Sunday, March 12, 2023
Tuesday, October 4, 2022
Merenung Dalam Keheningan di Wisata Bono
Monday, May 10, 2021
Kenapa Kita Harus Jadi Social Media Ambassador di Perusahaan?
Dua tahun belakang, saya mendapatkan tantangan baru bergabung dengan tim Digital Media APRIL, tempat saya bekerja. Namun, pekerjaan sebelumnya sebagai External Communication tetap saya jalankan secara bersamaan.
Bergabung di tim digital media
merupakan hal yang menarik untuk di kulik. Saya yang dulu tergabung dalam Social
Media Ambassador sekarang menjadi bagian dari tim yang mengelola social
media perusahaan. Kok ya perlu perusahaan menggunakan karyawan sebagai Ambassador?
Kan bisa membayar para influencer untuk mengkampanyekan perusahaan? Kok
karyawan mau sih jadi Ambassador?
Awalnya saya bahkan tidak
mengetahui untuk apa sih tugas sebagai Ambassador perusahaan. Posting di
social media mengenai perusahaan di akun pribadi apa tidak kehilangan followers?
Mengkampanyekan program perusahaan di akun pribadi karyawan apakah mereka efektif
untuk membantu branding perusahaan?
Dari yang saya lihat, ternyata
menjadikan karyawan sebagai Ambassador perusahaan tidaklah sulit. Saat
ini orang-orang menggunakan smartphone, hampir sebagian dari kita
menggunakan social media. Social media adalah bagian yang tak
terpisahkan oleh kehidupan kita saat ini. Sebut saja Facebook, Twitter,
Instagram, TikTok bisa dibilang banyak digunakan masyarakat. Orang-orang
akan tertarik dengan apa yang orang lain posting, kehidupan pribadi,
pencapaian, dan hal-hal yang menyedihan.
Nah balik lagi mengapa perusahaan
memilih karyawan sebagai Social Media Ambassador mereka?
Selain menaikkan personal
branding mereka, para netizen yang budiman ternyata trust people more
than they trust companies. It’s that simple. Karyawan menjadi media
paling efektif sebagai channel komunikasi perusahaan kepada pihak eksternal. Juga,
karyawan akan dengan ikhlas untuk mengkampanyekan pesan-pesan, nilai-nilai yang
dianut oleh perusahaan, karena mereka adalah bagian dari penting dari
perusahaan. Selama 8 jam lebih, mereka menghabiskan waktu untuk belajar,
berkarir dan mencari nafkah di perusahaan tersebut.
![]() |
Social Media Ambassador APRIL bersama Iman Usman |
Karyawan juga dapat
meningkatkan company branding perusahaan dengan membantu meng-amplify
postingan terkait perusahaan di akun pribadi mereka sehingga membuat relasi
antara perusahaan, karyawan dan orang eksternal yang melihat.
Dengan karyawan menjadi Social
Media Ambassador, reputasi perusahaan dapat menjadi lebih baik di mata para
masyarakat. Masyarakat juga mengetahui apa saja promo, program dan kehidupan di
perusahaan tersebut. Dan itu mereka berikan secara sukarela tanpa ragu-ragu.
Ternyata, saya gak kehilangan followers, tapi malah bertambah !
Yuk jadi Social Media
Ambassador perusahaan.
Monday, December 28, 2020
Kecemasan Finansial
Kita membebani diri kita sendiri sehingga tak bisa bergerak. Jangan salah, bergerak adalah hidup
Kalimat yang diucapkan Ryan Bingham tersebut langsung membuat saya berpikir bahwa saat ini saya hanya stuck di sini, tidak kemana-mana. Saya harus bergerak, bergerak untuk maju, memperbaiki beberapa hal untuk mencapai tujuan. Bergerak dan terus bergerak. Bergerak dan berpindah. Jangan kebanyakan berpikir, just do it. Rezeki gak kemana. Semoga segera dipertemukan dengan hal-hal yang baik.
Harus dimulai dengan menyusun jadwal. Just Do It, jangan terlalu banyak berpikir.
Harus punya semangat yang sama seperti di kala sekolah dulu.
Awal-awal COVID-19 benar-benar banyak kursus yang saya ambil, mulai dari Communications Strategies, Management Conflict, Kursus bahasa Inggris sampe The Fundamentals of Digital Marketing Google yang ada ujiannya.
Please don't overthinking
Let's start !!!
Thursday, August 6, 2020
Cara Belanja Gen Z
Beberapa waktu belakangan, saya mendownload TikTok untuk menghapus dahaga penasaran saya terhadap platform yang katanya banyak dibenci oleh generasi saya, generasi Z. Awalnya, saya memang kurang tertarik bermain TikTok yang 'katanya' berisikan prang berjoget-joget. Namun, ternyata anggapan itu tidak benar, paling benar ! Tapi, tergantung awalnya kita interest kemana dan di timeline kita akan muncul video-video yang kita sukai.
Nah, di timeline saya yang tidak banyak orang joget-joget, ternyata banyak anak usia sekolah, kuliah, ya bisa dibilang generasi Z sering posting barang yang mereka beli. Ternyata setelah saya perhatikan, ada perbedaan dengan generasi saya, sebagai generasi millenial dalam berbelanja.
Adanya pergeseran nilai. Mereka lebih terfokus pada nilai. mereka melihat suatu produk tersebut dan benar-benar memahami siapa pembuatnya, bahan bakunya berasal darimana, apa misi dari produk tersebut dan hal-hal lainnya. Ya, sepertinya mereka melakukan sesuatu lebih jauh dan mempercepat sebuah trend.
Mereka mau mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk membeli barang-barang yang sustainable agar nantinya mereka tidak merasa bersalah saat menggunakannya. Mereka lebih memperhatikan nilai-nilai sosial, status dan sebagainya.
Mereka sepertinya tidak menganggap kemewahan dari brand yang ditempel di tas, kemeja, sepatu sebagai identitas mereka. Mereka benar-benar ingin menjadi unik, menjadi berbeda. Bahkan, jika sesuatu barang itu mahal, mereka akan tetap mau membelinya. Mereka ingin jadi diri sendiri dan mereka nyaman.
Kalau dulu mungkin tidak banyak pilihan. Sekarang sudah banyak, jadi mereka bisa memilih yang sesuai dengan apa yang mereka cari dan yang mereka inginkan. Ditambah dengan media sosial secara keseluruhan sebagai platfrom yang sangat pas untuk mengiklankan suatu produk.
Selebriti aja sekarang sepertinya kurang dipercaya oleh Gen Z ini. Kenapa? saya melihat saat ini banyak suatu brand yang suka meng-endorse barang ke mikro influencer. Mereka memposting suatu produk dan saling berkomentar satu sama lain sehingga menciptakan dialog yang kolaboratif agar produk ini dapat dipercaya oleh Gen Z ini. Ada lagi yang menggunakan jasa influencer, jika influencer satu pake ini, mereka akan beli.
Konsep pemasaran telah berubah. Generasi X mereka lihat sebuah iklan produk di televisi dan saat iklan itu muncul, ada kebahagiaan yang muncul. Generasi Y mengkombinasikan dari televisi dan pendapat dari orang sekitarnya. Kalau Gen Z lebih memfilter. Mereka mendengarkan pendapat orang lain, dan melihat banyak di social media. Jika itu memberikan pengaruh dan sejalan dengan mereka. mereka akan pakai.
Huh.
Padahal emang sih, kalau di pikir-pikir, kebanyakan barang mahal itu nyaman.
Thursday, April 2, 2020
Ketika Corona Buat Kita Jadi Nothing
Corona Virus
COVID-19
Berasal dari China, Wuhan
Kemudian menyebar ke dunia berbagai belahan
Korban mulai banyak berjatuhan
Banyak orang mengalami kerugian
Apakah ini hukuman?
Corona beri kita secercah harapan
Memberi kita alasan
Untuk hidup setidaknya satu siang kedepan
Tapi kita berdoa saja harusnya kita hidup ratusan bulan ke depan
Kita mulai kerja dirumah
Karena virus ini tidak ramah
Sudah menjadi wabah
Kita harus tabah
Corona ini musuh tak terlihat
Sekarang kita hanya bisa jaga diri agar selamat
Jangan nongkrong di berbagai tempat
Berhenti keluar rumah jika tidak perlu amat
Wednesday, April 5, 2017
Lima Cara Yang Harus Diingat Saat Bermedia Sosial
- Pastikan konten yang disebarkan adalah benar dan bermanfaat. Jika konten tersebut akan merugikan pihak lain, sebaiknya urungkan niat untuk mempostingnya.
- Gunakan Media Sosial untuk hal-hal yang positif.
- Gunakan media sosial sebagai sarana sillahturahmi.
- Jangan melampiaskan amarah di media sosial. Ketika Emosi kita tak sadar dan tak pakai logika mengunggah sesuatu yang ternyata bisa berefek panjang. Selain itu, emosi di media sosial juga tidak baik untuk kesehatan.
- Tahan jempol Anda untukk tekan like/ retweet. Ketika kita tertarik pada suatu postingan, tetapi postingan tersebut belum tentu benar dan kita sudah memberikan like/retweet untuk postingan tersebut, secara tidak langsung, kita telah menyebarkan informasi yang belum tentu benar.
Saturday, July 30, 2016
Biasanya
Sudah pukul 01.42 dinihari.
Rumah rasanya beda. Beda banget.Setiap pulang kerumah, selalu emosional, ada yang hilang. Masih gak percaya. Biasanya Abah selalu telpon saya saat perjalan puang dari Pangkalan Kerinci ke Pekanbaru. Setiap Sabtu siang, suara beliau selalu terdengar diujung telepon "Dijemput dimana, nak?". Sekarang sudah tidak ada lagi. Setiap saya masuk rumah biasanya dari jendela pasti melihat Abah sedang nonton. Sekarang pun tv jarang ada yang nonton. Biasanya juga kita setiap weekend minum kopi di boffet abang dan makan nasi goreng di dekat Djuanda. Sekarang itu itu sudah jadi kenangan dalam pikiran saya.
Sebulan sudah aku tanpamu
Rasanya berat
Kok cepat ya
Baru aja kemarin maaf-maafan sebelum masuk puasa, rupanya kita gak bareng di lebaran kali ini.
Maaf karena gak sering pulang tiap minggu.
Maaf, gak bisa pulang di minggu terakhir yang harusnya saya bisa lihat abah,nyesal banget rasanya gak pulang.
Tenang di sana Abah, I always love you, my handsome Dad. Sudah bahagia sama Ibu di sana.
Monday, September 21, 2015
Kita Hanya Sebatas Layar dan Jaringan
Monday, August 17, 2015
MERDEKA !!!
Budaya yang masih sangat tertanam dalam keluarga-keluarga di Indonesia adalah seringnya menyalahkan yang muda. Yang muda dilarang menyampaikan argumennya, berpendapat bebas, bersuara bahkan pilihannya.
Yang muda pun enggan menyuarakan pendapatnya, sebab, takut dikira tidak sopan atau melawan yang tua.
Padahal yang muda hanya ingin menyuarakan pendapatnya, memberikan kritikan, masukan.
"Masih kecil sudah kurang ajar"
Pasti kata-kata tersebut sering terucap dari mulut yang tua-tua. Menganggap pendapat dan kritikan yang muda tidak penting dan dianggap tidak manusiawi.
70 tahun Indonesia saat ini, kita masih terjebak dengan budaya yang seperti itu. Yang tua sekarang susah sekali menerima, mendengarkan kritik yang muda. Sebab, yang muda dianggap sedikit pengalaman dan mengecap asam manis kehidupan.
Nah, entah sampai kapan budaya ini mengakar ke generasi berikut. Mungkin kita, yang katanya generasi Y akan sama dengan yang tua sekarang.
Semoga kita semua bisa bebas berpendapat dan bahkan mengeluarkan sarkas.
MERDEKA !!!
Wednesday, July 22, 2015
Berbicara Fadli Zon
Thursday, July 2, 2015
Berpikir Tentang Tujuan
Sekarang sekitar pukul 00.51 AM. Didepan saya sedang ada sebuah buku yang hampir sebulan belum selesai saya baca, satu pena, note book dan handphone kecil yang casingnya sudah tak terlihat baik. Tolong belikan saya hp baru.
Hari ini saya tak tidur dengan keponakan saya, dia tidur dirumahnya karena sekarang sedang libur, rumahnya di depan rumah saya. hahaha. Saya sangat bahagia karena tengah malam ini biasanya ia mengigau sampai saya selalu meneriakinya "hei,hei tidur,".
Belakangan saya mencintai tidur, setelah selesai bekerja saya akan tidur tiga hingga empat jam, kemudian makan, dan tidur kembali, bangun makan sahur dan tidur lagi. Tapi saya merasakan selalu mengantuk ketika kepala saya menempel dikasur.
Saya tak ingin membicarakan apa yang saya rasakan ketika mewawancarai teman dan orangtua salah satu korban Pesawat Hercules yang yang jatuh di Medan Selasa Kemarin. Pilu.
Sambil menelungkupkan badan diatatas bantal, saya memikirkan apa tujuan saya. Selama ini saya hanya menyimpannya tanpa berusaha. Saya belum berusaha, tapi masih menggerutu. Usaha itu sesuatu yang punya tujuan dan dilakukan dengan daya juang tinggi. Setelah saya mendapatkan apa yang saya inginkan, saya tidak mulai belajar hal yang baru. Kadang saya kesal dengan diri saya sendiri.
Pertama, saya tak mengerahkan seluruh kemampuan dan melakukannya sampai batas kemampuan saya. Saya tidak mengambil sesuatu yang saya inginkan. Kedengarannya seperti perkataan orang egois.
Saya kadang hanya menengadah ke langit menunggu buah jatuh. Berusaha dengan setengah hati. Saya menjadi bertanya-tanya, apa saya tak berminat dengan diri sendiri? dengan tujuan saya?
Setelah lulus, hanya beberapa tujuan saya yang tercapai, selebihnya? belum ada.Rasa malas ini ingin saya buang jauh-jauh. Jauh sekali.
Thursday, June 25, 2015
Ketika Basa Basi Dilagukan
Sudah hampir seminggu Ramadhan datang menghampiri umat Islam di bumi. Sudah berapa yang batal? yang jelas lebih dari satu. Bulan puasa tahun ini saya menghabiskan nya di jalan. Semoga saya tak tua di jalan.
Belakangan saya sering melihat sesuatu yang memang dari dulu kurang saya sukai. Basa-basi dilagukan dan puji-pujian diutarakan. Ketika saya berada di dalam situasi ini, dalam hati saya berucap "Cepatlah ini berlalu..". Jujur, saya tak betah dengan ramah temeh seperti ini. Mungkin saya belum mengerti siklus hidup dan mencari makan. Mungkin juga saya salah menanggapi arti mimik muka orang-orang ini.
Entahlah, saya merasa terkukung dalam kepalsuan saat itu. Seseorang yang umurnya 15 tahun lebih tua dari saya berkata "Kalau enggak begitu, enggak dapat duit, enggak dapat relasi, mati dimakan cacing,".
Entahlah, mungkin aturan mencari makan seperti itu. Orang-orang yang terlihat apa adanya akan lebih tertinggal.Mungkin. Entahlah saya masih belum paham dengan hal seperti ini.ENTAHLAH.
Kemudian saya ingat tokoh sosiologi yang membahas hal seperti ini, sering saya sebut, Erving Goffman. Teori Dramaturgi. Setiap manusia, punya dua sisi kehidupan, back stage dan front stage. Front stage itu sering kita gunakan untuk mengatur image atau kesan kita didepan orang lain. Biasanya, kita, sebagai manusia ingin terlihat baik dan disukai banyak orang. Itu manusiawi. Tapi apakah di back stage kehidupan kita, kita nyaman dengan kehidupan di front stage tersebut? Apakah hidup ini hanya sekedar mengatur kesan tanpa hidup itu kita nikmati? Mengapa banyak orang yang populer mati bunuh diri padahal kesan yang ia tampilkan selalu bagus? Apa kita hidup hanya berpura-pura? Entahlah, setiap manusia di bumi ini punya jawaban yang berbeda.
Saya sering dikira laki-laki dengan orang yang pertama kali bertemu dengan saya. Sebab, kesan yang saya keluarkan memang seperti iti, rambut pendek,bercelana panjang, kemeja laki-laki, sepatu juga laki-laki. Banyak yang sudah memprotes saya untuk mengubah penampilan saya seperti ini. Bahkan ada yang mengira saya jeruk makan jeruk.
Saya tak mengubris apa permintaan orang-orang kepada saya. Saya begini karena saya suka style seperti itu. Saya masih nyaman. Ya walau terkadang saya risih orang yang menyaman saya dengan "jeruk makan jeruk" tapi saya tak terlalu ambil pusing.Yang jelas saya tak seperti itu, saya masih normal. haha. Mungkin suatu saat saya akan berjodoh dengan pria yang bermil-mil jauhnya dari tempat saya sekarang.
Foto dibawah ini hasil miss komunikasi dengan mas-mas salon langganan saya. Saya menyesal memotong rambut saya. Saya berharap rambut ini berlalu dengan cepat.
Monday, May 4, 2015
I hope All is Fine
Rencanaya saya akan tidur sebelum pukul 00.00. Tetapi sampai pukul 12.13 AM saya bahkan belum memejamkan mata. Sejak pukul 09.00 PM tadi saya hanya memainkan handphone, salah satu saya agar tak berpikir banyak.
Hari ini sebenarnya mood saya sedang tidak bagus. Bawaannya malas. Bosan.
Bahkan hari ini saya belajar dari pengalaman buruk saya. Saya belajar untuk bertanggung jawab diatas kaki sendiri, apa yang telah saya lakukan.
Memang sangat sulit bagi saya, bahkan saya harus membuang-buang bensin dijalan. Saya bahkan tak bisa berbicara apa-apa. Pelajaran hidup ini membuat saya begitu cemas dan takut. So far so bad, oh my god, i hope all is fine, help me.
Mungkin, dengan pengalaman buruk yang baru saja terjadi, saya belajar tentang tanggung jawab, ketelitian dan kedalaman serta tak lupa menjadi dewasa.
Sekarang saya tidak tahu apa yang harus saya tulis. Saya hanya ingin memeluk guling dengan khusyuk, bangun segar, sarapan sehat, kerjaan besok lancar.
Friday, April 3, 2015
Rutinitas
Beberapa hari belakangan saya merasa tak bahagia, merasa kehilangan semangat, susah konsentrasi. Kegiatan beberapa bulan ini mungkin membuat saya bosan. Rutinitas ini mulai membuat isi kepala runyam, seperti terserang dementor dalam film Harry Potter.
Mesin semangat saya sepertinya sedang turun. Saya sudah berusaha membuangnya, saya sudah pergi menonton sebuah film, bernyanyi sampai kehabisan tenaga di ruang karaoke bersama teman saya, pergi sendirian ke suatu tempat ramai. Tetapi semua itu tak ampuh untuk mengembalikan semangat saya.
Kadang saya pikir, saya harus melakukan sesuatu yang baru. Tetapi untuk saat ini saya belum bisa, saya belum mampu. Saya ingin sekolah lagi, itu saja. Saya rindu membahas manusia yang sekarang sudah terlalu mainstream, termasuk saya juga di dalam lingkaran itu, terkadang.
Saya rindu perjalanan. Rindu ke tempat asing, rindu mendengar aksen yang berbeda, bahasa yang berbeda, rindu udara segar, rindu melarikan diri sejenak.
Sebagai manusia, saya mengalami kesulitan besar untuk memusatkan perhatian pada masa sekarang. Saya selalu berpikir tentang apa yang telah saya lakukan, tentang bagaimana saya seharusnya melakukannya, tentang berbagai konsekuensi perbuatan saya, dan tentang betapa saya tidak berbuat seperti yang seharusnya.
Atau saya berpikir tentang masa depan, tentang apa yang akan saya lakukan besok, pencegahan-pencegahan apa yang harus saya lakukan, bahaya-bahaya yang menanti saya di masa depan sana, bagaimana cara mencegah apa yang tidak saya inginkan dan bagaimana cara mendapatkan apa yang selalu saya dambakan.
Menggunakan kata-kata tidak berarti apa-apa. Saya harus menceburkan diri saya yang sudah tercemar dengan rutinitas.
Sebenarnya bukan rutinitas yang jadi masalah. Saya hanya tidak bahagia.
Monday, January 26, 2015
Kebencian Diam-diam
Entah mengapa hal-hal yang sudah berlalu, bahkan mereka yang ada di kehidupam saya yang dulu selalu saja hadir dalam setiap kotak search di sosial media yang saya punya.
Entah mengapa nama-nama itu muncul di otak saya dan menginstruksikan jari jemari saya untuk menulisnya.
Pada kesempatan berseluncur di twitter saya tak sengaja membaca twit yang saya lupa akunnya.
"Kita selalu susah melupakan orang yang membekas di hati kita"
Yap. Memang beberapa orang membekas dihati saya, tetapi saya ingin menutup pintu hati saya untuk mereka. Alasannyapun terdengar klise bagi saya.
Semakin saya ingin menghilangkan kenangan-kenangan itu, semakin gencar saya menuliskan namanya di kotak pencarian.
Apa saya benci?
Entahlah, terkadang saya sinis saja dengan mereka, kebencian yang dirasakan diam-diam, membuat persaan jadi kelam.Suram.
Sampai sekarang saya tidak bisa menolong perasaan saya sendiri. Termasuk perasaan yang tidak bisa saya definisikan melalui rangkaian kata.
Wednesday, July 9, 2014
Kesal
Sunday, June 29, 2014
Berusaha dan Beribadah
Friday, August 23, 2013
Selamat Ulang Tahun Ma
Jujur, gue kangen. Pengen sih setiap waktu yang gue habiskan, gue bisa ngedengerin mama berkali-kali nelpon dan nanya " kamu lagi apa?".
Monday, April 30, 2012
Perspektif Aja
