Showing posts with label #MELAWANASAP. Show all posts
Showing posts with label #MELAWANASAP. Show all posts

Wednesday, January 25, 2017

Kisah Pemuda Riau yang Jaga Desa Bebas dari Api

Mengubah pola pikir masyarakat untuk tidak lagi membuka lahan dengan cara membakar tidaklah mudah. Perlu kesabaran dan ketekunan untuk mengedukasi jika membuka lahan dengan bakar itu berbahaya

Seperti kisah seorang pemuda dari Desa Teluk Binjai, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Zuriadi (32) buktinya.  Sebagai Crew Leader atau koordinator penggerak dalam penanggulangan kebakaran di desa melalui Program Desa Bebas Api atau Fire Free Village Program, Zuriadi setiap hari mendatangi berbagai lapisan masyarakat di desanya untuk memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan masyarakat untuk menjaga lahannya.

Ia mengatakan sosialisasi yang ia lakukan tidaklah sekali dua kali, tetapi berulang-ulang agar masyarakat paham membakar lahan itu tidak baik untuk kesehatan dan menggangu kegiatan sehari-hari mereka. Berbagai penolakan saat sosialisasi pun ia dapatkan. Beberapa masyarakat ada yang menolak dengan mengatakan sejak dulu mereka membuka lahan dengan membakar, sehingga tidak perlu adanya sosialisasi ini.

“Memang penolakan saya temui di awal-awal saya menjadi Crew Leader di tahun 2015 lalu. Saya mengakui sulit mengubah pola pikir masyarakat, tapi saya tidak mau menyerah begitu saja, berbagai cara saya lakukan seperti sosialisasi dengan menggunakan pendekatan personal, setiap acara desa atau pengajian di desa. 

Berbagai kesempatan saya manfaatkan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. Pokoknya saya selalu sosialisasikan kalau ada kesempatan, di kedai kopi, lahan pun saya sosialisasikan. Kami juga setiap dua hari sekali patroli untuk melihat apakah ada lahan yang terbakar, jaga-jaga kalau ada biar dipadamkan segera,” ujarnya.

Lama kelamaan masyarakat menjadi paham membuka lahan dengan cara bakar tidaklah benar. Saat ini mereka membuka lahan tidak lagi dengan membakar tetapi menggunakan cara manual seperti parang, cangkul dan alat-alat pertanian lainnya. Hal ini membuat Desa Teluk Binjai pada tahun 2016 mendapatkan reward sebesar Rp 100 juta yang digunakan untuk infrastruktur di desa berupa semenisasi jalan desa.

Lain lagi dengan Ihsan (31), Crew Leader asal  Desa Langgam, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan. Saat mengedukasi masyarakat ke rumah-rumah, ia pernah diusir menggunakan parang. Ia menceritakan masyarakat menganggap hal yang dilakukan Ihsan tidaklah penting. Penjelasan tentang membuka lahan menurut mereka tidaklah penting.

“Ya itu resiko kami, agar masyarakat tidak membuka lahan dengan membakar lagi. Saya terus bilang ke mereka kalau apa yang ia berikan agar desa mereka tidak berasap dan aktivitas masyarakat tidak terganggu. Alhamdulillah, perlahan mereka mengerti,” ujarnya.

Manajer Program Desa Bebas Api, Sailal Arimi mengatakan program ini terfokus pada pencegahan membuka lahan dengan bakar. Perusahaan juga menyediakan reward dalam bentuk infrastruktur bagi desa yang berhasil menjaga lingkungannya dari kebakaran lahan.

"Bagi desa yang berhasil menjaga wilayahnya tidak terbakar akan memperoleh reward Rp 100 juta dalam bentuk infrastruktur seperti pembuatan jembatan, sumur bor dan lainnya. Adanya reward dalam bentuk infrastruktur dapat membantu mengembangkan potensi yang ada di desa," tuturnya.

Tahun 2016, program Desa Bebas Api yang merupakan inisiatif dari PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), atau APRIL group, kata Sailal telah membantu masyarakat 18 desa yang merupakan peserta program membuka lahan pertanian dengan menggunakan teknologi pertanian secara mekanis dan manual.  
Share:

Thursday, October 22, 2015

#MELAWANASAP

Sebelum aku mulai mengoceh, izinkan aku untuk membuka ocehan ini dengan

#MelawanAsap

#MelawanAsap

#MELAWANASAP

Hari ini aku bertemu orang baru lagi. Orang Jepang. Dia bersama perwakilan Jepang di Indonesia Kuniyasu dan Reporter namanya Soyama. Reporter Tokyo TV. Tidak bisa bahasa Inggris, apalagi bahasa Indonesia.

Lucu ketika ia memperkenalkan diri kepadaku. Lewat line. Sebelumnya, ia memintaku untuk menggoyang-goyangkan HP ku agar bisa terhubung satu dengan yang lain. Ternyata gagal. Akhirnya ia memberikan id linennya kepadaku sambil menunjukkan idnya dari HPnya. Aku menduga ia susah membaca huruf latin. Aku menuliskan namaku di room chat "i am sari". Kemudian ia membalas "i am Soyama". Sambil menunjukkan Profile Picturenya, ia memberikan isyarat itu anak saya. Lalu, saya menjawab dengan jempol sambil berkata "handsome boy".

Sekarang saya berpikir jika kabut asap ini sudah mendunia. Riau bukan lagi go nasional, tapi sudah go Internasional, akibat kabut asap.

Diluar isu-isu "Indonesia menjadi Tumbal bagi negara maju", Negara kita gagal. Tak bisa mengatasi kabut asap. Sudah beberapa kali saya bertemu reporter asing untuk liputan kabut asap ini. Apalah pemerintah tidak malu?. Aku mulai bosan mengeluh akibat asap.

Aku hanya membayangkan apakah bisa seluruh warga Pekanbaru ini turun ke jalan dan meninggalkan beberapa jam pekerjaannya hanya untuk menyuarakan kita murka. Warga menduduki kantor Gubernur dan menyampaikan orasinya, keluh kesahnya. Aku terbayang peristiwa 1998 lalu yang diputar di televisi-televisi.

Kalau boleh memilih, daripada kejatuhan bom atom, lebih baikturun ke jalan bersama-sama. Menyuarakan aspirasi. Biat kota lita tak ada aktivitas, aktivitas hanya da di jalan, #MELAWANASAP.

Semoga Tuhan Bersama Kita

Share: