Why So Happy Meal?
Salah satu Restoran Cepat saji yang dulunya sangat saya gandrungi makanannya kini kembali hadir di Pekanbaru. Mc Donalds (Mekdi). Ada sebuah fenomena menarik saat restoran ini dibuka pada bulan Desember 2015 ini. Baru saja dibuka, restoran ini sangat banyak dikujungi oleh warga Pekanbaru, yang memang kerap jika ada sebuah restoran baru, warga kota madani nan bertuah ini lansung menyerbu tempat tersebut. Sebab, diduga takut ketinggalan atau bisa juga budaya konsumtif mulai merasuki jiwa warga Pekanbaru, tidak terkecuali saya.
Setiap ada sesuatu yang baru, mereka lansung menyerbu bahkan rela mengantri ber jam-jam untuk mendapatkan makanan yang baru.
Apa Pekanbaru kurang tempat hiburan? Setiap hal yang baru seperti objek wisata, kuliner.
Salah satu Restoran Cepat saji yang dulunya sangat saya gandrungi makanannya kini kembali hadir di Pekanbaru. Mc Donalds (Mekdi). Ada sebuah fenomena menarik saat restoran ini dibuka pada bulan Desember 2015 ini. Baru saja dibuka, restoran ini sangat banyak dikujungi oleh warga Pekanbaru, yang memang kerap jika ada sebuah restoran baru, warga kota madani nan bertuah ini lansung menyerbu tempat tersebut. Sebab, diduga takut ketinggalan atau bisa juga budaya konsumtif mulai merasuki jiwa warga Pekanbaru, tidak terkecuali saya.
Setiap ada sesuatu yang baru, mereka lansung menyerbu bahkan rela mengantri ber jam-jam untuk mendapatkan makanan yang baru.
Apa Pekanbaru kurang tempat hiburan? Setiap hal yang baru seperti objek wisata, kuliner.
Atau ini sebuah globalisasi budaya yang sekarang merasuki pola gaya hidup bahkan selera makan warga Pekanbaru? atau warga Pekanbaru saat ini bukan mementingkan rasa? atau hanya mementingkan gaya? atau bahkan label atau status? atau suka dengan sesuatu yang praktis? atau warga Pekanbaru sudah jenuh dengan restoran cepat saji lain ?
Terlepas dari itu. Saya selalu berdoa makanan fast food ini hadir di kota saya. Walaupun hingga sekarang saya belum makan di sana, hanya makan untuk bawa pulang alias dibungkus. Rasanya sih sama dengan ayam-ayam lainnya. Tidak ada yang berbeda, bagi saya.
Terakhir, Mekdi ini hadir ketika saya masih SMP, antara tahun 2004 atau 2005. Hampir disetiap Sabtu setelah pulang sekolah, saya mampir ke Mekdi bersama teman atau Abah dan Mama saya.
Ayam Mekdi ini juga sampai dibawa ke rumah kakak saya yang saat itu masih tinggal di Perawang. Bahkan, Almarhum Mama saya kalau mau ke Perawang, pasti bawa Mekdi untuk cucunya saat itu. Ingat Mekdi ingat Mama saya, Mama saya waktu itu hanya bisa pergi ke Mekdi karena tidak perlu harus masuk ke dalam tempat perbelanjaan, di tengah kota dan dekat dengan SMP saya dulu di SMPN 13 Pekanbaru. Saya masih ingat beliau memesan empat potong ayam, bagian paha atas plus kentang goreng ukuran jumbo. Saya masih ingat. Ayam itu dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat-rapat sehingga ayamnya tidak peyot ketika sampai di Perawang. Sampai di rumah kakak saya, saya dan ponakan saya lansung melahap dengan nikmat.
Dan sekarang saya Mekdi hadir kembali di Kota saya. Saya sampai sekarang belum membelinya secara lansung, duduk dan menikmatinya, dipastikan saya ke sana dengan suasana yang berbeda dan dengan orang yang berbeda pula.
6 Januari mendatang, tepat 9 tahun jiwa Mama saya pergi dari raganya.
Terlepas dari itu. Saya selalu berdoa makanan fast food ini hadir di kota saya. Walaupun hingga sekarang saya belum makan di sana, hanya makan untuk bawa pulang alias dibungkus. Rasanya sih sama dengan ayam-ayam lainnya. Tidak ada yang berbeda, bagi saya.
Terakhir, Mekdi ini hadir ketika saya masih SMP, antara tahun 2004 atau 2005. Hampir disetiap Sabtu setelah pulang sekolah, saya mampir ke Mekdi bersama teman atau Abah dan Mama saya.
Ayam Mekdi ini juga sampai dibawa ke rumah kakak saya yang saat itu masih tinggal di Perawang. Bahkan, Almarhum Mama saya kalau mau ke Perawang, pasti bawa Mekdi untuk cucunya saat itu. Ingat Mekdi ingat Mama saya, Mama saya waktu itu hanya bisa pergi ke Mekdi karena tidak perlu harus masuk ke dalam tempat perbelanjaan, di tengah kota dan dekat dengan SMP saya dulu di SMPN 13 Pekanbaru. Saya masih ingat beliau memesan empat potong ayam, bagian paha atas plus kentang goreng ukuran jumbo. Saya masih ingat. Ayam itu dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat-rapat sehingga ayamnya tidak peyot ketika sampai di Perawang. Sampai di rumah kakak saya, saya dan ponakan saya lansung melahap dengan nikmat.
Dan sekarang saya Mekdi hadir kembali di Kota saya. Saya sampai sekarang belum membelinya secara lansung, duduk dan menikmatinya, dipastikan saya ke sana dengan suasana yang berbeda dan dengan orang yang berbeda pula.
6 Januari mendatang, tepat 9 tahun jiwa Mama saya pergi dari raganya.