Showing posts with label Pangkalan Kerinci. Show all posts
Showing posts with label Pangkalan Kerinci. Show all posts

Monday, October 9, 2023

Mengapa Saya Resign?

 Saya pindah ke Pekanbaru, Riau tepat tiga bulan lalu. Pekanbaru cukup beda dengan Pangkalan Kerinci, kota tempat saya berkarir selama kurang lebih tujuh tahun. Bisa dibilang, tidak terlalu banyak perbedaan antara kedua kota ini, hanya dari fasilitas saja. Jadi bagaimana saya bisa kembali ke haribaan tanah kelahiran saya?

April 2023, 7 bulan lalu, saya dihubungi oleh HRD sebuah rumah sakit swasta di Pekanbaru. Betul, RS Awal Bros Group melalui linkedin. Isinya, apakah saya sedang open opportunity. Setelah mengalami karier “prestisius” saya di APRIL Group (part of RGE Group) selama tujuh tahun sejauh ini, dan dikelilingi oleh rekan-rekan kerja dari berbagai negara, suku, agama dan latar belakang, fasilitas yang bagus, serta banyak benefit baik lainnya, saya mencoba untuk menerima tawaran tersebut. Walaupun penuh resiko secara pribadi dan professional, pada May 2023, saya pun menyetujui untuk bergabung pada bulan July 2023. Hati saya penuh harapan, siap untuk merangkul perubahan mendalam dalam diri, rutinitas stabil saya sebelumnya.

Semua tujuan yang saya tetapkan untuk diri saya sendiri selama berkarir pada satu tujuan utama: menghadirkan lebih banyak tujuan dan pengalaman dalam hidup saya.

Yup. Seringkali alam semesta berjalan dengan cara yang tak terduga, ia cenderung memberikan peluang dan pengalaman yang mungkin tidak pernah kita duga sebelumnya. Pasti kita semua pernah mengalami moment ketika kita melihat ke belakang dan menyadari semua itu memiliki makna besar dalam hidup. Hidup kita ini, punya cara untuk menghubungkan segala sesuatu dan mengungkapkan kebijaksanaan.

Bahkan, sebelum saya di APRIL Group, alam semesta dengan tegas membimbing saya, menuju langkah besar. Pada akhirnya, ada dua alasan saya mengambil langkah ini: pertumbuhan, kebanggaan, dan peluang.

Jadi, Ketika saya berpikir untuk pindah, saya merasa bahwa saya telah sampai pada momen menentukan karakter dalam hidup saya. Seberapa pentingnya bagi saya untuk berada di tempat yang sama? Dan apa yang akan saya lakukan untuk membuat itu terjadi?

Keluarga, sahabat dan teman dekat saya selalu mensupport saya untuk membuka sayap yang lebar karena itu bukan hanya karena kesenangan, tetapi juga pengalaman yang memperluas wawasan dan membangun karakter. Saya juga ingin mengalami pertumbuhan pribadi seperti itu. Walaupun, sangat berat meninggalkan “rumah” saya sebelumnya, saya harus pindah. Memang terasa pilu melepaskan, tapi mengejar tujuan adalah langkah yang tak terelakkan. Setiap perpisahan membuka pintu pada babak baru yang penuh potensi dan peluang. Keraguan tak menghentikan langkah, dan harusnya tak ada kata penyelasan.




To all of SAHABAT RAPP,
Thank you for being my eyes when I couldn’t see, being my hand when I couldn’t touch, being my feet when I couldn’t walk, and being my ears when I couldn’t hear.

Bakalan kangen hari-hariku di sana. #riyaberolahraga #riyabermusik

Sampai jumpa di kesempatan lain semuanyaa.

Beli sekrup di Toko Hokkie
Rere Left The Group

Share:

Friday, March 17, 2023

Pindah Kamar Baru: Petualangan Lucu Mencari 'Space' di Antara 6 Kardus dan Fakir Wifi!

Hampir satu bulan saya pindah ke kamar baru. Ruanganya tidak terlalu besar, cukup untuk sendiri dan barang-barang saya (sebenarnya tidak, karena ada 6 kardus dikirim ke rumah, karena barangnya tidak digunakan). FYI, perusahaan tempat saya bekerja memang menyediakan fasilitas seperti mess untuk karyawannya. Sangat nyaman, karena semuanya ada dan gratis. Awalnya saya hanya membawa 1 koper baju hehehe.

Kamar sebelumnya sangat nyaman, sharing dengan roommate, luas dan wifinya nyampe. Jika dibandingkan dengan kamar saya sekarang, kamar single, tidak terlalu luas, wifinya tidak nyampe (Sekarang jadi fakir wifi), beberapa minggu ini saya bangunnya telat tidak seperti biasanya, tapi saya cukup happy di sini, lebih berasa me time, overthinking, bermain musik, mungkin ada rencana saya akan bikin konten.

Sebenarnya, udah lama pengen pindah ke kamar single, cuma saya selalu overthinking:
  1. "Apakah nanti barang-barang saya muat?"
  2. "Apakah saya akan nyaman nantinya di kamar baru?"
  3. "Apakah nanti roomate saya tersinggung ketika saya pindah kamar, padahal kan tidak ada konflik?"
Pertanyaan-pertanyaan itu ternyata terlalu lama dipikiran saya, keraguan-keraguan dari pertanyaan itu tidak membuat pindah-pindah, padahal ingin. Yup, memang, saya penuh dengan pertimbangan. 

Kemudian tibalah e-mail dari Housing HRD saya yang berisi relokasi kamar. Saya tanpa basa-basi langsung dengan senang membalas email dengan "Kapan saya bisa pindah?" tanpa pikir panjang. 

Saya memberitahu roomate jika saya ingin pindah. Dan ternyata diluar prediksi BMKG, roomate saya fine-fine saja (mungkin dalam hati, akhirnya aku sendiriaaaan, hahah candaaa). Point nomor 3 hanya ada di dalam pikiran.

Saat packing pun saya dilanda demam dan flu berat, tapi tetap semangat karena akan pindah ke kamar yang baru. Satu per satu barang-barang dimasukkan ke dalam kotak, menemukan-menemukan barang sentimetal di masa lalu. Terutama tiket bioskop, sampe saya menghitung sudah berapa kali kita nonton film, tiket-tiket nonton IBL, hal-hal kecil tersebut banyak menyimpan kenangan dan kadang, saya simpan walau sudah tak lagi bersamanya. Halaaah

Proses pindah ini cukup melelahkan raga, saya akhirnya tahu, saya punya apa saja di kamar. Terlalu banyak, dan memutuskan untuk mensortir apa yang saya butuhkan saja karena di kamar baru space nya amat sangat terbatas, mungkin 2x lebih kecil dari kamar saya sebelumnya. 

Pindahan dibantu oleh 3 orang yang sangat mau direpotin, sobat olahraga, roomate dan kepala divisi transportasi di kantor, alias driver kantor. Dan akhirnya setelah 3 hari, bisa tidur di kamar baru. 

Ternyata tidak seburuk apa yang saya pikirkan. Nyaman-nyaman saja. Pertanyaan-pertanyaan sebelumnya tidak terbukti. 

Jadi, kalau dipikir-pikir, saya pindah hanya butuh suasana baru, lebih privasi dan pertanyaan-pertanyaan apa yang ada dikepala sudah ada jawabannya.

Saya jadi belajar banyak hal dalam hal perpindahan ini:
  1. Pertanyaan yang belum ada jawabannya terkadang ditemukan ketika mencobanya
  2. Jangan kebanyakan pertimbangan, kelamaan, jadinya gak kemana-mana
  3. Saya jadi banyak melakukan hal yang bermanfaat, menulis, bermain musik, dan hal-hal positif lainnya.
Semoga vibes ini masih terus berlanjut sampi saya menjadi manusia setengah salmon ya. hehehe

*menarik juga dibikin dokumenter tentang perpindahan ya. Nantilah kalau kamarnya udah jadi kayak di pinterest-pinterest


Share:

Thursday, October 25, 2018

P-A-M-E-R

Pamer.
P-A-M-E-R.
Satu kata yang sebagian orang mengartikan itu sifat negatif. Kadang kita pun kesal terhadap orang yang suka pamer. Misalnya membangga-banggakan diri. Kita sebagai manusia tentu saja sedikit kesal terhadap orang yang suka membanggakan diri.


'Dia pamer karena gak ada orang yang membanggakan diri dia, Jadi dia banggain dirinya sendiri'.

Belum lagi mereka yang suka pamer di sosial media. 
Lagi makan di tempat mahal dan fancy, update status di WA grup. Lagi mau nonton film di bioskop, foto tiket, upload di instastory. Lagi liburan di Suriname, langsung upload di semua akun sosial media.
Norak.

Namun, tidak semuanya begitu. Ada hal-hal terselubung dibalik postingan di lini masa yang terkesan pamer.

Here We Go :

1.Ingin Diakui
Itu tadi, karena gak ada yang banggain prestasinya dia, jadinya banggain diri sendiri. Ia hanya ingin menunjukkan prestasinya ke dunia. Saat ini menunjukkan prestasi di media sosial sangat penting untuk menunjukkan personal branding dan #duniaharustahu. Apalagi untuk kaum millenials. Mereka ingin diapresiasi, dihargai apa yang mereka lakukan atau kerjakan.

2.Sering Dipandang Sebelah Mata
Nah ini, karena mereka sering diremehkan, mereka akhirnya menunjukkan jati dirinya agar orang lain mengakui dirinya. Mereka ingin menunjukkan pencapaian mereka kepada orang lain. Ini lho gue. Gitu.

Maka dari itu, sebagai manusia, kita tidak boleh memandang rendah seseorang. Hargai seseorang apapun statusnya.

3. Untuk Memberikan Informasi
Kebanyak netizen yang berada di lini masa, posting tentang kegiatan charity mereka kerap dianggap pamer. Padahal, jika ditelisik lebih dalam, ternyata tidak juga. Bisa jadi mereka ingin mengajak khalayak netizen untuk ikut serta dalam kegiatan charity tersebut.

Dari semua ini, poin pentingnya dari pamer adalah niat, intensi, motivasi dan tujuannya. Sudut pandang kita berperan dalam penilaian untuk menentukan apakah sebuah perilaku yang dilakukan seseorang netizen termasuk pamer atau tidak.

Pamer kadang hampir disamakan dengan narsistik, jika tujuannya ingin dirinya terlihat hebat di mata orang lain. Pamer juga bisa muncul dari adanya rasa kurang percaya diri. Pamer digunakan untuk menutupi kelemahan diri.

Dunia maya saat ini mendorong orang untuk tampil sesuai apa yang mereka inginkan, tujuannya untuk eksistensi diri identitas dan membangun citra.

Pamer juga bisa berdampak positif yang dapat menginspirasi orang lain. Hal yang dipamerkan dianggap baik oleh orang lain dan mendorong mereka untuk melakukan yang sama atau lebih baik.

Be Positive J





Share:

Tuesday, June 20, 2017

Berdialog, Berkomunikasi dan Bersilaturahmi

Selama Ramadan tahun ini saya sering ikut dalam kegiatan Safari. Berkunjung ke wilayah-wilayah yang ada di Riau. Banyak hal yang saya pelajari. Momentum bulan Ramadan sangat tepat untuk menjalin silahturahmi kepada semua pihak. Apalagi dalam pelaksanaan ibadah-ibadah di bulan Ramadan yang banyak bersifat kolektif, seperti kegiatan berbuka atau shalat tarawih sehingga memudahkan untuk berkomunikasi secara lebih massif, efektif dan efisien.

Ramadan adalah saat yang tepat untuk melakukan safari, yakni perjalanan untuk berdialog, berkomunikasi dan bersilahturahim dengan masyarakat. Menjalin silahturahim di bulan yang penuh berkah ini secara tidak langsung memperkuat persatuan dan kebersamaan.

Tradisi safari Ramadan ini rutin dilakukan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) setiap tahunnya karena memiliki efek yang sangat konstruktif, yakni sesuai dengan salah satu prinsip perusahaan yakni baik untuk masyarakat (community).

Selama Ramadan ini, perusahaan tempat saya bekerja mengunjungi 163 Desa di 5 kabupaten yang ada di Riau, diantaranya Kabupaten Pelalawan, Siak, Kuantan Singingi (Kuansing), Kampar, dan Kepulauan Meranti. Selain itu, dalam safari Ramadan tersebut, perusahaan juga memberikan berbagai bantuan santunan kepada anak yatim dan fakir miskin sebanyak 3320 orang, 1.146 Al Quran dan 1.146 Iqra serta 5 jam digital penunjuk shalat.

Tahun ini juga saya kembali berkumpul dengan keluarga Alumni Penerima beasiswa Tanoto Foundation. Buka bersama ini menjadi ajang saling kenal dan membangun jaringan sesama kami. 

Ramadan 1438 H yang seru. 
Saya berharap bertemu lagi di Ramadan tahun-tahun berikutnya.





Share:

Friday, April 21, 2017

Dia juga Kartini

Peralatan operasional yang sangat dibutuhkan di bidang perindustrian dalam kegiatan pengangkutan, pengangkatan serta pemindahan barang berkapasitas besar yang biasa disebut forklift, biasanya dioperasikan oleh seorang pria.
Namun, jika dikendarai oleh seorang perempuan, tentu tidak biasa. Kendaraan itulah yang dikendarai oleh Lita Syafriana (22). Bukan tanpa alasan ia memilih untuk mengendarai kendaraan yang harusnya dikendarai oleh laki-laki. Ia memilih bekerja sebagai pengemudi forklift demi membantu perekonomian keluarganya.
Anak kedua dari lima orang bersaudara ini menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya wafat. Bersama kakaknya yang bekerja sebagai penjaga kebun, Lita membantu ibunya untuk membiayai dua orang adiknya yang masih bersekolah.
"Saya harus membantu ibu saya untuk menghidupi keluarga ini. Saya bersyukur mendapatkan peluang dan kesempatan dari PT RAPP (PT Riau Andalan Pulp and Paper). Meski saya perempuan, mereka percaya saya bisa melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan laki-laki," ujar Lita.
Sebelum bekerja sebagai pengemudi forklift, Lita pernah bekerja di salah satu klinik di Pangkalan Kerinci. Selain itu, ia juga pernah menjadi SPG di salah satu pusat perbelanjaan di kota Seiya Sekata ini. Setelah itu, ia mencoba melamar ke PT Riau Duta Berlian, salah satu mitra Community Development (CD) RAPP. Ia pun harus bersaing dengan 52 orang yang juga melamar sebagai pengemudi forklift ini. Ia terpilih bersama 11 rekan lainnya untuk menjadi pengemudi kendaraan pengangkut kertas tersebut.
“Mau bagaimana lagi, Siap tak siap harus siap. Mau tidak mau saya harus siap karena saya butuh pekerjaan. Tawaran kerja di sini (PT RAPP-red) gajinya lebih tinggi daripada sebelumnya jadi SPG dulu. Awalnya saya sempat bingung, tapi setelah saya diterima, saya pun diberikan pelatihan yang berkaitan dengan pekerjaan hingga saya bisa mengoperasikan forklift dan sekarang saya mendapatkan sertifikasi dari Disnaker sekaligus memiliki Surat Izin Operasi,” ujarnya.
Rasa cemas pun sempat menghantui pikiran Lita, ia khawatir tidak mampu menjadi profesi ini. Bahkan, awalnya ia sempat mengalami kecelakaan kecil saat bertugas. Namun, berkat pelatihan yang diberikan, ia kini sudah mahir mengendarai kendaraan besar tersebut, sudah tak ada rasa takut dan cemas yang terlihat saat Lita mengendarai Forklift.
Diakui Lita, ia senang denagn pekerjaan sebagai pengendara Forklift ini. Terlebih lagi bisa bergabung dengan perusahaan sebesar PT RAPP, merupakan sebuah hal yang membanggakan bagi warga Pangkalan Kerinci dan sekitarnya. Forklift yang mampu mengangkat beban hingga ribuan kilogram itu pada kenyataannya tidak semudah mengendarai mobil pada umumnya. Pusat gerakan kendaraan beroda tiga itu berada di ban belakang.
“Jadi kalau bawa forklift itu seperti bawa mobil jalan mundur. Tak semua orang yang mengendarai mobil bisa bawa forklift. Rasa bangga ada jadi perempuan diantara laki-laki. Tak menyangka bisa diterima, karena karyawan yang dipilih bawa forklift yang memiliki kaki sampai ke rem,” ungkapnya.
Sementara itu, Shift Superintendent RAPP, Nofriadi, mengemukakan RAPP telah memberdayakan pekerja lokal perempuan untuk mengendarai forklift sejak tahun 2004. Dia mengemukakan perempuan merupakan pekerja yang lebih halus dan lebih hati-hati dalam bekerja. Hal ini menjadi landasan perusahaan untuk mempercayakan produknya pada perempuan.
“Perempuan itukan sifat dasarnya lebih halus dan lebih hati-hati. Jadi produk kita pun akan lebih terjaga,” ucapnya.

Share:

Wednesday, January 25, 2017

Kisah Pemuda Riau yang Jaga Desa Bebas dari Api

Mengubah pola pikir masyarakat untuk tidak lagi membuka lahan dengan cara membakar tidaklah mudah. Perlu kesabaran dan ketekunan untuk mengedukasi jika membuka lahan dengan bakar itu berbahaya

Seperti kisah seorang pemuda dari Desa Teluk Binjai, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Zuriadi (32) buktinya.  Sebagai Crew Leader atau koordinator penggerak dalam penanggulangan kebakaran di desa melalui Program Desa Bebas Api atau Fire Free Village Program, Zuriadi setiap hari mendatangi berbagai lapisan masyarakat di desanya untuk memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan masyarakat untuk menjaga lahannya.

Ia mengatakan sosialisasi yang ia lakukan tidaklah sekali dua kali, tetapi berulang-ulang agar masyarakat paham membakar lahan itu tidak baik untuk kesehatan dan menggangu kegiatan sehari-hari mereka. Berbagai penolakan saat sosialisasi pun ia dapatkan. Beberapa masyarakat ada yang menolak dengan mengatakan sejak dulu mereka membuka lahan dengan membakar, sehingga tidak perlu adanya sosialisasi ini.

“Memang penolakan saya temui di awal-awal saya menjadi Crew Leader di tahun 2015 lalu. Saya mengakui sulit mengubah pola pikir masyarakat, tapi saya tidak mau menyerah begitu saja, berbagai cara saya lakukan seperti sosialisasi dengan menggunakan pendekatan personal, setiap acara desa atau pengajian di desa. 

Berbagai kesempatan saya manfaatkan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. Pokoknya saya selalu sosialisasikan kalau ada kesempatan, di kedai kopi, lahan pun saya sosialisasikan. Kami juga setiap dua hari sekali patroli untuk melihat apakah ada lahan yang terbakar, jaga-jaga kalau ada biar dipadamkan segera,” ujarnya.

Lama kelamaan masyarakat menjadi paham membuka lahan dengan cara bakar tidaklah benar. Saat ini mereka membuka lahan tidak lagi dengan membakar tetapi menggunakan cara manual seperti parang, cangkul dan alat-alat pertanian lainnya. Hal ini membuat Desa Teluk Binjai pada tahun 2016 mendapatkan reward sebesar Rp 100 juta yang digunakan untuk infrastruktur di desa berupa semenisasi jalan desa.

Lain lagi dengan Ihsan (31), Crew Leader asal  Desa Langgam, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan. Saat mengedukasi masyarakat ke rumah-rumah, ia pernah diusir menggunakan parang. Ia menceritakan masyarakat menganggap hal yang dilakukan Ihsan tidaklah penting. Penjelasan tentang membuka lahan menurut mereka tidaklah penting.

“Ya itu resiko kami, agar masyarakat tidak membuka lahan dengan membakar lagi. Saya terus bilang ke mereka kalau apa yang ia berikan agar desa mereka tidak berasap dan aktivitas masyarakat tidak terganggu. Alhamdulillah, perlahan mereka mengerti,” ujarnya.

Manajer Program Desa Bebas Api, Sailal Arimi mengatakan program ini terfokus pada pencegahan membuka lahan dengan bakar. Perusahaan juga menyediakan reward dalam bentuk infrastruktur bagi desa yang berhasil menjaga lingkungannya dari kebakaran lahan.

"Bagi desa yang berhasil menjaga wilayahnya tidak terbakar akan memperoleh reward Rp 100 juta dalam bentuk infrastruktur seperti pembuatan jembatan, sumur bor dan lainnya. Adanya reward dalam bentuk infrastruktur dapat membantu mengembangkan potensi yang ada di desa," tuturnya.

Tahun 2016, program Desa Bebas Api yang merupakan inisiatif dari PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), atau APRIL group, kata Sailal telah membantu masyarakat 18 desa yang merupakan peserta program membuka lahan pertanian dengan menggunakan teknologi pertanian secara mekanis dan manual.  
Share:

Rasa Syukur yang Dibawa Dunia Akhirat

Sudah dua tahun Wan Bulan (65) tidak bisa mencari ikan di Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan. Saat ini ia hidup dari bantuan para tetangga yang peduli padanya. Ada saja tetangga yang memberikan kebutuhann pokok seperti beras, lauk pauk kepadanya setiap hari. Pemberian tersebut tidak sendiri ia nikmati, tetapi bersama satu anaknya yang sedang sakit dan dua cucunya yang masih
kecil. Kediamannya pun jauh dari kata nyaman. Ia hanya hidup di rumah panggung yang tak layak disebut rumah. Pintu rumah Nek Bulan, sapaan akrabnya hanya terbuat dari kain goni bekas.

Setiap malam, jika angin kencang, ia merasakan dingin hingga mencapai ke tulangnya yang sudah tua. Jembatan menuju rumahnya pun berbahaya, hanya beberapa kayu yang disusun jarang dapat membuatnya terjatuh jika tak hati-hati.

Ia memiliki impian dapat tinggal di rumah yang layak dan membuatnya nyaman. Ia pun mendatangi Kepala Urusan Pemerintahan Desa Sering, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Amirul Mukminin untuk memperbaiki rumahnya yang reot. Namun, karena desa tidak memiliki dana untuk itu, ia pun pulang dengan harapan kosong.

"Saya datang ke pihak desa untuk minta beberapa papan untuk rumah saya. Rumah saya tidak punya dinding pembatas dan kami takut rumah kami roboh. Tapi Desa tak punya dana untuk itu," ujar Nek Bulan sambil menyeka air matanya.

Ia hanya pasrah dengan keadaan rumahnya yang seperti itu. Namun, seusai sholat, ia terus berdoa agar diberikan rezeki untuk membangun rumahnya menjadi rumah yang nyaman ia tinggali bersama anak cucunya.

Doa ia pun dijabah oleh Allah SWT, beberapa bulan lalu, anggota Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sedekah (Lazis) Ikatan Muslim Riau Andalan (IMRA) mendatangi rumah Nek Bulan. Tujuannya, untuk merenovasi rumah Nek Bulan.

Betapa gembiranya ia mendengar rumahnya akan di buatkan oleh Lazis IMRA. Ia langsung memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT hingga sekarang.

"Saya sangat senang ketika ada yang ingin membuat rumah saya. Saya tak menyangka pihak Lazis IMRA RAPP (PT Riau AndalanPulp and Paper-red) datang kerumah saya yang tak layak ini. Alhamdulillah," ujarnya.

Rumah bantuan Lazis IMRA pun saat ini telah ia tempati.  Sampai saat ini ia sangat bersyukur dan terharu memiliki rumah panggung berwarna hijau ini.

"Saya bersyukur dunia akhirat mendapatkan rumah ini. Saya merasa kaya karena memiliki rumah yang indah ini bantuan Lazis IMRA RAPP," ucapnya dengan penuh haru.

Ketua Lazis IMRA PT RAPP, Mispan mengatakan pembangunan rumah Nek Bulan merupakan program dari Lazis IMRA yang sudah berjalan sejak tahun lalu. Dana pembangunan berasal dari zakat, infaq dan sedekah warga Riau Komplek PT RAPP yang mencapai sekitar Rp 23 juta.

"Sebelumnya Lazis IMRA sudah membangunkan dua rumah warga yang kurang mampu dan merenovasi rumah warga. Rumah Nek Bulan ini yang ketiga Kedepannya Lazis IMRA juga akan membantu kebutuhan Nek Bulan setiap bulannya," ucapnya.

Direktur RAPP Rudi Fajar mengatakan perusahaan memiliki karyawan yang berhati mulia yang telah menyisihkan separuh rezekinya untuk warga kurang mampu. Kegiatan ini merupakan kepedulian dari perusahaan terhadap warga di sekitar wilayah operasional.

"Semoga kedepannya banyak yang membantu warga yang kurang mampu dan lebih banyak lagi rumah yang dibedah," tutupnya. (*)
Share:

Thursday, January 12, 2017

Stress ! Go Out !

Beberapa hari belakangan, saya sedang kondisi dengan mood yang tidak baik alias stres. Mungkin saja saya sedang butuh liburan atau hiburan yang tidak biasa, akhirnya membuat bahagia. Banyak hal yang diluar kendali saya. Entah syndrome apa namanya.
Untuk mengusirnya, saya mencoba beberapa formula, diantaranya :
1.  Membersihkan Kamar
Memberishkan lemari pakaian saya yang tidak terlalu berantakan. Saya melakukan hal itu karena saya ingin lebih rapi saja, tidak lebih. Saya melipat pakaian saya serapi mungkin dan menyusun sesuai dengan item-itemnya Kemeja dengan kemeja, kaos dengan kaos, celama dengan celana, pakaian dalam dengan pakaian dalam bercampur dengan kaos kaki sapu tangan. Satu yang yang membuat saya senang baru-baru ini adalah mengepel lantai. Yap. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya mengepel lantai. hahahahaha. Lantai kamar saya yang sudah bersih saya pel lagi agar wangi dan lantai kamar menjadi bercahaya. hehehe. Tidak lupa saya jugamembersihkan barang-barang saya yang berada di bawah tempat tidur. Kegiatan ini mengingatkan saya dengan member Leeteuk Super Junior yang suka bersih-bersih. Heuheu
2. Berselancar di Dunia Maya
Seperti sekarang, saya melanglang buana di dunia maya. Apakah itu posting foto di Instagram saya @sarirezki atau membaca artikel aneh-aneh dan lainnya. Di dunia maya, saya tidak perlu bertemu dengan orang lain, bersalaman dengannya secara langsung, tidak perlu basa-basi, kemudian tertawa palsu. Saya bebas ingin kemana saja dan melakukan apa di dunia maya. Memang saya sudah menikmati candu dunia modern. Satu hal yang membuat saya bertanya-tanya, maya itu cewek atau cowok? Dia digajikah sama aplikasi medsos? hanya Maya yang tahu

Maia gak pake y tapi pake i
3. Nonton Drama Korea
Sudah lama saya tidak merasakan sensasi bahagia menonton drama Korea. Saat ini saya sedang mengkonsumsi drama Lee Minho dan Jun Ji Hyun , The Legend of Blue Sea. Kegiatan ini cukup ampubh menghilangkan kerutan yang ada di otak saya beberapa saat. Saya sedang menanti episode 16 nya. HAHAHAHA

Lee Minho mermaid
Sumber : google

4. Baca Buku
Yap. Membaca buku membuat saya sedikit berkhayal dengan ceritanya. Apalagi membaca buku Haruki Murakami, saya harus fokus. Karena butuh imajinasi yang lebih. Pokoknya saya membaca yang sedikit berat atau novel puitis yang menyentuh perasaan saya. 
Share:

Friday, January 6, 2017

Pulang ke Pekanbaru

sesungguhnya saya tidak tahu akan menuliskan apa. 
Sudah lama saya tidak menulis di blog saya, lama sekali rasanya.

Sabtu ini saya masih masuk kerja setengah hari. Tapet jam 13.00 WIB siang nanti, saya pulang ke Pekanbaru dengan bus karyawan. Iya, pulang ke rumah.

Setiap hari saya begitu merindukan rumah dan beserta isinya. Saya seperti pulang ke pangkuan orang-orang terkasih. 

Jujur, saya trauma untuk tidak pulang setiap minggu. Saya sedikit menyesal ketika saya tidak pulang karena ada pekerjaan, tetapi saat itu Abah saya sedang dirawat di Rumah Sakit. Saya bilang saya akan pulang minggu depannya, tapi ternyata saya pulang empat hari sebelum hari Sabtu. 

Saya takut tidak bertemu dengan keluarga jika tidak pulang setiap minggunya. Sekarang saya selalu mengusahakan setiap minggu pulang ke Pekanbaru ingin melihat mereka, mungkin saja saya tidak bertemu mereka di minggu yang akan datang, umur tidak ada yang tahu.
Share:

Wednesday, November 30, 2016

Menikmati Kamu

1 Desember 2016.

Sekarang saya sedang berada di kota kembang, Bandung. Rasanya tidak ingin pulang. Memang ini bukan yang pertama kali, kali ini berbeda karena sudah bekerja mungkin ya. Hahahaha. Entah kenapa saya tidak ingin pulang dan kembali bekerja.

Bandung.

Saya suka kota ini karena lumayan sejuk dari Pangkalan Kerinci atau Pekanbaru. Tetapi saya tidak ingin tinggal disini, ramai dan jalanan sempit.


Saya hanya ingin menikmati Bandung dan bercengkrama dengan orang terkasih. Tidak dengan hiruk pikuknya. Menikmati obrolan santai. Menikmati bangunan-bangunan tua yang keren-keren. Menikmati kamu (?). Sesederhana itu.

Share:

Saturday, October 1, 2016

Kegairahan Baca Buku

Sekarang saya merindukan bagaimana Raditya Dika mengocok perut saya ketika masa sekolah. Saya rindu bagaimana Coelho membuat bingung kemudian memotivasi hidup. Saya rindu bagaimana Murakami menemani kesendirian saya.

Tiga penulis itu adalah penulis favorit saya. Diusia remaja saya gemar membaca Raditya Dika. Namun sekarang, setelah saya baca bukunya kembali, perasaan menggebu tidak seperti saya membacanya ketika tahun 2006 sampai 2011. Mungkin waktu itu saya memasuki umur 20. Umur menuju pendewasaan. Namun saya tetap menikmati karya-karyanya hingga sekarang.

Lalu, berbeda dengan Paulo Coelho, cerita-cerita perjalanan hidup yang memberikan semangat juga tidak terlalu menggiurkan ketika membacanya sekarang. Ketika saya membaca The Alchemist, saya begitu bersemangat. Namun ketika membaca Adultnya, saya malah tidak menemukan perasaan yang sama seperti membaca The Alchemist, Aleph dan lainnya.

Haruki Murakami. Penulis yang hobi lari ini membuat saya jatuh cinta dengan watanabe dalam bukunya Norwegian Wood. Saya masih menikmati buku-buku orang Jepang ini.

Dibalik semua itu, saat ini kegairahan membaca buku saya mulai berkurang. Saya pun tidak tahu mengapa demikian. Saya seperti kehilangan hal-hal kecil dalam hidup.

Banyak buku yang belum selesai dibaca. Tetapi setiap ke toko buku selalu menambah bacaan baru.
Share:

Wake Me Up When September Ends

Tiga hari yang lalu saya mengikuti training NEW EMPLOYEE ORIENTATION di APRIL Learning Institut, tempat saya bekerja. Training ini untuk para karyawan yang baru saja join di APRIL. Saya juga masih dikatakan baru walaupun sudah delapan bulan disini.

Awalnya saya merasa training kali ini biasa saja. Ucapan-ucapan dari teman-teman terkasih yang mengatakan :

"Makan permen banyak-banyak supaya tidak mengantuk"
Perkataan itu benar. Namun, ada hal yang lebih penting di training ini.
Saya sendiri yang dari dulu tidak suka ikut orientasi siswa dan mahasiswa, menilai training ini adalah sesuatu yang biasa saja, 'ah paling kenalkan ini itu, kenalkan itu, jelaskan ini, jelaskan itu. 'Ya sudahlah dijalan saja'. Begitu saya berkata dalam hati.

Selain menambah pengetahuan saya tentang manajemen perusahaan, training di hari terakhir membuat saya berpikir hingga hari ini, yakni pemateri mengatakan hidup ini harus punya tujuan dan target, maka dari itu hidup menjadi semangat. Dan target itu harus dicatat supaya ingat.

Jujur, selama ini saya tidak ingin menjadi apa-apa, hanya menjadi biasa-biasa saja, sehingga tak punya tujuan kedepannya. Sehari-hari pun semangat mudah turun. Mudah stress.

"Saya di sini buat apa sih? Habis dari sini kemana sih? Mau jadi apa sih? Tahun depan ngapain aja sih"
Training ini seperti membangunkan saya di akhir bulan September. Wake me up when September ends.

Ke depannya, saya ingin mengikut training-training yang membuka pikiran dan menambah ilmu saya.
Share:

Friday, September 23, 2016

BEDEBAH

Bedebah yang ini bukanlah kata makian, tapi bukan juga klub bola para artis, Bermain Dengan Bahagia. Tetapi Bekerja Dengan Bahagia.

Dahulu kala saat masih sekolah, saya ingin menjadi seorang ahli geologi atau fisikawan. Namun karena keterbatasan otak dan daya juang saya dalam belajar serta tidak lulus (hahaha) akhirnya tidak kesampaian.

Setelah lulus dari jurusan sosiologi Universitas Riau, semesta menunjukan saya menjadi seorang wartawan. Yap. Di sebuah media besar yang masih dibawah naungan Kompas, Tribun Pekanbaru. Tentu saya senang sekaligus bangga. Tidak semua orang bisa masuk di sini, apalagi memakai "orang dalam". Profesi ini hanya satu tahun saya geluti, ketika saya dipinang oleh salah satu perusahaan pemberi saya beasiswa, Tanoto Foundation, yakni RAPP. Sekarang saya ditempatkan diposisi media relations officer.

Tentu berbeda dengan menjadi wartawan. Disini saya tidak hanya menulis, tetapi lebih dari itu. Banyak hal-hal yang tidak say ketahui dulu, baik pekerjaan, sistem, hingga sifat manusia. Mungkin hidup saya dari dulu diruang lingkup kecil. Sekarang sedikit meluas. Tentunya, saya berusaha menjadi lebih baik dengan alur yang baik, tidak menginjak kepala orang atau hal yang buruk lainnya. Saya ingin bekerja dengan bahagia.

Share:

Saturday, April 23, 2016

Kapan Nikah ?

Kapan Nikah?

Pertanyaan semacam itu belakangan ini kerap menabrak saya. Entah mengapa, di usia yang masih belia ini, orang-orang menanyakan hal tersebut. Demi tidak memperpanjang introgasi, saya hanya menjawab "Hilalnya belum kelihatan".

Bagi saya, menikah itu bukan karena temanmu sudah menikah, lalu kamu harus menikah, menikah bukan untuk ikut-ikutan. Menikah itu, dua orang harus memiliki komitmen satu sama lain. Mereka harus saling berbagi rasa dan asa. Saat ini, menikah bagi saya belum menjadi prioritas utama. Saya sempat berpikir untuk hidup sendiri, menikmati diri sendiri dengan melakukan hal yang disukai. Namun, saya tidak bisa menolak virus merah jambu menyerang perasaan saya.

Kalau dipikir-pikir, masih banyak yang harus saya lakukan sebelum memutuskan untuk membagi waktu dan hidup untuk orang lain. Intinya, saya belum selesai dengan diri saya sendiri. Bukan berarti saya tidak mau menikah.

Karena menikah bukan semudah melihat Kotaru Minami berubah menjadi satria baja hitam.

Share:

Sunday, April 17, 2016

Oh, God

Perjalanan dari Pekanbaru menuju Pangkalan Kerinci kali ini, membuat saya banyak berpikir, sampai-sampai saya tidur di bus hanya sebentar. Biasanya saat bus baru saja berjalan, saya sudah mulai tak sadarkan diri.

Banyak hal yang saya takutkan. Banyak hal yang saya cemaskan.
Dan hal ini ingin saya keep sendiri dulu.

Ditengah jalan, lampu padam, pendingin ruangan menyala begitu kencang sehingga bulu kaki saya seperti berdiri. Pasalnya, saya memakai celana pendek. Saya masih berpikir banyak hal.

Saya percaya Tuhan sudah menggariskan hidup makhluknya, rizki, jodoh dan kematian sudah tertulis sebelum kita dilahirkan ke dunia. Lantas, mengapa saya mesti mencemaskan hal-hal yang saya pikirkan?.

Kemudian, belakangan jadi orang yang mudah tersinggung. Hal yang menyakitkan memang membuat saya lebih banyak berpikir.

Share:

Wednesday, April 13, 2016

Orang Mah Tahu Luarnya Aja

"Hidup dia enak ya,"
Kata yang acapkali kita keluarkan dari mulut kita. Padahal, kita belum tahu bagaimana mereka itu menjalani hidup. Orang mah tahu luarnya aja.

"Kapan Nikah?"
"Kan udah kerja?"
Pertanyaan yang kerap ditujukan kepada mereka yang lahir di tahun 1990 sampai 1994 saat ini. Termasuk saya. Intinya mungkin belum siap atau sedang mengejar tujuan lain. Bahkan, mungkin belum selesai dengan dirinya sendiri. Orang mah tahu luarnya saja.

"Kan udah lulus, kapan kerja?
Pertanyaan yang krusial yang ditujukan kepada lulusan baru. Sebenarnya bukan tidak ingin bekerja, tetapi belum dipertemukan.

Masih berlanjut

Share:

Friday, March 18, 2016

Pilihan

Memilih pilihan dalam hidup susah-susah gampang. Apakah pilihan hidup yang saya pilih akan menunjukkan jalan keberhasila, kemenangan ataukah kegagalan. 

Itu pulalah yang saya pikirkan ketika harus menyelesaikan skripsi. Pada semester enam, saya berniat untuk dalam waktu 3,5 tahun, karena saya ingin membuktikan kalau saya bisa. Terakhir, ketika saya meminta tanda tangan persetujuan skripsi kepada Dosen Pembimbing, saya disarankan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, saya diminta untuk meningkatkan skor toefl. Tetapi hal tersebut selalu saya tunda. Karena belum  menjadi prioritas utama, saat ini.

Setelah saya lulus dari jurusan Sosiologi Universitas Riau, saya bekerja sebagai jurnalis di salah satu media terbesar di Riau. Saya menggenapi cita-cita yang saya tulis dalam kolom pengisian pendaftaran wisuda tanpa sengaja. Sebelumnya, saya juga sempat dipanggil dua media nasional. Namun, saya merasa setiap hal yang saya lakukan, perlu dukungan dan ridho orang tua. Tepatnya, saya gagal meyakinkan orang tua saya. Dan akhirnya tidak memilih kesempatan itu.

Seiring berjalannya waktu, semua atribut yang saya miliki saat kuliah dulu, mengantarkan saya ke RAPP. Dukungan pun mengalir dari keluarga dan teman-teman dekat. Saya pun memilih untuk hidup mandiri di Pangkalan Kerinci. Meskipun saya tahu, ini adalah sesuatu yang baru dan saya harus lebih banyak belajar untuk mengurus diri diri sendiri.

Untuk saat ini, saya ingin menata hidup, belajar dan mengembangkan diri di sini. Terutama, bahasa Inggris yang masih sangat terbatas. Saya ingin bekerja dan belajar dengan bahagia di sini. 

Saya berharap, pilihan saya sekarang mengantarkan saya kepada kemenangan kecil maupun kemenangan besar dalam hidup.

SELAMAT HARI BAHAGIA SEDUNIA !

Share:

Sunday, March 6, 2016

Sampai di Pangkalan Kerinci

Baiklah.
Mulai Minggu lalu, tepatnya tanggal 28 Februari 2015, saya telah resign dari Tribun Pekanbaru.
Bersama Tribun saya banyak sekali mendapatkan berbagai pelajaran, menanyai orang, memahami sebuah hal, dan tidak lupa menulis. Banyak sekali. Pokoknya saya benar-benar banyak belajar.

Mengapa saya resign? Hhhhm. Sedikit susah dituliskan. Tapi yang jelas, saya ingin mengembangkan karir dan kemampuan saya di perusahaan ini. Bukan saya tidak mengatakan Tribun Pekanbaru karir saya tidak berkembang, sekali lagi di Tribun Pekanbaru saya banyak belajar, mulai sedikit-sedikit menjadi orang yang tidak menutup diri dan bertemu orang-orang yang luar biasa. Tetapi memang, hidup ini pilihan dan di ridhoi oleh Allah dan orang tua. Saya ingin banyak belajar dan berkarir di tempat saya sekarang.

Mulai besok saya akan bergabung dengan salah satu pemberi beasiswa saya dulu, lokasinya di Pangkalan Kerinci. Otomatis, saya harus stay di Pangkalan kerinci. Paling tidak seminggu sekali saya ke Pekanbaru.

Artinya, saya harus pisah dari rumah saya. Dari Abah saya, kakak-kakak saya, abang-abang saya, keponakan-keponakan saya. Sedikit berat, tetapi saya harus ambil kesempatan baik ini. Saya harus merasakan rindu begitu luar biasa dengan orang-orang dirumah saya.

Di sini, saya memang apa-apa sendiri. Ya, makanya mulai masuk mess, dalam pikiran saya "wah, udah harus sendirian"

And, saya harus hidup teratur disini, saya tidak ingin begadang lagi, karena memang Soneta mengatakan Begadang itu tak ada gunanya.

Share: