Skip to main content

Kecemasan Finansial

11.49 pm.
Jam di laptop saya.
Saya hanya membuka email, mengecek satu per satu email masuk, mencari sesuatu hal yang saya butuhkan, kemudian membuka blog ini.

Pikiran saya benar-benar lari sana-sini. Memikir usia hampir 30 tahun beberapa tahun lagi, saya memikirkan apa saja yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan. Salah satu yang membuat pusing adalah kecemasan finansial

Belakangan ini, di media sosial kita mungkin bersliweran informasi tentang how to manage money, right? Itu benar-benar membuat saya berpikir, selama saya kerja 5 tahun lebih, kemana saja uang saya selama ini ? Padahal saya bukan sandwich generation. Kalau dipikir-pikir uang saya pergi menjadi kotoran semua. Atau apa karena terlalu banyak informasi seperti itu membuat saya cemas? Reading some bullshit on the internet, brainwashed? 

Benar-benar membuat saya cemas.

Ditambah dengan impian saya untuk melanjutkan sekolah di salah satu sekolah paling bagus, menurut saya, dimana biaya per semesternya bikin geleng-geleng kepala. 5 tahun dengan gaji di tempat yang sekarang, saya rasa 3 tahun tabungan belum bisa mencukupi.

Saya bahkan sudah menerapkan hidup minimalis, jika saya hitung, tabungan saya belum cukup. 

Fiuh, benar-benar membuat pusing kepala. Sampai saya berpikir untuk mencari pekerjaan sampingan selain pekerjaan tetap.

Menghindari pusing kepala itu, sepulang kerja hari ini, saya menonton Up In The Air. Filmnya bagus. Menceritakan seorang lelaki yang pekerjaannya memecat orang dan mengharuskan dia untuk melakukan perjalanan bisnis dari satu kota ke kota lainnya. Dia sangat suka dengan perjalanan tersebut, naik pesawat kelas bisnis, menginap di hotel mewah. 

Ucapan yang terngiang-ngiang sampai saya menulis di blog ini adalah
Kita membebani diri kita sendiri sehingga tak bisa bergerak. Jangan salah, bergerak adalah hidup

Kalimat yang diucapkan Ryan Bingham tersebut langsung membuat saya berpikir bahwa saat ini saya hanya stuck di sini, tidak kemana-mana. Saya harus bergerak, bergerak untuk maju, memperbaiki beberapa hal untuk mencapai tujuan. Bergerak dan terus bergerak. Bergerak dan berpindah. Jangan kebanyakan berpikir, just do it. Rezeki gak kemana. Semoga segera dipertemukan dengan hal-hal yang baik.

Harus dimulai dengan menyusun jadwal. Just Do It, jangan terlalu banyak berpikir.

Harus punya semangat yang sama seperti di kala sekolah dulu.

Awal-awal COVID-19 benar-benar banyak kursus yang saya ambil, mulai dari Communications Strategies, Management Conflict, Kursus bahasa Inggris sampe The Fundamentals of Digital Marketing Google yang ada ujiannya.

Please don't overthinking

Let's start !!! 

Comments

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Sekilas Sosiologi Kesehatan

Sosiolog belajar semuanya, termasuk tentang kesehatan. Tapi tentu dalam kacamata sosial. SAKIT dalam definisi medis adalah adanya gangguan secara biologis terhadap tubuh. Sedangkan secara sosiologis, sakit itu ketika kamu gak bisa jalanin peran dan fungsi secara optimal di masyarakat. Penyakit sekarang lebih bersifat degeneratif. Penyakit muncul karena kurangnya kesadaran akan pola hidup sehat (terbukti pada penelitian kami, sosiologi angkatan 2010 di Siak pada Juni 2012). Lima faktor gaya hidup yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas di Indonesia, seperti perilaku merokok, perilaku seks, pola makan, okupasi, dan yang terakhir mobilitas. Ada beberapa istilah dalam sosiologi kesehatan. Iatrogenesis Klinis. Penyakit klinis yang muncul dari sebuah penanganan medis, contohnya ketika jarum ketinggalan di ketiak pasien saat operasi.  Iatrogenesis Sosial. Penyakit sosial muncul dari sebuah penanganan medis, contohnya pasien hilang dirumah sakit.  Medikalis...

Pursue My Dream

Hari ini, saya menulis postingan pertama saya di tahun 2024. Akhir-akhir ini, saya merasakan sering kali malas untuk menulis, baik di blog maupun di catatan saya. Itu mungkin bisa disebut sebagai fase-fase malas. Ironisnya, saya sering merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang tidak terlalu penting, tetapi mengganggu pikiran saya. Saat ini, saya duduk sendirian di sebuah tempat dengan laptop di depan saya. Awalnya, saya hanya berniat untuk bekerja dan mencari tahu tentang kisi-kisi ujian masuk S2. Ada beberapa tugas yang tertunda hari ini yang ingin saya selesaikan. Saya menikmati kesendirian ini, tanpa gangguan dari orang lain. Selain itu, saya ingin menyegarkan kembali pengetahuan saya untuk persiapan ujian masuk S2 besok. Karena ujian ini dilaksanakan secara online, saya sedang mencari informasi tentang bagaimana ujian tersebut akan berlangsung. Sebelumnya, saya sudah pernah mengikuti ujian S2 pada tahun 2020 di Universitas Indonesia, tetapi saya gagal karena kurangnya persiapan. Se...