Showing posts with label Meracau. Show all posts
Showing posts with label Meracau. Show all posts

Tuesday, May 30, 2023

Reclaiming Connection and Joy in Adult Life

Yeah, I've just realized it's been ages since I've had a good chat with someone. It's mostly just work-related talk during meetings or brainstorming sessions. I really miss having a yarn about random stuff and having a good laugh about life.

After givin' it some thought, heaps of things have changed. Adult life is pretty simple, ya know?

Monday to Friday, it's all about workin', and on the weekend, all I wanna do is sleep, do some sports, play music. And when I'm on holiday, I mostly just chill out in one place and watch people passin' by.

Do I need to go back to school to be more productive?
Ahahahaha

Actually, it's not really what I need, you know. You guys already know, hahaha.

Right now, the song that fits this phase is Depeche Mode, Somebody.

Share:

Sunday, November 20, 2022

Vindest Jalan Keluar Kecemasan Finansial

Beberapa bulan belakang, otak saya penuh dengan bagaimana menambah income. hahahah.

Kekhawatiran akan masa depan finansial berseliweran di kepala. Melihat tabungan yang ternyata tidak sebanyak saat pandemi membuat saya sering gusar. Padahal tidak membeli apa-apa. Kok bisa ya.

rasanya menabung tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Meskipun, tidak ada kebutuhan tambahan, tidak ada hutang, ya paling menyenangkan kakak dan keponakan sesekali.

SSaya pikir dan kemudian cari-cari info ternyata saat harga BBM naik, semua komoditi juga naik. Ya apa boleh buat, dunia memang seperti itu. Mungkin inilah yang membuat saya gusar. Ditambah, tanpa sengaja mengkonsumsi content yang menceritakan tentang ketakutan akan finansial. Gak nyari juga, tapi nongol aja gitu. Thx you lho algorithma.

Kegusaran itu berada di otak saya sampai tidak membuat tenang. Kemudian, saya mencari jalan keluar dengan menonton hal-hal yang lucu dan tidak terlalu berat. 

Saya menonton video-video Vindest yang belum saya tonton.





Mereka berdua ini telah saya tonton sejak masih kanak-kanak sampai sekarang. Menurut saya mereka icon antimainstream. Gak melulu mengikuti trend, tapi bekerja dengan niat dan bisa melihat pasar. Gabungan antara passion, niat dan marketing yang oke. Bisa dilihat dari #TibaTibaTenis minggu lalu yang riabuan orang nonton di youtube dan penuh di Istora Senayan.

Acara gak menyuguhi sensasi, tapi pure hiburan dan dihiasi dengan informasi. Keren.

Pengen banyak nulis tentang ini tapi sudah jam 10 malam. Saya harus landing di kasur karena sedang memperbaiki jam tidur yang kian hari tak menentu.

Share:

Tuesday, April 20, 2021

Jadi Orang Baik

Kita adalah orang baik.

Sebuah paradox.

Terkadang, orang yang merasa baik adalah orang yang paling sering menyakiti orang lain. Tapi orang yang nyadar, dia bisa berlaku jahat ke orang lain, dia akan berbuat baik kepada orang.

Kalimat yang menyatakan bahwa kita harus berbuat baik kepada orang, karena nantinya orang tersebut akan membalas berbuat baik kepada kita. Terdengar semacam take and give.

Kalau di pikir-pikir, sebagai manusia, harusnya kita berbuat baik kepada orang bukan karena ingin diperlakukan baik, tetapi kita melakukan perbuatan baik itu karena itulah yang benar.

Tapi...

Kita tetap saja sebagai manusia ada aja yang gak sukanya sama orang. Kadang mereka membuat kita sedih, kadang mereka membuat kita kecewa, kadang mereka membuat kita marah.

Kalau dipikir-pikir ya, itu adalah yang diluar ekspektasi kita. Kita terlalu berharap orang lain itu berperilaku sesuai dengan yang kita harapkan. Tentu gak bisa dong.



Share:

Saturday, April 3, 2021

Self-Healing dan Kurangi Perasaan Negatif

Sedikit ringan.

Itulah yang saya rasakan beberapa waktu belakangan. Semenjak saya memilih jeda dari rutinitas kerja yang setahun tiada henti, saya akhirnya pulang ke rumah sejenak. Saat itu saya benar-benar dalam keadaan demotivasi dan tidak ada keinginan melakukan apa pun selain kerja, nonton film, tidur atau makan. Rasanya seperti sakit hati, marah, kecewa, sedih. Mungkin kebiasaan ini dianggap malas, tetapi pada saat itu saya benar-benar kehilangan daya dan energi untuk melakukan sesuatu. Andai saja energi itu bisa di refill seperti teh ocha di Sushi Tei, mungkin saya bisa setiap hari me-refill nya, tapi sayangnya tidak.

Waktu itu saya hanya berkata dalam hati "Time will heal". Tapi faktanya adalah waktu gak bisa menyembuhkan. 

Pada saat melarikan diri itu, saya benar-benar berpikir, kok bisa? Kenapa hal ini tidak bisa pindah dari diri saya? Kenapa saya tidak bisa pindah? Lalu banyak pertanyaan muncul dalam kepala yang bikin pusing mencari jawabannya, sampai ngerasa kok hidup begini sih? Apa yang salah sih? Saya sadar saat itu saya benar-benar dalam kondisi tidak baik-baik saja.

Seorang berkata :

"Mungkin harus maafin orang-orang yang berada di masa lalu, supaya hidup ke depan terasa ringan, Atau memaafkan diri sendiri dan jangan terlalu keras dengan diri sendiri,"

Kalimat itu sontak membuat saya berpikir. Apa benar saya belum memaafkan orang-orang yang pernah menyinggung saya? Bahkan saya benar-benar tidak sadar itu terjadi.

Sambil memandang ke luar jendela, saya begitu banyak berpikir tentang apa yang saya rasakan. Flashback terhadap hal-hal yang membuat saya sedih. Ternyata, selama ini saya membuang energi terhadap orang-orang yang dulu pernah mungkin secara tidak sengaja menyakiti, entah saya yang terlalu take something personally. Saya sadar kalau hal itu yang membuat saya stress, mungkin aja pikiran seperti itu membuat kolesterol saya naik terus. Haahaha

Mikir keras sampai sembelit

Singkat cerita kemudian saya memilih untuk mengikuti meditasi, melatih pernapasan, menulis apa yang saya rasakan, ya semacam self healing gitu. Saya melakukan meditasi setiap hari, bangun tidur dan sebelum tidur. Kadang-kadang suka skip juga sih. 

Dari sana, dampak lainnya, saya pun ingin menghilangkan perasaan-perasaan negatif dalam diri saya. Mulai dari belajar melihat sisi yang positif dari berbagai hal, lebih banyak bersyukur sama yang udah dipunya dan mulai berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Mengurangi mengeluh terhadap sesuatu, kalau pun secara tidak sengaja keluar dari mulut saya, saya langsung mencoba"Udah-udah gak usah, stop, stop,". Saya cuma mau kurang-kurangin mengeluh.

Dari sana, perlahan saya mulai paham bahaya mengeluh. Apalagi ngeluh ke orang lain. Karena bisa aja mereka yang tadinya bersemangat, bisa banget ter-influence untuk jadi malas. Saya sadar betapa bahayanya orang-orang yang mentalnya ngeluh mulu.

Sekarang?

Sampai sekarang saya mencobanya, walaupun masih belum sepenuhnya. Tapi saya mulai membuka blog dan menulis tulisan yang rada serius. Dibalik semua itu, saya mulai paham, bukan waktu yang menjadi obat bagi luka kita, tetapi kemampuan diri kita untuk menyembuhkanlah yang menjadi obat yang paling penting dalam menyembuhkan kesakitan kita.

Yuk bisa yuk

Share:

Monday, January 27, 2020

Usai di Sini

Saya bahkan gak terlalu menyukai lagu Raisa. Tapi setelah didengerin lagu Usai Sudah-nya Raisa. Dalam sekali makna lagu ini, liriknya bikin galau sekali. 



Lagu ini menceritakan sesuatu. Manusiawilah untuk memperjuangkan sesuatu. Kadang juga harus berani juga, bijaksana untuk tahu batasnya, kita mengusahakan sesuatu dan memaksakan sesuatu.

Kalau memaksakan sesuatu itu, kadang harus step back melihat dan berani bilang kalau kita saling menyakiti. Yang indah-indah jadi pahit-pahit, lebih baik usai di sini.

Seperti seseorang yang bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan. Walaupun berat, dia sudah memilih untuk melanjutkan hidupnya daripada bertambah sakit hati.

Lagu menyiratkan bahwa seseorang pernah berada dikondisi yang dilematis. Ingin mempertahankannya, tapi sudah terlalu banyak mengorbankan perasaan. Ingin mengakhirinya, tapi masih menyimpan rasa sayang untuk kekasih. Semua jadi serba membingungkan.
Dari lagu ini seseorang yang terlihat tegar, terkadang justru yang menyimpan banyak beban di dalam dirinya.
Jika sudah tak tahan lagi, beban yang selama ini hanya disimpan saja lama kelamaan akan meledak. Jangan salahkan jika ia kemudian membuat keputusan yang pahit demi meredakan amarah yang selama ini terpendam.
Lagu ini mengajarkan dia untuk tidak menyesali keputusan yang telah dia buat. Tujuannya supaya dia bisa menjalani hidup yang positif.
Share:

Wednesday, January 1, 2020

2020 Here We Go

2019 adalah tahun yang luar biasa bagi saya. Banyak kesempatan yang saya dapatkan pada tahun itu. Banyak pula kegiatan baru yang saya coba. Saya bersyukur bisa melewati tahun 2019 dengan baik.

Awal tahun, saya mengikuti Public Relation Indonesia Awards dan Alhamdulillah berhasil memenangkan Silver Winner Sustainability Program. Lalu diberikan kesempatan untuk belajar di APRIL Jakarta dari April hingga Juni 2019. Sepulang itu, saya diberi tantangan untuk bergabung di tim Digital Media APRIL. Tapi, tetap handle pekerjaan yang lama, external communication. Tak lama setelah itu, saya ditunjuk sebagai tim kreatif untuk Event People Developer Award, penghargaan untuk karyawan yang memiliki jiwa kepemimpinan dan sekaligus mampu mengembangkan tim mereka. Terakhir, diberikan kesempatan berbagi pengalaman sebagai junior PR di Majalah PR Indonesia.

Tahun 2019, merasa diri ini banyak kurang. Stress melanda, saya sempat pada titik untuk tidak ingin mengerjakan sesuatu, setelah saya menghadapi beberapa ketidakpastian. Tapi ternyata saya sadar. Mungkin selama ini yang bersujud sebatas raga, tapi lupa menghadirkan jiwa. Sujud hanya sebatas membaca, tapi sangat jarang mengikut sertakan doa. 

Tuhan ingin hambaNya berlama-lama dalam doa, tapi mungkin saya terlalu ingin buru-buru bercengkrama dengan dunia.

Tahun 2019 saya juga bertemu dengan banyak orang dan saya banyak sekali belajar dari mereka. Thank you for making it so special because you make me feel special.

Namun, masih banyak hal yang belum tersampaikan di tahun 2019 lalu.

Memasuki 2020 dengan banyak optimisme dan positive thinking dengan percaya bahwa tidak ada yang mustahil untuk mencapai sesuatu jika saya benar-benar menginginkannya.




Share:

Monday, August 12, 2019

Cara Mengatasi Ketidaknyamanan

Saya ingin menulis tentang ketidaknyamanan. Sumber ketidaknyaman itu beragam. Ketidaknyamanan membuat tidak ada dialog yang jujur sehingga semua tidak bisa berjalan baik. Terkadang sumber ketidaknyaman itu dari hal-hal yang sensitif dan pribadi. Beban pribadi dan profesional menumpuk, bisa jadi tidak nyaman.

Kebanyakan generasi muda sekarang menganut budaya mempermalukan orang lain di depan khalayak netizen atau paling tidak WA grup, dibandingkan dengan berbicara langsung kepada orang terkait. Lebih sulit lagi, bagi pemegang jabatan. Curhat di sosial media atau menegur dengan di sebuah WA grup itu juga tidak baik. Tuhan aja tidak broadcast kesalahan manusia.



Masalah lebih serius adalah tentang pengabaian, perasaan diabaikan. Saya pikir sebagai pemimpin pada level apapun, kita harus memastikan bahwa semua orang memiliki kesempatan sama untuk bersinar dan tumbuh. Terkadang ada favoritisme tak disengaja karena kenyaman bekerja dengan seseorang.

Tidak ada pelajaran yang bisa diambil jika seseorang dalam kondisi yang tidak nyaman atau stress. 

Tapi....

Kalau masih muda, coba banyak hal, ambil kesempatan, tertawai diri sendiri adalah hal yang terpenting. Jika ingin tahu sesuatu, cobalah, fokuslah pada tujuan. Ubah semua hal jadi menyenangkan karena pekerjaan bisa saja membosankan. Ubah itu menjadi hal yang berguna dan menyenangkan.

Memiliki pekerjaan yang 100 persen hebat dan menyenangkan jika seseorang bisa membuat semuanya jadi seru, produktif, dan berdampak. Artinya, kita punya jiwa bermain, minat tinggi, dan punya tujuan.

PS : Tulisan ini untuk mereka yang mengalami ketidaknyamanan. Semoga bisa bangkit dan jadi yang terbaik diantara yang terbaik.
Share:

Tuesday, May 7, 2019

The World Without The Beatles

Tidak enak badan, kemudian membuka twitter, ketemu film yang berjudul Yesterday.
Penasaran, saya buka google kemudian saya ketik " Yesterday Film". Muncul berbagai website yang banyak mereview tentang film ini. Dalam minggu ini, Film tersebut akan segera rilis di Belanda. Saya berharap film ini juga diputar di Indonesia.



Membaca review film ini tidak membuat saya tertarik. Memang, minat baca saya mulai berkurang, tapi saya khawatir, minat untuk berkomentar saya meningkat. Semoga tidak ya. 

Saya kembali membuka youtube dan mengetik di kotak search trailer Yesterday Film. Trailernya saja sudah banyak spoiler.

Film ini menceritakan bagaimana dunia tanpa The Beatles. Awalnya sih konyol, seorang lelaki tertabrak karena tiba-tiba di seluruh dunia terjadi pemadaman global alias mati listrik massal. Tapi si lelaki ini tetap selamat dan bangun dimana dunia tidak pernah memiliki The Beatles.

Setiap dia menyanyikan lagu The Beatles, orang-orang berpikir itu lagu yang dia ciptakan dan si lelaki ini pun menjadi musisi karena lagu-lagu The Beatles. 

Di akhir trailernya, ada Ed Sheeran yang mengubah lagu Hey Jude menjadi Hey Dude. 

Sepertinya kocak.

I have loved The Beatles since I was 18.
The Beatles were always a great band. 
Nothing more, nothing less.


Share:

Saturday, September 15, 2018

Ketika Kamu Merasa Menjadi Nothing

Oke.
Untuk kesekian kalinya, saya merasa menjadi nothing. Apa yang saya kerjakan tidak bernilai dan tidak dihargai. Ide saya seringkali tidak diterima. Bahkan ide dan pekerjaan saya sering diclaim oleh orang lain. Padahal saya bertanggung jawab dengan pekerjaan. Bukan karena itu permintaan bos atau ada bos, saya baru terlihat sibuk bekerja. Saya mengerjakan pekerjaan yang bahkan itu bukan di jobdesk. Pekerjaan orang yang dilimpahkan ke saya. 

Saya tidak mengerti tentang konsep 'mendelegasikan' pekerjaan dengan malas mengerjakan suatu pekerjaan kemudian pekerjaan itu dilimpahkan ke orang lain. Dan tidak jarang, orang yang melimpahkan pekerjaan mendapat apresiasi dan saya tidak.

Atau saya hanya orang bodoh, pesuruh bodoh yang mau mengerjakan pekerjaan itu yang dimulai dengan kata tolong.

Ah, itu mungkin perasaan saya saja.

Jadi, apa karena itu saya harus menyerah?  Tidak. Saya tidak ingin menyerah, saya tidak ingin menjadi orang yang lemah. Banyak orang diluar sana mungkin mengatakan apa yang saya jalani enak. Banyak orang di luar sana mungkin menginginkan pekerjaan saya. 

Saya harus bersyukur dengan apa yang telah saya dapatkan. Be grateful. Mungkin sekarang menjadi nothing. Bisa saja, nantinya tidak. Hidup berputar seperti roda.

Saya mulai berpikir pekerjaan yang saya lakukan, tidaklah sia-sia. Apa yang saya kerjakan, mungkin tidak ada nilainya di mata orang lain, tapi saya pasti belajar hal yang baru tanpa disadari. 

Perasaan-perasaan negatif ini jangan membuat saya menyerah begitu saja. Jujur, saya ingin menyerah. Tapi, saya berpikir lagi, jika saya menyerah, apa yang saya lakukan sebelumnya menjadi sia-sia.

For myself,  dont give up. Menjadi something memang harus ditempa tanpa jeda. Harus sabar tiada akhir. Hilangkan perasaan dan pikiran negatif. Terus belajar banyak hal. Terus melatih percaya diri. Do the best!!! Mengutip lirik lagu Tulus, yang terburuk kelak bisa jadi yang terbaik. 

*Awalnya ingin menulis apa yang membuat saya merasa menjadi nothing. Tapi lama-kelamaan menjadi tulisan seperti ini. Memang menulis salah satu bentuk terapi keluar dari perasaan negatif. 

Share:

Sunday, August 19, 2018

Meracau Dini Hari

Belakangan saya sulit tidur. Badan sudah capek tapi belum juga tidur. Seperti sekarang. Banyak sekali kata-kata yang sering bertabrakan di kepala. Membikin pusing. Saya selalu bilang ke orang lain kalau overthinking itu membunuh kita. Mulut memang lebih cepat.

Not easy,  to be human is less grateful, sometimes happy, sometimes i am sad and depressed. God help me, please.

Terlalu banyak kecemasan dan kepanikan belakangan. Terkadang itu tak bisa saya handle. Kadang saya biarkan itu berlalu begitu saja. Dalam hati selalu bilang "toh nanti juga berlalu". Apa sih yang sudah saya buat?

Ini yang tidak habis-habisnya. Saya tidak puas dengan apa yang saya kerjakan. Ingin menambah ini, itu. Mengapa bukan begini saja. Penting gak sih begini?. Kok cuma ini sih yang bisa dikerjain?

Kalimat ini yang selalu jadi penguat saya "Saya bukan anak siapa-siapa, saya tidak punya power, tidak ada orang kuat dibelakang saya, jadi saya harus bekerja keras". Kalau dipikir-pikir Hidup memang gak adil, siapa bilang adil?.

Charles Bukowski saja tidak terlalu banyak berusaha tapi bisa bikin buku bagus. Ini hanya contoh.
00.42.

Mencoba untuk tidur.
Share: