benar ! Tapi, tergantung awalnya kita interest kemana dan di timeline kita akan muncul video-video yang kita sukai.

Nah, di timeline saya yang tidak banyak orang joget-joget, ternyata banyak anak usia sekolah, kuliah, ya bisa dibilang generasi Z sering posting barang yang mereka beli. Ternyata setelah saya perhatikan, ada perbedaan dengan generasi saya, sebagai generasi millenial dalam berbelanja.

Adanya pergeseran nilai. Mereka lebih terfokus pada nilai. mereka melihat suatu produk tersebut dan benar-benar memahami siapa pembuatnya, bahan bakunya berasal darimana, apa misi dari produk tersebut dan hal-hal lainnya. Ya, sepertinya mereka melakukan sesuatu lebih jauh dan mempercepat sebuah trend.

Mereka mau mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk membeli barang-barang yang sustainable agar nantinya mereka tidak merasa bersalah saat menggunakannya. Mereka lebih memperhatikan nilai-nilai sosial, status dan sebagainya.


Mereka sepertinya tidak menganggap kemewahan dari brand yang ditempel di tas, kemeja, sepatu sebagai identitas mereka. Mereka benar-benar ingin menjadi unik, menjadi berbeda. Bahkan, jika sesuatu barang itu mahal, mereka akan tetap mau membelinya. Mereka ingin jadi diri sendiri dan mereka nyaman.

Kalau dulu mungkin tidak banyak pilihan. Sekarang sudah banyak, jadi mereka bisa memilih yang sesuai dengan apa yang mereka cari dan yang mereka inginkan. Ditambah dengan media sosial secara keseluruhan sebagai platfrom yang sangat pas untuk mengiklankan suatu produk.

Selebriti aja sekarang sepertinya kurang dipercaya oleh Gen Z ini. Kenapa? saya melihat saat ini banyak suatu brand yang suka meng-endorse barang ke mikro influencer. Mereka memposting suatu produk dan saling berkomentar satu sama lain sehingga menciptakan dialog yang kolaboratif agar produk ini dapat dipercaya oleh Gen Z ini. Ada lagi yang menggunakan jasa influencer, jika influencer satu pake ini, mereka akan beli.

Konsep pemasaran telah berubah. Generasi X mereka lihat sebuah iklan produk di televisi dan saat iklan itu muncul, ada kebahagiaan yang muncul. Generasi Y mengkombinasikan dari televisi dan pendapat dari orang sekitarnya. Kalau Gen Z lebih memfilter. Mereka mendengarkan pendapat orang lain, dan melihat banyak di social media. Jika itu memberikan pengaruh dan sejalan dengan mereka. mereka akan pakai.

Huh.

Padahal emang sih, kalau di pikir-pikir, kebanyakan barang mahal itu nyaman.

Share:

Thursday, April 2, 2020

Ketika Corona Buat Kita Jadi Nothing

Virus Korona
Corona Virus
COVID-19

Berasal dari China, Wuhan
Kemudian menyebar ke dunia berbagai belahan
Korban mulai banyak berjatuhan
Banyak orang mengalami kerugian
Apakah ini hukuman?

Corona beri kita secercah harapan
Memberi kita alasan
Untuk hidup setidaknya satu siang kedepan
Tapi kita berdoa saja harusnya kita hidup ratusan bulan ke depan

Kita mulai kerja dirumah
Karena virus ini tidak ramah
Sudah menjadi wabah
Kita harus tabah

Corona ini musuh tak terlihat
Sekarang kita hanya bisa jaga diri agar selamat
Jangan nongkrong di berbagai tempat
Berhenti keluar rumah jika tidak perlu amat




Share:

Wednesday, April 5, 2017

Lima Cara Yang Harus Diingat Saat Bermedia Sosial

Saat ini kegandrungan untuk bermain di dunia maya sedang melanda kita semua. Bukan hanya anak kecil, tetapi ‘sindrome’ tersebut juga melanda orang dewasa. Banyak sekali manfaat dari menggunakan media sosial, tetapi banyak juga hal-hal yang merugikan anda. Tidak semua hal yang anda dapat bagikan ke media sosial. Tak ada salahnya menunda atau berpikir ulang sebelum mengunggah sesuatu di media sosial.

Akun Facebook, twitter, instagram atau platform media soial lain memang milik anda, tetapi media sosial adalah ranah publik. Salah memposting sesuatu, buntutnya tak hanya merugikan anda, tetapi juga orang lain. Sebab, saat ini Indonesia telah memiliki Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Jadi ada hal-hal yang perlu lebih diwaspadai sebagai pengguna aktif media sosial.

Cara bijak menggunakan Media Sosial :
  1. Pastikan konten yang disebarkan adalah benar dan bermanfaat. Jika konten tersebut akan merugikan pihak lain, sebaiknya urungkan niat untuk mempostingnya.
  2. Gunakan Media Sosial untuk hal-hal yang positif.
  3. Gunakan media sosial sebagai sarana sillahturahmi.
  4. Jangan melampiaskan amarah di media sosial. Ketika Emosi kita tak sadar dan tak pakai logika mengunggah sesuatu yang ternyata bisa berefek panjang. Selain itu, emosi di media sosial juga tidak baik untuk kesehatan.
  5. Tahan jempol Anda untukk tekan like/ retweet. Ketika kita tertarik pada suatu postingan, tetapi postingan tersebut belum tentu benar dan kita sudah memberikan like/retweet untuk postingan tersebut, secara tidak langsung, kita telah menyebarkan informasi yang belum tentu benar.

Share:

Saturday, July 30, 2016

Biasanya

Tidak bisa tidur.
Sudah pukul 01.42 dinihari.

Rumah rasanya beda. Beda banget.Setiap pulang kerumah, selalu emosional, ada yang hilang. Masih gak percaya. Biasanya Abah selalu telpon saya saat perjalan puang dari Pangkalan Kerinci ke Pekanbaru. Setiap Sabtu siang, suara beliau selalu terdengar diujung telepon "Dijemput dimana, nak?". Sekarang sudah tidak ada lagi. Setiap saya masuk rumah biasanya dari jendela pasti melihat Abah sedang nonton. Sekarang pun tv jarang ada yang nonton. Biasanya juga kita setiap weekend minum kopi di boffet abang dan makan nasi goreng di dekat Djuanda. Sekarang itu itu sudah jadi kenangan dalam pikiran saya.

Di mess, biasanya setiap pagi Abah selalu telpon membangunkan saya. "Bangun lagi, jangan tidur lagi, jangan lupa sholat". Rasanya hidup ini komplit.

Setelah Abah tidak ada, saya seperti kehilangan, kehilangan tujuan saya melakukan hal ini dan itu untuk siapa, dunia seperti mengecil dan menghimpit saya. Sampai saya susah menderetkan kata demi kata di blog ini. Tulisan ini adalah yang pertama saya tulis setelah kepergian beliau.

Abah
Sebulan sudah aku tanpamu
Rasanya berat
Kok cepat ya
Baru aja kemarin maaf-maafan sebelum masuk puasa, rupanya kita gak bareng di lebaran kali ini.
Maaf karena gak sering pulang tiap minggu.
Maaf, gak bisa pulang di minggu terakhir yang harusnya saya bisa lihat abah,nyesal banget rasanya gak pulang.
Tenang di sana Abah, I always love you, my handsome Dad. Sudah bahagia sama Ibu di sana.


Share:

Monday, September 21, 2015

Kita Hanya Sebatas Layar dan Jaringan

Aku sedang tidur telentang sambil memakai masker. Ya, masker. Sudah lama sekali aku tidak memakai masker. Saat ini masker membuat wajahku seperti di lem. Lupakan masker.

Aku sedang ingin untuk menyelesaikan pekerjaanku. Menulis sebuah tulisan tentang cafe yang menurutku sangat keren, Board Game Lounge. Di dalam sana, para pengunjung bisa menjadi manusia seutuhnya. Di dalam sana diajarkan menjadi manusia tanpa gadget dan bermain game bersama. Kemudian menghamburkan tawa. Konsep yang menarik. Seperti menemukan kebersamaan dan kebahagian.

Aku teringat saat ini kita adalah manusia-manusia digital, tentu kita memiliki kecemasan-kecemasan digital. Saat ini kita semua, sebagai warga dunia cemas saat kita ketinggalan handphone, atau sang pacar tidak membalas pesan kita. Itu hanya contoh saja. 

Teknologi telah memonopoli kehidupan kita. Itu tidak salah, menurutku. Saat ini banyak diantara kita, tidak harus bekerja dengan adanya tempat, adanya benda fisik, seperti manusia, meja atau kursi dan kamu (?). Namun, sekarang kita bisa bekerja dengan layar dan jaringan. Dengan hanya mengirim email, pekerjaan kita bisa selesai tanpa harus pergi ke tempat yang mewajibkan kita untuk hadir secara fisik.

Aku pun teringat perkataan Baudrillard yang aku paksakan pemikirannya masuk dalam skripsiku. Kira-kira ia berkata seperti ini "saat ini tidak ada ruang dan tempat, yang ada hanyalah layar dan jaringan,".
Tak salah, yang salah hanyalah sudut pandang kita.
Share:

Monday, August 17, 2015

MERDEKA !!!

Budaya yang masih sangat tertanam dalam keluarga-keluarga di Indonesia adalah seringnya menyalahkan yang muda. Yang muda dilarang menyampaikan argumennya, berpendapat bebas, bersuara bahkan pilihannya.

Yang muda pun enggan menyuarakan pendapatnya, sebab, takut dikira tidak sopan atau melawan yang tua.

Padahal yang muda hanya ingin menyuarakan pendapatnya, memberikan kritikan, masukan.

"Masih kecil sudah kurang ajar"

Pasti kata-kata tersebut sering terucap dari mulut yang tua-tua. Menganggap pendapat dan kritikan yang muda tidak penting dan dianggap tidak manusiawi.

70 tahun Indonesia saat ini, kita masih terjebak dengan budaya yang seperti itu. Yang tua sekarang susah sekali menerima, mendengarkan kritik yang muda. Sebab, yang muda dianggap sedikit pengalaman dan mengecap asam manis kehidupan.

Nah, entah sampai kapan budaya ini mengakar ke generasi berikut. Mungkin kita, yang katanya generasi Y akan sama dengan yang tua sekarang.

Semoga kita semua bisa bebas berpendapat dan bahkan mengeluarkan sarkas.

MERDEKA !!!

Share:

Wednesday, July 22, 2015

Berbicara Fadli Zon

Entah mengapa saya sangat tidak suka dengan pendapat-pendapat si gendut Fadli Zon di media-media sosial. Menurut saya komentarnya aneh-aneh dan tidak manusiawi sekali.

Pertama, saya membaca di sebuah media online, kalau si gendut ini berkomentar kalau Korupsi itu bagian dari pembangunan. Kalau tidak ada korupsi maka pembangunan tidak akan pesat.

Komentar itu terkesan ia menunjukkan pro terhadap korupsi. Padahal, ia adalah salah satu pimpinan di gedung yang seperti gambar pemandangan saat saya masih TK.

Kedua, koruptor berhak dapat remisi. Setiap narapidana berhak mendapatkan remisi, tapi menurut saya tidak dengan koruptor. Udah digaji pakai duit Rakyat, eh dianya ambil duit rakyat, rakyat mana? rakyat yang bayar pajak.  *menghela Napas*

Orang ini menurut saya, sedikit sakit jiwa. Sebab, komentarnya ini sedikit pro terhadap koruptor.
Entah mengapa pula saya menulis tentang si gendut ini. Semoga ia segera sadar dari kesadaran palsunya.
Share:

Thursday, July 2, 2015

Berpikir Tentang Tujuan

Sekarang sekitar pukul 00.51 AM. Didepan saya sedang ada sebuah buku yang hampir sebulan belum selesai saya baca, satu pena, note book dan handphone kecil yang casingnya sudah tak terlihat baik. Tolong belikan saya hp baru.

Hari ini saya tak tidur dengan keponakan saya, dia tidur dirumahnya karena sekarang sedang libur, rumahnya di depan rumah saya. hahaha. Saya sangat bahagia karena tengah malam ini biasanya ia mengigau sampai saya selalu meneriakinya "hei,hei tidur,".

Belakangan saya mencintai tidur, setelah selesai bekerja saya akan tidur tiga hingga empat jam, kemudian makan, dan tidur kembali, bangun makan sahur dan tidur lagi. Tapi saya merasakan selalu mengantuk ketika kepala saya menempel dikasur.

Saya tak ingin membicarakan apa yang saya rasakan ketika mewawancarai teman dan orangtua salah satu korban Pesawat Hercules yang yang jatuh di Medan Selasa Kemarin. Pilu.

Sambil menelungkupkan badan diatatas bantal, saya memikirkan apa tujuan saya. Selama ini saya hanya menyimpannya tanpa berusaha. Saya belum berusaha, tapi masih menggerutu. Usaha itu sesuatu yang punya tujuan dan dilakukan dengan daya juang tinggi. Setelah saya mendapatkan apa yang saya inginkan, saya tidak mulai belajar hal yang baru. Kadang saya kesal dengan diri saya sendiri.

Pertama, saya tak mengerahkan seluruh kemampuan dan melakukannya sampai batas kemampuan saya. Saya tidak mengambil sesuatu yang saya inginkan. Kedengarannya seperti perkataan orang egois.

Saya kadang hanya menengadah ke langit menunggu buah jatuh. Berusaha dengan setengah hati. Saya menjadi bertanya-tanya, apa saya tak berminat dengan diri sendiri? dengan tujuan saya?

Setelah lulus, hanya beberapa tujuan saya yang tercapai, selebihnya? belum ada.Rasa malas ini ingin saya buang jauh-jauh. Jauh sekali.

Share:

Thursday, June 25, 2015

Ketika Basa Basi Dilagukan

Sudah hampir seminggu Ramadhan datang menghampiri umat Islam di bumi. Sudah berapa yang batal? yang jelas lebih dari satu.  Bulan puasa tahun ini saya menghabiskan nya di jalan. Semoga saya tak tua di jalan.

Belakangan saya sering melihat sesuatu yang memang dari dulu kurang saya sukai. Basa-basi dilagukan dan puji-pujian diutarakan. Ketika saya berada di dalam situasi ini, dalam hati saya berucap "Cepatlah ini berlalu..". Jujur, saya tak betah dengan ramah temeh seperti ini. Mungkin saya belum mengerti siklus hidup dan mencari makan. Mungkin juga saya salah menanggapi arti mimik muka orang-orang ini.

Entahlah, saya merasa terkukung dalam kepalsuan saat itu. Seseorang yang umurnya 15 tahun lebih tua dari saya berkata "Kalau enggak begitu, enggak dapat duit, enggak dapat relasi, mati dimakan cacing,".

Entahlah, mungkin aturan mencari makan seperti itu. Orang-orang yang terlihat apa adanya akan lebih tertinggal.Mungkin. Entahlah saya masih belum paham dengan hal seperti ini.ENTAHLAH.

Kemudian saya ingat tokoh sosiologi yang membahas hal seperti ini, sering saya sebut, Erving Goffman. Teori Dramaturgi. Setiap manusia, punya dua sisi kehidupan, back stage dan front stage. Front stage itu sering kita gunakan untuk mengatur image atau kesan kita didepan orang lain. Biasanya, kita, sebagai manusia ingin terlihat baik dan disukai banyak orang. Itu manusiawi. Tapi apakah di back stage kehidupan kita, kita nyaman dengan kehidupan di front stage tersebut? Apakah hidup ini hanya sekedar mengatur kesan tanpa hidup itu kita nikmati? Mengapa banyak orang yang populer mati bunuh diri padahal kesan yang ia tampilkan selalu bagus? Apa kita hidup hanya berpura-pura? Entahlah, setiap manusia di bumi ini punya jawaban yang berbeda.

Saya sering dikira laki-laki dengan orang yang pertama kali bertemu dengan saya. Sebab, kesan yang saya keluarkan memang seperti iti, rambut pendek,bercelana panjang, kemeja laki-laki, sepatu juga laki-laki. Banyak yang sudah memprotes saya untuk mengubah penampilan saya seperti ini. Bahkan ada yang mengira saya jeruk makan jeruk.

Saya tak mengubris apa permintaan orang-orang kepada saya. Saya begini karena saya suka style seperti itu. Saya masih nyaman. Ya walau terkadang saya risih orang yang menyaman saya dengan "jeruk makan jeruk" tapi saya tak terlalu ambil pusing.Yang jelas saya tak seperti itu, saya masih normal. haha. Mungkin suatu saat saya akan berjodoh dengan pria yang bermil-mil jauhnya dari tempat saya sekarang.

Foto dibawah ini hasil miss komunikasi dengan mas-mas salon langganan saya. Saya menyesal memotong rambut saya. Saya berharap rambut ini berlalu dengan cepat.

Share:

Monday, May 4, 2015

I hope All is Fine

Rencanaya saya akan tidur sebelum pukul 00.00. Tetapi sampai pukul 12.13 AM saya bahkan belum memejamkan mata. Sejak pukul 09.00 PM tadi saya hanya memainkan handphone, salah satu saya agar tak berpikir banyak.

Hari ini sebenarnya mood saya sedang tidak bagus. Bawaannya malas. Bosan.

Bahkan hari ini saya belajar dari pengalaman buruk saya. Saya belajar untuk bertanggung jawab diatas kaki sendiri, apa yang telah saya lakukan.

Memang sangat sulit bagi saya, bahkan saya harus membuang-buang bensin dijalan. Saya bahkan tak bisa berbicara apa-apa. Pelajaran hidup ini membuat saya begitu cemas dan takut. So far so bad, oh my god, i hope all is fine, help me.

Mungkin, dengan pengalaman buruk yang baru saja terjadi, saya belajar tentang tanggung jawab, ketelitian dan kedalaman serta tak lupa menjadi dewasa.

Sekarang saya tidak tahu apa yang harus saya tulis. Saya hanya ingin memeluk guling dengan khusyuk, bangun segar, sarapan sehat, kerjaan besok lancar.

Share:

Friday, April 3, 2015

Rutinitas

Beberapa hari belakangan saya merasa tak bahagia, merasa kehilangan semangat, susah konsentrasi. Kegiatan beberapa bulan ini mungkin membuat saya bosan. Rutinitas ini mulai membuat isi kepala runyam, seperti terserang dementor dalam film Harry Potter.

Mesin semangat saya sepertinya sedang turun. Saya sudah berusaha membuangnya, saya sudah pergi menonton sebuah film, bernyanyi sampai kehabisan tenaga di ruang karaoke bersama teman saya, pergi sendirian ke suatu tempat ramai. Tetapi semua itu tak ampuh untuk mengembalikan semangat saya.

Kadang saya pikir, saya harus melakukan sesuatu yang baru. Tetapi untuk saat ini saya belum bisa, saya belum mampu. Saya ingin sekolah lagi, itu saja. Saya rindu membahas manusia yang sekarang sudah terlalu mainstream, termasuk saya juga di dalam lingkaran itu, terkadang.

Saya rindu perjalanan. Rindu ke tempat asing, rindu mendengar aksen yang berbeda, bahasa yang berbeda, rindu udara segar, rindu melarikan diri sejenak.

Sebagai manusia, saya mengalami kesulitan besar untuk memusatkan perhatian pada masa sekarang. Saya selalu berpikir tentang apa yang telah saya lakukan, tentang bagaimana saya seharusnya melakukannya, tentang berbagai konsekuensi perbuatan saya, dan tentang betapa saya tidak berbuat seperti yang seharusnya.

Atau saya berpikir tentang masa depan, tentang apa yang akan saya lakukan besok, pencegahan-pencegahan apa yang harus saya lakukan, bahaya-bahaya yang menanti saya di masa depan sana, bagaimana cara mencegah apa yang tidak saya inginkan dan bagaimana cara mendapatkan apa yang selalu saya dambakan.

Menggunakan kata-kata tidak berarti apa-apa. Saya harus menceburkan diri saya yang sudah tercemar dengan rutinitas.

Sebenarnya bukan rutinitas yang jadi masalah. Saya hanya tidak bahagia.

Share:

Monday, January 26, 2015

Kebencian Diam-diam

Entah mengapa hal-hal yang sudah berlalu, bahkan mereka yang ada di kehidupam saya yang dulu selalu saja hadir dalam setiap kotak search di sosial media yang saya punya.

Entah mengapa nama-nama itu muncul di otak saya dan menginstruksikan jari jemari saya untuk menulisnya.

Pada kesempatan berseluncur di twitter saya tak sengaja membaca twit yang saya lupa akunnya.

"Kita selalu susah melupakan orang yang membekas di hati kita"

Yap. Memang beberapa orang membekas dihati saya, tetapi saya ingin menutup pintu hati saya untuk mereka. Alasannyapun terdengar klise bagi saya.

Semakin saya ingin menghilangkan kenangan-kenangan itu, semakin gencar saya menuliskan namanya di kotak pencarian.

Apa saya benci?
Entahlah, terkadang saya sinis saja dengan mereka, kebencian yang dirasakan diam-diam, membuat persaan jadi kelam.Suram.

Sampai sekarang saya tidak bisa menolong perasaan saya sendiri. Termasuk perasaan yang tidak bisa saya definisikan melalui rangkaian kata.

Share:

Wednesday, July 9, 2014

Kesal

Kadang hidup selalu dicecoki oleh pertanyaan-pertanyaan dan kata-kata yang menyebalkan yang kadang kita tidak tahu jawabannya.  Mereka yang berada dalam keadaan beruntung, selalu melemparkan pertanyaan yang sama ketika mereka bertemu dengan orang yang kurang beruntung. Entah apa maksudnya, jikalau ia peduli, itu baik, kalau ingin pamer, mungkin perasaan yang bernama kesal dan iri mulai muncul.

Entah mengapa perasaan negatif belakangan ini selalu mengahampiri, saya merasa ada yang salah pada diri sendiri belakangan ini. Mudah sekali merasa kesal dan sedih. Berbeda dengan diri yang dulu, melontarkan kata “peduli amat” setiap pertanyaan yang menyebalkan menghampiri, melontarkan tanpa memikirkannya, tanpa ada rasa beban. Entah mungkin banyak berpikir akan hal-hal akan dilakukan sekarang, menjadi apa di masa depan, cemas akan masa depan. 

Saya teringat akan ucapan kakak saya, “sabar aja, semua itu akan datang, tapi kita tidak tahu kapan, jangan berhenti berusaha, tetap semangat dan jangan lupa banyak ibadah”.

Banyak ibadah. Kegiatan itu sekarang kadang sering saya abaikan, tidak seperti dulu, entah mengapa, saya merasa malas, padahal saya sudah merencakan untuk melakukan ibadah itu, tapi akhirnya saya tidak melakukannya. Makin hari, saya merasa ibadaha saya banyak berkurang.  Mungkin karena ini saya mudah sedih dan kesal.  Mungkin juga karena ini Tuhan juga abai terhadap hal yang saya inginkan.

Menulis ini melegakan saya, pertanyaannya terjawab sudah, setidaknya sedikit.
Share:

Sunday, June 29, 2014

Berusaha dan Beribadah

Banyak diantara manusia yang telah berusaha sekeras mungkin untuk mencapai kesuksesan, terutama mendapatkan materi yang berlebih. Ia selalu berusaha sekuat tenaga dan pikiran, tetapi masih memiliki kehidupan yang tidak diharapkannya. Sekeras apapun mereka berusaha, mereka tidak mendapatkannya.

Melihat hal ini saya teringat Max Weber dengan yang ditulisnya berjudul Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme. Saya tidak akan menuliskan teorinya secara gamblang, saya tidak pandai berteori, menjelaskan dengan sempurna, teori ini tentang semangat bekerja, agama dan surga. Koreksi jika saya salah.

Teringat Weber, saya berpikir bahwa jika kita melakukan sesuatu, apapun, kita harus menganggapnya ibadah, tujuannya untuk ibadah, bekerja untuk ibadah, mungkin dengan itu kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Mungkin itu di dunia atau di dunia lain kelak. Mungkin.
Share:

Friday, August 23, 2013

Selamat Ulang Tahun Ma

Udah 25 Agustus, gue lagi KKN.
Hari ini adalah hari ulang tahun almarhumah mama gue.Selamat ulang tahun, tenang disana, ii selalu rinduin mama kok, doain tiap sholat, selalu ingat mama.

 Beliau meninggalkan tahun 2007,  saat itu gue 13 tahun. Beliau meninggal akibat pembengkakan jantung. Saat itu mau Ujian Nasional, alhamdulillah masih bisa lulus dengan nilai sangat memuaskan, tapi sewaktu SMA, gue jadi malas sekolahnya, ngerasa kehilangan banget, kehilangan penyemangat. Gue SMA berubah banget. Telat, sering bolos les, tidur di kelas, jauh banget sama gue saat SMP dulu, mungkin mama gue orang yang "terlalu perhatian" suka nelponin gue, soalnya dia sibuk banget. Nyebelin sih. Saat itu cuma basket yang buat gue senang.

Jujur, gue kangen. Pengen sih setiap waktu yang gue habiskan, gue bisa ngedengerin mama berkali-kali nelpon dan nanya " kamu lagi apa?". 

Tapi ya gimaaaaanaaaa, udah takdir, life must go on. Tetap semangat.

Alhamdulillah masih punya Abah, kakak-kakak dan abang-abang. 

Selamat Ulang Tahun, Ma.
Share: