Monday, May 22, 2023
Tuesday, October 26, 2021
Mindset of Being A Writer From Raditya Dika

Kemarin saya mendengarkan podcast Raditya Dika tentang menjadi seorang penulis. Raditya Dika adalah salah satu idola saya dalam hal menulis. Ketika saya masih SMP, saya SD, saya membaca blognya http://kambingjantan.com dan ketika saya SMA, saya menonton filmnya Kambing Jantan. Sebagai introverted introvert ketika itu, saya memang lebih suka menyampaikan sesuatu hal melalui tulisan atau chatting. Saya pun membuat blog di tahun 2009 dan sampai sekarang masih suka menulis. Mungkin bisa dibilang, karena menulis saya bisa bekerja di perusahaan sekarang, walaupun saya tidak pernah sekolah komunikasi atau pun kursus menulis.
Okay, we are back to his podcast. Menurut Raditya Dika, menulis itu adalah bahan baku dari banyak sekali hal yang bisa kita lakukan. Jika kita ingin menjadi Youtuber, akan lebih mudah ide-ide konten tersebut ditulis. Dalam film pun, skenario juga harus ditulis. Jadi bisa dibilang menulis itu adalah fondasi utama dari karya kreatif.
Menulis itu bukan untuk kita keliatan keren.
Menulis itu bukan untuk kita kaya.
Menulis itu bukan untuk kita terkenal.
Celakanya, semakin kita berharap soal uangnya, maka semakin kita jauh dari uang. Kita akan menbak-nebak bagaimana menjadi laku, bagaimana cara bikinnya menjadi laku. Menebak-nebak selera pasar itu berbahaya. Ia menyarankan agar seseorang yang ingin menjadi penulis untuk menghindari pretensi itu, ingin kaya dan ingin terkenal.
Menulislah karena kamu punya kegelisahan yang ingin kamu sampaikan. Pada dasarnya, menulis itu adalah salah satu cara kita mengungkapkan sesuatu di hati kita yang ingin orang lain dengarkan. Misalnya, tulislah sebuah argument, orang lain sering melewatkan itu.
Kenapa penting sekali untuk membuat argument? Karena dengan adanya argument, kita peduli dengan naskahnya. Karena juga tak sabar melihat orang lain memahami argumentasi kita.
Berbicara soal mood. Banyak yang mengatakan bahwa menulis mengikuti mood. Itu salah. Mood itu harus dijemput. Ide itu juga bukan untuk kita menanti kapan wangsit tiba, tapi sama dengan mood, ide itu juga harus dijemput.
Caranya dengann memikirkan tentang kejujuran yang pengen disampaikan dalam sebuah argument. Bagaimana mengembangkannya, bagaimana membuatnya menjadi menarik. Jadi, jangan menunggu mood.
Kesimpulannya:
1. Menulis itu bukan buat kaya dan terkenal, tapi menyampaikan argumentasi untuk orang lain tahu
2. Jangan menunggu mood dan ide, karena semua itu harus dicari dan dijemput
3. Harus banyak baca dan mengkonsumsi cerita di sekitar, tapi dengan pendekatan intelektual. Tapi harus dibedah alur ceritanya. Kenapa gue mau tonton filmnya, apa argumennya, kenapa karakternya menarik, kenapa mau menonton sampai habis. Karena cara terbaik belajar menulis adalah dengan mempelajari tulisan orang lain seperti buku dan film.
So, ada banyak cara dan jalan untuk kita belajar selama kita mau.
Monday, December 28, 2020
Kecemasan Finansial
Kita membebani diri kita sendiri sehingga tak bisa bergerak. Jangan salah, bergerak adalah hidup
Kalimat yang diucapkan Ryan Bingham tersebut langsung membuat saya berpikir bahwa saat ini saya hanya stuck di sini, tidak kemana-mana. Saya harus bergerak, bergerak untuk maju, memperbaiki beberapa hal untuk mencapai tujuan. Bergerak dan terus bergerak. Bergerak dan berpindah. Jangan kebanyakan berpikir, just do it. Rezeki gak kemana. Semoga segera dipertemukan dengan hal-hal yang baik.
Harus dimulai dengan menyusun jadwal. Just Do It, jangan terlalu banyak berpikir.
Harus punya semangat yang sama seperti di kala sekolah dulu.
Awal-awal COVID-19 benar-benar banyak kursus yang saya ambil, mulai dari Communications Strategies, Management Conflict, Kursus bahasa Inggris sampe The Fundamentals of Digital Marketing Google yang ada ujiannya.
Please don't overthinking
Let's start !!!