Showing posts with label Sehari-hari. Show all posts
Showing posts with label Sehari-hari. Show all posts

Monday, October 9, 2023

Mengapa Saya Resign?

 Saya pindah ke Pekanbaru, Riau tepat tiga bulan lalu. Pekanbaru cukup beda dengan Pangkalan Kerinci, kota tempat saya berkarir selama kurang lebih tujuh tahun. Bisa dibilang, tidak terlalu banyak perbedaan antara kedua kota ini, hanya dari fasilitas saja. Jadi bagaimana saya bisa kembali ke haribaan tanah kelahiran saya?

April 2023, 7 bulan lalu, saya dihubungi oleh HRD sebuah rumah sakit swasta di Pekanbaru. Betul, RS Awal Bros Group melalui linkedin. Isinya, apakah saya sedang open opportunity. Setelah mengalami karier “prestisius” saya di APRIL Group (part of RGE Group) selama tujuh tahun sejauh ini, dan dikelilingi oleh rekan-rekan kerja dari berbagai negara, suku, agama dan latar belakang, fasilitas yang bagus, serta banyak benefit baik lainnya, saya mencoba untuk menerima tawaran tersebut. Walaupun penuh resiko secara pribadi dan professional, pada May 2023, saya pun menyetujui untuk bergabung pada bulan July 2023. Hati saya penuh harapan, siap untuk merangkul perubahan mendalam dalam diri, rutinitas stabil saya sebelumnya.

Semua tujuan yang saya tetapkan untuk diri saya sendiri selama berkarir pada satu tujuan utama: menghadirkan lebih banyak tujuan dan pengalaman dalam hidup saya.

Yup. Seringkali alam semesta berjalan dengan cara yang tak terduga, ia cenderung memberikan peluang dan pengalaman yang mungkin tidak pernah kita duga sebelumnya. Pasti kita semua pernah mengalami moment ketika kita melihat ke belakang dan menyadari semua itu memiliki makna besar dalam hidup. Hidup kita ini, punya cara untuk menghubungkan segala sesuatu dan mengungkapkan kebijaksanaan.

Bahkan, sebelum saya di APRIL Group, alam semesta dengan tegas membimbing saya, menuju langkah besar. Pada akhirnya, ada dua alasan saya mengambil langkah ini: pertumbuhan, kebanggaan, dan peluang.

Jadi, Ketika saya berpikir untuk pindah, saya merasa bahwa saya telah sampai pada momen menentukan karakter dalam hidup saya. Seberapa pentingnya bagi saya untuk berada di tempat yang sama? Dan apa yang akan saya lakukan untuk membuat itu terjadi?

Keluarga, sahabat dan teman dekat saya selalu mensupport saya untuk membuka sayap yang lebar karena itu bukan hanya karena kesenangan, tetapi juga pengalaman yang memperluas wawasan dan membangun karakter. Saya juga ingin mengalami pertumbuhan pribadi seperti itu. Walaupun, sangat berat meninggalkan “rumah” saya sebelumnya, saya harus pindah. Memang terasa pilu melepaskan, tapi mengejar tujuan adalah langkah yang tak terelakkan. Setiap perpisahan membuka pintu pada babak baru yang penuh potensi dan peluang. Keraguan tak menghentikan langkah, dan harusnya tak ada kata penyelasan.




To all of SAHABAT RAPP,
Thank you for being my eyes when I couldn’t see, being my hand when I couldn’t touch, being my feet when I couldn’t walk, and being my ears when I couldn’t hear.

Bakalan kangen hari-hariku di sana. #riyaberolahraga #riyabermusik

Sampai jumpa di kesempatan lain semuanyaa.

Beli sekrup di Toko Hokkie
Rere Left The Group

Share:

Friday, March 17, 2023

Pindah Kamar Baru: Petualangan Lucu Mencari 'Space' di Antara 6 Kardus dan Fakir Wifi!

Hampir satu bulan saya pindah ke kamar baru. Ruanganya tidak terlalu besar, cukup untuk sendiri dan barang-barang saya (sebenarnya tidak, karena ada 6 kardus dikirim ke rumah, karena barangnya tidak digunakan). FYI, perusahaan tempat saya bekerja memang menyediakan fasilitas seperti mess untuk karyawannya. Sangat nyaman, karena semuanya ada dan gratis. Awalnya saya hanya membawa 1 koper baju hehehe.

Kamar sebelumnya sangat nyaman, sharing dengan roommate, luas dan wifinya nyampe. Jika dibandingkan dengan kamar saya sekarang, kamar single, tidak terlalu luas, wifinya tidak nyampe (Sekarang jadi fakir wifi), beberapa minggu ini saya bangunnya telat tidak seperti biasanya, tapi saya cukup happy di sini, lebih berasa me time, overthinking, bermain musik, mungkin ada rencana saya akan bikin konten.

Sebenarnya, udah lama pengen pindah ke kamar single, cuma saya selalu overthinking:
  1. "Apakah nanti barang-barang saya muat?"
  2. "Apakah saya akan nyaman nantinya di kamar baru?"
  3. "Apakah nanti roomate saya tersinggung ketika saya pindah kamar, padahal kan tidak ada konflik?"
Pertanyaan-pertanyaan itu ternyata terlalu lama dipikiran saya, keraguan-keraguan dari pertanyaan itu tidak membuat pindah-pindah, padahal ingin. Yup, memang, saya penuh dengan pertimbangan. 

Kemudian tibalah e-mail dari Housing HRD saya yang berisi relokasi kamar. Saya tanpa basa-basi langsung dengan senang membalas email dengan "Kapan saya bisa pindah?" tanpa pikir panjang. 

Saya memberitahu roomate jika saya ingin pindah. Dan ternyata diluar prediksi BMKG, roomate saya fine-fine saja (mungkin dalam hati, akhirnya aku sendiriaaaan, hahah candaaa). Point nomor 3 hanya ada di dalam pikiran.

Saat packing pun saya dilanda demam dan flu berat, tapi tetap semangat karena akan pindah ke kamar yang baru. Satu per satu barang-barang dimasukkan ke dalam kotak, menemukan-menemukan barang sentimetal di masa lalu. Terutama tiket bioskop, sampe saya menghitung sudah berapa kali kita nonton film, tiket-tiket nonton IBL, hal-hal kecil tersebut banyak menyimpan kenangan dan kadang, saya simpan walau sudah tak lagi bersamanya. Halaaah

Proses pindah ini cukup melelahkan raga, saya akhirnya tahu, saya punya apa saja di kamar. Terlalu banyak, dan memutuskan untuk mensortir apa yang saya butuhkan saja karena di kamar baru space nya amat sangat terbatas, mungkin 2x lebih kecil dari kamar saya sebelumnya. 

Pindahan dibantu oleh 3 orang yang sangat mau direpotin, sobat olahraga, roomate dan kepala divisi transportasi di kantor, alias driver kantor. Dan akhirnya setelah 3 hari, bisa tidur di kamar baru. 

Ternyata tidak seburuk apa yang saya pikirkan. Nyaman-nyaman saja. Pertanyaan-pertanyaan sebelumnya tidak terbukti. 

Jadi, kalau dipikir-pikir, saya pindah hanya butuh suasana baru, lebih privasi dan pertanyaan-pertanyaan apa yang ada dikepala sudah ada jawabannya.

Saya jadi belajar banyak hal dalam hal perpindahan ini:
  1. Pertanyaan yang belum ada jawabannya terkadang ditemukan ketika mencobanya
  2. Jangan kebanyakan pertimbangan, kelamaan, jadinya gak kemana-mana
  3. Saya jadi banyak melakukan hal yang bermanfaat, menulis, bermain musik, dan hal-hal positif lainnya.
Semoga vibes ini masih terus berlanjut sampi saya menjadi manusia setengah salmon ya. hehehe

*menarik juga dibikin dokumenter tentang perpindahan ya. Nantilah kalau kamarnya udah jadi kayak di pinterest-pinterest


Share:

Sunday, November 20, 2022

Vindest Jalan Keluar Kecemasan Finansial

Beberapa bulan belakang, otak saya penuh dengan bagaimana menambah income. hahahah.

Kekhawatiran akan masa depan finansial berseliweran di kepala. Melihat tabungan yang ternyata tidak sebanyak saat pandemi membuat saya sering gusar. Padahal tidak membeli apa-apa. Kok bisa ya.

rasanya menabung tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Meskipun, tidak ada kebutuhan tambahan, tidak ada hutang, ya paling menyenangkan kakak dan keponakan sesekali.

SSaya pikir dan kemudian cari-cari info ternyata saat harga BBM naik, semua komoditi juga naik. Ya apa boleh buat, dunia memang seperti itu. Mungkin inilah yang membuat saya gusar. Ditambah, tanpa sengaja mengkonsumsi content yang menceritakan tentang ketakutan akan finansial. Gak nyari juga, tapi nongol aja gitu. Thx you lho algorithma.

Kegusaran itu berada di otak saya sampai tidak membuat tenang. Kemudian, saya mencari jalan keluar dengan menonton hal-hal yang lucu dan tidak terlalu berat. 

Saya menonton video-video Vindest yang belum saya tonton.





Mereka berdua ini telah saya tonton sejak masih kanak-kanak sampai sekarang. Menurut saya mereka icon antimainstream. Gak melulu mengikuti trend, tapi bekerja dengan niat dan bisa melihat pasar. Gabungan antara passion, niat dan marketing yang oke. Bisa dilihat dari #TibaTibaTenis minggu lalu yang riabuan orang nonton di youtube dan penuh di Istora Senayan.

Acara gak menyuguhi sensasi, tapi pure hiburan dan dihiasi dengan informasi. Keren.

Pengen banyak nulis tentang ini tapi sudah jam 10 malam. Saya harus landing di kasur karena sedang memperbaiki jam tidur yang kian hari tak menentu.

Share:

Tuesday, June 28, 2022

Feel Blessed Met Popor Sapsiree

Tulisan ini merupakan lanjutan dari postingan Story of Comeback Stronger.

Ada sebuah keinginan tahun lalu, yaitu menonton turnamen badminton secara langsung di Bali. Namun, apalah daya, waktu itu masih lockdown, dan memang turnamentnya tidak ada penonton dikarenakan masih pandemi. Jadi, nonton virtual saja dan berdoa semoga tahun 2022 bisa menonton langsung.

Tahun 2022, ada informasi bahwa Indonesia Master 2022 dan Indonesia Open 2022 bakal dibuka untuk penonton namun terbatas. Mendengar informasi itu, saya pun senang karena keinginan menonton secara langsung bakal jadi kenyataan. Saya pun tidak mau ketinggalan informasi untuk ini. Setiap hari lihat update informasi mengenai penjualan tiket di Istora Senayan. 

Saya memutuskan untuk membeli tiket Indonesia Master 2022. Saat tiket online dibuka, saya memutuskan untuk beli tiket quarterfinal dulu, nanti saja beli on the spot untuk semifinal dan final, jadi lihat situasi. Biasanya, Popor Sapsiree dan Hendra Setiawan lolos ke babak ini. 

Membeli tiket seperti melakukan rebutan kelas pas kuliah dulu, karena siapa cepat dia dapat. Dan akhirnya saya bersyukur dapat tiket quarterfinal. Saya pun mengajukan cuti untuk menonton idola saya. Lalu, pesan tiket pesawat, dan booking hotel di dekat GBK supaya bisa jalan kaki ke Istora Senayan.

Beberapa hari sebelumnya berangkat, perasaan saya agak beda. Ada sesuatu hal yang ganjal, tapi tidak tahu apa. 

H-1 quarterfinal, saat itu, saya nonton sambil istirahat siang. Ternyata Popor kalah, Hendra Setiawan juga kalah. HHHHMMMM. Walaupun begitu, saya tetap pergi. Siapa tahu bisa bertemu langsung idola, Kalau kata Haruki Murakami dalam Novel Norwegian Wood, aku ingin bertemu denganmu dan berbicara panjang. Tidak ketemu tidak apa-apa, mau ngerasain euforia EA EA EA. Nothing to lose saja.

Hari keberangkatan pun tiba, saya terbang menuju Jakarta dengan sakit perut. Sampai di hotel saya mules dan kemudian menghubungi teman saya untuk menemani makan dan mencari obat.

Tak disangka, saya bertemu Popor!!!

POPOR !!!!! 

Kemudian dengan gaya sok cool, tapi senang sekali dalam hati, saya menyapa dan minta izin untuk foto bareng. Dan rasanya, saya pun tak bisa mengungapkannya. Tak bisa ditulis lewat kata-kata. 

Esoknya saya bertemu lagi di lift dan mengobrol sebentar. Nah, singkat cerita Popor kembali ke lantai kamar saya untuk mengambil suatu barang. Namun, barangnya belum sampai. Dan akhirnya dia menunggu sambil ngobrol-ngobrol. 

"Ngobrol, dikasih gift sama idola, foto dan video rasanya aku bakalan gak tidur semalaman" tapi ternyata tidur juga hahahha.


Sampai sekarang, saya pun tidak bisa mengungkapkan bagaimana rasanya bertemu dan berbicara dengan idola saya yang satu ini. 

Amazing June 2022. One of my dream come true. Met my favorite badminton player after so many years of being a big fan since I was little and feel blessed to have talked to her.

She is really humble person and really kind. Unfortunately, I haven't been able to watch her in the final. It’s okay, I will watch you in another game.

Always support you no matter what. You’ll never walk alone. GO FIGHT WIN!

Let’s pick up a more shining sun, Champ!

See you next year and see you in PARIS 2024😉

Share:

Friday, September 11, 2020

Work Life Integration

Bulan Maret 2020, sejarah untuk Work From Home di mulai. Kita mulai menyadari bahwa ada realitas yang berubah, yaitu ternyata keberadaan di kantor tidak terlalu penting. Kita tidak sungkan untuk menonton Netflix atau bermain game saat bekerja karena bekerja dari rumah. Mungkin hidup setelah COVID-19 tidak akan pernah sama.

Selama pandemic kita bekerja melalui aplikasi zoom call atau sejenisnya yang terkadang ada gangguan-gangguan kecil seperti ada suara motor, anak menangis atau anak muncul di depan layar zoom. Rekan kerja atau atasan kita tidak akan menilai kita tidak professional, tetapi hal tersebut biasa dan bisa terjadi bagi siapa saja yang bekerja di rumah. 

Sekarang kita mulai terbiasa bekerja di tempat umum, di rumah teman, di kosan teman dan dimanapun yang kita mau. Tidak perlu kita harus izin atau harus menunggu jam pulang kantor untuk bertemu keluarga atau teman kepada atasan kita, asalkan pekerjaan kita selesai. Work Life Balance mungkin bergeser menjadi work-life-integration. Ya, antara kehidupan dan pekerjaan saling terintegrasi.


Tapi...
Saya berpikir apakah sebenarnya sekarang perbedaan waktu antara hidup atau bekerja menjadi samar? Atau jam kerja semakin lama semakin hilang?

Semua ini hanya bayangan saya saja. Karena saya belum WFH. Hehehehehe
Share:

Thursday, August 6, 2020

Cara Belanja Gen Z

Beberapa waktu belakangan, saya mendownload TikTok untuk menghapus dahaga penasaran saya terhadap platform yang katanya banyak dibenci oleh generasi saya, generasi Z. Awalnya, saya memang kurang tertarik bermain TikTok yang 'katanya' berisikan prang berjoget-joget. Namun, ternyata anggapan itu tidak benar, paling benar ! Tapi, tergantung awalnya kita interest kemana dan di timeline kita akan muncul video-video yang kita sukai.

Nah, di timeline saya yang tidak banyak orang joget-joget, ternyata banyak anak usia sekolah, kuliah, ya bisa dibilang generasi Z sering posting barang yang mereka beli. Ternyata setelah saya perhatikan, ada perbedaan dengan generasi saya, sebagai generasi millenial dalam berbelanja.

Adanya pergeseran nilai. Mereka lebih terfokus pada nilai. mereka melihat suatu produk tersebut dan benar-benar memahami siapa pembuatnya, bahan bakunya berasal darimana, apa misi dari produk tersebut dan hal-hal lainnya. Ya, sepertinya mereka melakukan sesuatu lebih jauh dan mempercepat sebuah trend.

Mereka mau mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk membeli barang-barang yang sustainable agar nantinya mereka tidak merasa bersalah saat menggunakannya. Mereka lebih memperhatikan nilai-nilai sosial, status dan sebagainya.


Mereka sepertinya tidak menganggap kemewahan dari brand yang ditempel di tas, kemeja, sepatu sebagai identitas mereka. Mereka benar-benar ingin menjadi unik, menjadi berbeda. Bahkan, jika sesuatu barang itu mahal, mereka akan tetap mau membelinya. Mereka ingin jadi diri sendiri dan mereka nyaman.

Kalau dulu mungkin tidak banyak pilihan. Sekarang sudah banyak, jadi mereka bisa memilih yang sesuai dengan apa yang mereka cari dan yang mereka inginkan. Ditambah dengan media sosial secara keseluruhan sebagai platfrom yang sangat pas untuk mengiklankan suatu produk.

Selebriti aja sekarang sepertinya kurang dipercaya oleh Gen Z ini. Kenapa? saya melihat saat ini banyak suatu brand yang suka meng-endorse barang ke mikro influencer. Mereka memposting suatu produk dan saling berkomentar satu sama lain sehingga menciptakan dialog yang kolaboratif agar produk ini dapat dipercaya oleh Gen Z ini. Ada lagi yang menggunakan jasa influencer, jika influencer satu pake ini, mereka akan beli.

Konsep pemasaran telah berubah. Generasi X mereka lihat sebuah iklan produk di televisi dan saat iklan itu muncul, ada kebahagiaan yang muncul. Generasi Y mengkombinasikan dari televisi dan pendapat dari orang sekitarnya. Kalau Gen Z lebih memfilter. Mereka mendengarkan pendapat orang lain, dan melihat banyak di social media. Jika itu memberikan pengaruh dan sejalan dengan mereka. mereka akan pakai.

Huh.

Padahal emang sih, kalau di pikir-pikir, kebanyakan barang mahal itu nyaman.

Share:

Sunday, December 30, 2018

Ready for Run in 2019

Satu hari menuju 2019.
Setahun belakangan, terlalu complicated. Terlalu banyak stress, terlalu banyak mikir, terlalu pasrah.  Jalani saja.

Di tahun 2018 ini saya banyak belajar mengenai hidup dan jenis-jenis manusia yang kurang baik etikanya. Percuma pintar, cerdas, tapi etikanya di kehidupan sosial dan bermasyarakat kurang. Saya masih bermimpi dengan hidup sesuai struktural fungsional, berjalan dengan fungsi masing-masing. Atau mereka memang menjalankan fungsi sebagai manusia yang kurang beretika? Idk.

Tahun 2017 lalu, target di tahun 2018, saya bisa bahasa Inggris. Alhamdulillah, sekarang little bit lah. Tahun depan saya ingin menambah skor TOEFL dan berharap bisa mengikuti IELTS. Lalu ingin lebih mahir public speaking dan menjadi Humas yang cerdas. Sekarang saya mulai buat video untuk kaum millenial, mulai belajar bermanfaat untuk semua orang lewat karya dan memberikan apa yang saya bisa. Tidak lupa, saya belum menggenapi mimpi saya untuk melanjutkan pendidikan master. Mau ambil bisnis atau manajemen. Tahun lalu saya buka website LPDP, lalu mencatat kampus mana yang sesuai. Kalau ditanya mau kemana, jawaban awal saya ingin ke Inggris, kedua Singapore, ketiga SBM ITB. 

Tahun lalu saya dapat penawaran untuk beasiswa ke Rusia, belum full beasiswa tapi... ada beberapa hal yang membuat saya untuk memutuskan untuk tidak melanjutkan.

Selain itu, yang terpikirkan oleh saya saat ini adalah di tahun 2019 saya ingin menonton konser Harry Styles. wakakakakaka. Semoga tahun 2019 bisa nonton Harry Styles.

Kenapa?
Saya selalu mengikuti 1D sejak dulu. Ketika mereka bubar atau hiatus, saya gak sedih, band sebesar The Beatles aja bisa bubar dan sampai sekarang mereka masih punya pendengar setia. 
Ketika si Harry keluarin album, denger lagu-lagunya ternyata oke punya, genre rock n roll kerasa banget ya walaupun mirip salah satu band dunia juga saya lupa, tapi saya tetap mendengar karya Harry Styles. Wekawekaweka.

rantika.com
Harry Styles saat OTRA bersama 1D di Jakarta 2015 lalu

Well,

Mungkin badai kehidupan masih akan menyerang, kekecewaan datang. Namun, saya harus siap dengan semua itu dengan menyiapkan mental sekuat baja. 

Tapi...
Hidup itu sebenarnya tidak pernah hitam-putih, baik-buruk, rajin-malas, pintar-bodoh. Ini yang memenjara kewarasan kita. Kita terlalu meng-over simplify hidup menjadi label-label dan garis-garis yang tegas. Padahal hidup tak pernah sekaku dan membosankan itu, ia cair dan bergaris putus-putus. Kita bisa jadi apa saja. Tak harus hitam, tak harus putih, tak harus baik, tak harus buruk. Kita bisa jadi keduanya atau campurannya. Kita bisa baik dan jahat sekaligus. Sejak dulu begitu, kita aja yang sering lupa dengan kenyataan sederhana itu.

I will never look back now.
I'm ready to run.

Amiin.
Share:

Friday, December 21, 2018

Nge-vlog

Yes.
Belakangan sibuk dengan hal baru, yaitu nge-vlog. Bisa di subcribe di channel S Rezki Antika. Hehehe.

Nge-vlog.
Sebenarnya saya udah lama merekam video kemudian meng-upload ke channel youtube, sekitar tahun 2012, di channel Ree Bastian. Isinya keponakan saya yang menggemaskan. Tujuan upload video itu hanya untuk back up jika memory smarphone saya rusak. Tapi bener sih, pas dibuka, keponakan saya masih lucu dan saya suka maksa dia nyanyi dan joget. Hahahaha.

Beberapa tahun belakangan, internet makin menggerogoti manusia, jadi ramai netizen yang bikin vlog. Mungkin karena melihat visual lebih seru daripada tulisan kali ya. Bisa juga quota mereka terlalu banyak karena paket super deal Telkomsel yang menggiurkan jiwa dengan paket data yang murah sehingga banyak orang yang sulit menghabiskan quota internet.

Saya pun termasuk di dalamnya. Pengen coba hal baru. Biar gak bosan dalam melewati hidup yang penuh lika liku ini, penghibur diri, belajar ngomong. Ya, walaupun masih new bie dalam dunia vlog dan edit mengedit sih. Tapi kan tidak ada salahnya mencoba. Edit pake hp aja. Saya juga belajar ngedit-ngedit gak pake kursus, otodidak. Bisa belajar dari mana saja asalkan mau berusaha. Hehehe

Bikin vlog beda sama bikin blog. Kalau nge-blog ya natural aja, kayak bercerita, salah ketik tinggal hapus. Tapi, kalau bikin vlog itu harus detail. Harus mikirin kontennya apa, dimana, sama siapa, dan lain sebagainya. Salah dikit ulang. Masih mikirin kalimat apa yang akan kita ucapkan. Nah, di sini saya belajar, gimana ngomong dengan jelas dan terstruktur, jadi orang ngerti apa yang kita omongin.

Terus, EDITING.

Ini yang pusing dan kadang bisa bikin begadang. Harus detail banget. Mau potong videonya harus pada detik berapa, pemilihan backsound nya apa, scene yang mana harus di dahului yang mana dan sebagainya.

Tapi seru sih.

Yang pengen saya tunjukin dari vlog saya tentang edukasi, mengedukasi kaum millenial tentang banyak hal, fokusnya sih awalnya tentang seputaran kerjaan seseorang atau profesi. Misalnya gimana sih jadi auditor itu, gimana sih bangun personal branding itu. Karena millenial sekarang kalau kerja banyak gak betahnya, kalau kata baby boomers sih kutu loncat. Gitu-gitu deh.

https://youtu.be/pJHAJ2m5WrA

Segini dulu.

Saya mau cebok.
Share:

Thursday, October 25, 2018

P-A-M-E-R

Pamer.
P-A-M-E-R.
Satu kata yang sebagian orang mengartikan itu sifat negatif. Kadang kita pun kesal terhadap orang yang suka pamer. Misalnya membangga-banggakan diri. Kita sebagai manusia tentu saja sedikit kesal terhadap orang yang suka membanggakan diri.


'Dia pamer karena gak ada orang yang membanggakan diri dia, Jadi dia banggain dirinya sendiri'.

Belum lagi mereka yang suka pamer di sosial media. 
Lagi makan di tempat mahal dan fancy, update status di WA grup. Lagi mau nonton film di bioskop, foto tiket, upload di instastory. Lagi liburan di Suriname, langsung upload di semua akun sosial media.
Norak.

Namun, tidak semuanya begitu. Ada hal-hal terselubung dibalik postingan di lini masa yang terkesan pamer.

Here We Go :

1.Ingin Diakui
Itu tadi, karena gak ada yang banggain prestasinya dia, jadinya banggain diri sendiri. Ia hanya ingin menunjukkan prestasinya ke dunia. Saat ini menunjukkan prestasi di media sosial sangat penting untuk menunjukkan personal branding dan #duniaharustahu. Apalagi untuk kaum millenials. Mereka ingin diapresiasi, dihargai apa yang mereka lakukan atau kerjakan.

2.Sering Dipandang Sebelah Mata
Nah ini, karena mereka sering diremehkan, mereka akhirnya menunjukkan jati dirinya agar orang lain mengakui dirinya. Mereka ingin menunjukkan pencapaian mereka kepada orang lain. Ini lho gue. Gitu.

Maka dari itu, sebagai manusia, kita tidak boleh memandang rendah seseorang. Hargai seseorang apapun statusnya.

3. Untuk Memberikan Informasi
Kebanyak netizen yang berada di lini masa, posting tentang kegiatan charity mereka kerap dianggap pamer. Padahal, jika ditelisik lebih dalam, ternyata tidak juga. Bisa jadi mereka ingin mengajak khalayak netizen untuk ikut serta dalam kegiatan charity tersebut.

Dari semua ini, poin pentingnya dari pamer adalah niat, intensi, motivasi dan tujuannya. Sudut pandang kita berperan dalam penilaian untuk menentukan apakah sebuah perilaku yang dilakukan seseorang netizen termasuk pamer atau tidak.

Pamer kadang hampir disamakan dengan narsistik, jika tujuannya ingin dirinya terlihat hebat di mata orang lain. Pamer juga bisa muncul dari adanya rasa kurang percaya diri. Pamer digunakan untuk menutupi kelemahan diri.

Dunia maya saat ini mendorong orang untuk tampil sesuai apa yang mereka inginkan, tujuannya untuk eksistensi diri identitas dan membangun citra.

Pamer juga bisa berdampak positif yang dapat menginspirasi orang lain. Hal yang dipamerkan dianggap baik oleh orang lain dan mendorong mereka untuk melakukan yang sama atau lebih baik.

Be Positive J





Share:

Thursday, July 19, 2018

Cara Menarik Perhatian Semesta di Instagram

Kepo is care
Care is love
Love is You

Hahahhaha 
Mungkin sebagian besar orang menggunakan instagram untuk nge-po-in orang lain. Atau mungkin juga ada curahan hati yang tak dapat ditampung lagi. Tanggal 17 dan 18 Juli 2018 kemarin, saya dan teman-teman dari APRIL (PT RAPP) diberikan kesempatan untuk menggali lebih dalam tentang Instagram di tahun 2018 ini. Acara ini diisi oleh FELLEXANDRO RUBY atau Captain Ruby. Seorang yang menurut saya bisa dibilang digitalpreneur. Bagaimana cara menambah followers, komentar, jempol, jadi viral dan menarik perhatian semesta di Instagram ?

Here We go

1.Feed Kamu
Konsistensi adalah kunci. Ini berlaku untuk apa pun di dunia blogging. Hal pertama yang saya lihat ketika saya mengunjungi Instagram seseorang adalah feed mereka. Jika tidak menyenangkan secara estetis, saya mungkin tidak akan lama berada di halaman, dan saya pasti tidak akan memfollownya. Ini mungkin terdengar kasar, tetapi itu kenyataan. Kualitas diatas kuantitas. Pastikan kamu tetap konsisten dengan pencahayaan. Misalnya, jangan memotret menantang matahari sehingga gambar kelihatan gelap.




2. Algoritma
Algoritme telah banyak berubah sehingga kebanyakan dari kita hampir tidak dapat mengikuti, Saat kamu nge-post, Instagram hanya akan membagikannya dengan 10% followers. SEPULUH PERSEN. Inilah mengapa engagement  menurun secara signifikan sejak tahun lalu. Jika kamu telah melihat penurunan yang signifikan, jangan khawatir, kamu tidak sendirian. Jadi setelah Instagram menunjukkan postingan kamu kepada 10% Followers, dan kinerjanya bagus (nge-tag, nge-like, comment), maka Instagram akan menunjukkannya kepada 90% lainnya dari Followers. 

3. Engagement
Engage dengan Followers di postinganmu! Jika seseorang bertanya, tanggapi! Instagram adalah KOMUNITAS. Komentar dengan kurang dari 4 kata, atau hanya emoji tidak lagi dianggap sebagai engage. Buat koneksi, jadi penting untuk menanggapi pesan dan komentar, jika kamu ingin terus tumbuh di Instagram.Bahkan hanya dengan "mengetuk" sedikit "love" di samping komentar akan dihitung sebagai engagement. 

4. Jangan Beli Followers
Berbicara tentang beli followers, sebagian besar ‘fake’ followers ini adalah boot dan akun yang tidak aktif. Kamu boleh membeli pengikut sebanyak yang kamu inginkan untuk meningkatkan jumlah followersmu, tapi percayalah, kamu tidak membodohi siapa pun. 

5. Manfaatkan Fitur
Manfaatkanlah fitur-fitur di Instagram. Ketika kamu posting di IG baru, pastikan kamu memposting di Story-mu. Inilah mengapa kamu kerap melihat orang-irang nge-post story baru dengan feed mereka. Cara ini akan memberi tahu orang jika anda punya postingan baru. Pastikan penggunaan Hashtag, tag, dan lokasi. 

6. Posting yang Kamu Banget
Postingan ini adalah untuk ciri khas kamu. Jadi kamu punya branding sendiri. 

Kira-kira begitu yang saya tangkap kegiatan kemarin. Kalau ada yang tertinggal, bisa share di kolom komentar di bawah.

#lifeatAPRIL is FUN
Share:

Friday, April 13, 2018

Fakta Millenials Saat Ini

Beberapa hari lalu, saya membuka youtube dan secara tidak sengaja menemukan  video Simon Sinek berbicara tentang millenials. Silahkan di menonton video singkat dibawah ini.



Dalam video diatas, Simon mengatakan millenials itu adalah orang-orang yang terlahir dibawah tahun 1984. Mereka dicap narsis, tidak fokus, dan malas. Namun mereka ingin memiliki hal-hal yang besar.

Di dunia kerja, mereka ingin membuat 'something' dan selalu saja tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. 

Ditambah, millenials tumbuh dengan facebook dan instagram dengan berbagai pilihan filter. Dengan kata lain, platform tersebut dapat memberitahu kepada dunia bahwa hidup itu luar biasa walaupun saat itu, kita dalam keadaan tertekan. Postingan di media sosial membuat mereka terkesan tangguh, merasa tahu tetapi sebenarnya tidak tahu. 

Tahun 2012 penelian Harvard University memaparkan postingan tentang diri sendiri ke media sosial mengaktifkan sensasi kesenangan di otak yang biasanya dikaitkan dengan makanan, uang, dan seks. Kemudian menunggu berapa orang yang like. Namun, jika sedikit yang like, millenials berpikir apakah ada yang salah, mengapa mereka tidak menyukainya atau followersku tidak suka ku lagi.

Dan hobi memposting sesuatu tentang diri kita di media sosial ini disebut dopamine. seperti bahan kimia yang sama persis yang membuat kita merasa nyaman ketika kita merokok, ketika kita minum alkohol dan ketika kita berjudi. Dengan kata lain, itu sangat, sangat adiktif.

Kita memiliki batasan usia untuk merokok, berjudi bahkan minum alkohol, tapi kita tidak memiliki batasan usia untuk bermain media sosial dan smartphone.

Jadi ketika stres mulai muncul dalam hidup,millenial tidak mencari seseorang, mereka beralih ke perangkat, mereka beralih ke media sosial, mereka beralih ke hal-hal yang menawarkan bantuan sementara.

Kita tahu bahwa orang-orang yang menghabiskan lebih banyak waktu di Facebook menderita tingkat depresi yang lebih tinggi daripada orang-orang yang menghabiskan lebih sedikit waktu di Facebook. Media sosial ini seperti candu. Kita harus menyeimbangkannya.
Tidak memegang smartphone merasa cemas, itu berarti sudah kecanduan. Jika bangun pagi tidak mengucapkan selamat pagi kepada orang terdekat, tetapi malah mengambil smartphone, itu berarti itu sudah kecanduan. Dan seperti semua kecanduan, pada waktunya, itu akan menghancurkan hubungan, akan menghabiskan waktu, akan menghabiskan biaya dan itu akan membuat hidup lebih buruk.

Simon Sinek said :
Find a better balance between life and technology because quite frankly it’s the right thing to do

Saya sebagai generasi millenials merasa tertampar dengan video dari Simon Sinek itu. Melihat video tersebut merasa harus intropeksi diri.

Share:

Tuesday, July 18, 2017

Ilmu Bodo Amat itu Perlu

Sudah terlalu lama saya tidak mengisi kekosongan blog saya dengan cerita sehari-hari yang tidak penting.hahahaha. Memang beberapa minggu belakangan saya 'sibuk' dengan 'pekerjaan', dengan 'perasaan', dengan 'pergaulan'.

Banyak hal yang harusnya bisa saya tulis di sini. Hanya sekedar mengingatkan saya 'oh saya pernah seperti ini'. Dan jika hal bodoh terjadi, saya bisa memperbaikinya.

Saya ingin bercerita mengenai pemikiran manusia secara umum. Kita sering terpengaruh oleh opini orang lain. Salah siapa? Salah kita sendiri. 

Dalam hidup ini kita sendiri yang mengatur pikiran sendiri dan kita pun tidak bisa mengatur pikiran orang lain. Kadang kita terlalu sibuk dengan penilaian orang terhadap kita. 

Namanya subjektif ya, mereka bisa menilai sesuka hati mereka. Dan itu diluar kuasa kita.

Ternyata aura negatif itu menular dan membuat tidak nyaman. Saya sering mencoba untuk defence dengan ini. Tapi lebih sering kalah. Setelah berpikiran negatif, malam hari sebelum tidur saya selalu berpikir,kok saya hari ini menghabiskan tenaga untuk marah-marah, mengeluh, menyampaikan sesuatu yang tidak seharusnya disampaikan. Masih dalam tahap latihan sih. Semoga bisa. Pasti bisa.

Tidak sabar menunggu weekend untuk waktu bersama orang-orang terkasih.
Share:

Wednesday, January 25, 2017

Kisah Pemuda Riau yang Jaga Desa Bebas dari Api

Mengubah pola pikir masyarakat untuk tidak lagi membuka lahan dengan cara membakar tidaklah mudah. Perlu kesabaran dan ketekunan untuk mengedukasi jika membuka lahan dengan bakar itu berbahaya

Seperti kisah seorang pemuda dari Desa Teluk Binjai, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Zuriadi (32) buktinya.  Sebagai Crew Leader atau koordinator penggerak dalam penanggulangan kebakaran di desa melalui Program Desa Bebas Api atau Fire Free Village Program, Zuriadi setiap hari mendatangi berbagai lapisan masyarakat di desanya untuk memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan masyarakat untuk menjaga lahannya.

Ia mengatakan sosialisasi yang ia lakukan tidaklah sekali dua kali, tetapi berulang-ulang agar masyarakat paham membakar lahan itu tidak baik untuk kesehatan dan menggangu kegiatan sehari-hari mereka. Berbagai penolakan saat sosialisasi pun ia dapatkan. Beberapa masyarakat ada yang menolak dengan mengatakan sejak dulu mereka membuka lahan dengan membakar, sehingga tidak perlu adanya sosialisasi ini.

“Memang penolakan saya temui di awal-awal saya menjadi Crew Leader di tahun 2015 lalu. Saya mengakui sulit mengubah pola pikir masyarakat, tapi saya tidak mau menyerah begitu saja, berbagai cara saya lakukan seperti sosialisasi dengan menggunakan pendekatan personal, setiap acara desa atau pengajian di desa. 

Berbagai kesempatan saya manfaatkan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. Pokoknya saya selalu sosialisasikan kalau ada kesempatan, di kedai kopi, lahan pun saya sosialisasikan. Kami juga setiap dua hari sekali patroli untuk melihat apakah ada lahan yang terbakar, jaga-jaga kalau ada biar dipadamkan segera,” ujarnya.

Lama kelamaan masyarakat menjadi paham membuka lahan dengan cara bakar tidaklah benar. Saat ini mereka membuka lahan tidak lagi dengan membakar tetapi menggunakan cara manual seperti parang, cangkul dan alat-alat pertanian lainnya. Hal ini membuat Desa Teluk Binjai pada tahun 2016 mendapatkan reward sebesar Rp 100 juta yang digunakan untuk infrastruktur di desa berupa semenisasi jalan desa.

Lain lagi dengan Ihsan (31), Crew Leader asal  Desa Langgam, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan. Saat mengedukasi masyarakat ke rumah-rumah, ia pernah diusir menggunakan parang. Ia menceritakan masyarakat menganggap hal yang dilakukan Ihsan tidaklah penting. Penjelasan tentang membuka lahan menurut mereka tidaklah penting.

“Ya itu resiko kami, agar masyarakat tidak membuka lahan dengan membakar lagi. Saya terus bilang ke mereka kalau apa yang ia berikan agar desa mereka tidak berasap dan aktivitas masyarakat tidak terganggu. Alhamdulillah, perlahan mereka mengerti,” ujarnya.

Manajer Program Desa Bebas Api, Sailal Arimi mengatakan program ini terfokus pada pencegahan membuka lahan dengan bakar. Perusahaan juga menyediakan reward dalam bentuk infrastruktur bagi desa yang berhasil menjaga lingkungannya dari kebakaran lahan.

"Bagi desa yang berhasil menjaga wilayahnya tidak terbakar akan memperoleh reward Rp 100 juta dalam bentuk infrastruktur seperti pembuatan jembatan, sumur bor dan lainnya. Adanya reward dalam bentuk infrastruktur dapat membantu mengembangkan potensi yang ada di desa," tuturnya.

Tahun 2016, program Desa Bebas Api yang merupakan inisiatif dari PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), atau APRIL group, kata Sailal telah membantu masyarakat 18 desa yang merupakan peserta program membuka lahan pertanian dengan menggunakan teknologi pertanian secara mekanis dan manual.  
Share:

Rasa Syukur yang Dibawa Dunia Akhirat

Sudah dua tahun Wan Bulan (65) tidak bisa mencari ikan di Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan. Saat ini ia hidup dari bantuan para tetangga yang peduli padanya. Ada saja tetangga yang memberikan kebutuhann pokok seperti beras, lauk pauk kepadanya setiap hari. Pemberian tersebut tidak sendiri ia nikmati, tetapi bersama satu anaknya yang sedang sakit dan dua cucunya yang masih
kecil. Kediamannya pun jauh dari kata nyaman. Ia hanya hidup di rumah panggung yang tak layak disebut rumah. Pintu rumah Nek Bulan, sapaan akrabnya hanya terbuat dari kain goni bekas.

Setiap malam, jika angin kencang, ia merasakan dingin hingga mencapai ke tulangnya yang sudah tua. Jembatan menuju rumahnya pun berbahaya, hanya beberapa kayu yang disusun jarang dapat membuatnya terjatuh jika tak hati-hati.

Ia memiliki impian dapat tinggal di rumah yang layak dan membuatnya nyaman. Ia pun mendatangi Kepala Urusan Pemerintahan Desa Sering, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Amirul Mukminin untuk memperbaiki rumahnya yang reot. Namun, karena desa tidak memiliki dana untuk itu, ia pun pulang dengan harapan kosong.

"Saya datang ke pihak desa untuk minta beberapa papan untuk rumah saya. Rumah saya tidak punya dinding pembatas dan kami takut rumah kami roboh. Tapi Desa tak punya dana untuk itu," ujar Nek Bulan sambil menyeka air matanya.

Ia hanya pasrah dengan keadaan rumahnya yang seperti itu. Namun, seusai sholat, ia terus berdoa agar diberikan rezeki untuk membangun rumahnya menjadi rumah yang nyaman ia tinggali bersama anak cucunya.

Doa ia pun dijabah oleh Allah SWT, beberapa bulan lalu, anggota Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sedekah (Lazis) Ikatan Muslim Riau Andalan (IMRA) mendatangi rumah Nek Bulan. Tujuannya, untuk merenovasi rumah Nek Bulan.

Betapa gembiranya ia mendengar rumahnya akan di buatkan oleh Lazis IMRA. Ia langsung memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT hingga sekarang.

"Saya sangat senang ketika ada yang ingin membuat rumah saya. Saya tak menyangka pihak Lazis IMRA RAPP (PT Riau AndalanPulp and Paper-red) datang kerumah saya yang tak layak ini. Alhamdulillah," ujarnya.

Rumah bantuan Lazis IMRA pun saat ini telah ia tempati.  Sampai saat ini ia sangat bersyukur dan terharu memiliki rumah panggung berwarna hijau ini.

"Saya bersyukur dunia akhirat mendapatkan rumah ini. Saya merasa kaya karena memiliki rumah yang indah ini bantuan Lazis IMRA RAPP," ucapnya dengan penuh haru.

Ketua Lazis IMRA PT RAPP, Mispan mengatakan pembangunan rumah Nek Bulan merupakan program dari Lazis IMRA yang sudah berjalan sejak tahun lalu. Dana pembangunan berasal dari zakat, infaq dan sedekah warga Riau Komplek PT RAPP yang mencapai sekitar Rp 23 juta.

"Sebelumnya Lazis IMRA sudah membangunkan dua rumah warga yang kurang mampu dan merenovasi rumah warga. Rumah Nek Bulan ini yang ketiga Kedepannya Lazis IMRA juga akan membantu kebutuhan Nek Bulan setiap bulannya," ucapnya.

Direktur RAPP Rudi Fajar mengatakan perusahaan memiliki karyawan yang berhati mulia yang telah menyisihkan separuh rezekinya untuk warga kurang mampu. Kegiatan ini merupakan kepedulian dari perusahaan terhadap warga di sekitar wilayah operasional.

"Semoga kedepannya banyak yang membantu warga yang kurang mampu dan lebih banyak lagi rumah yang dibedah," tutupnya. (*)
Share:

Thursday, January 12, 2017

Stress ! Go Out !

Beberapa hari belakangan, saya sedang kondisi dengan mood yang tidak baik alias stres. Mungkin saja saya sedang butuh liburan atau hiburan yang tidak biasa, akhirnya membuat bahagia. Banyak hal yang diluar kendali saya. Entah syndrome apa namanya.
Untuk mengusirnya, saya mencoba beberapa formula, diantaranya :
1.  Membersihkan Kamar
Memberishkan lemari pakaian saya yang tidak terlalu berantakan. Saya melakukan hal itu karena saya ingin lebih rapi saja, tidak lebih. Saya melipat pakaian saya serapi mungkin dan menyusun sesuai dengan item-itemnya Kemeja dengan kemeja, kaos dengan kaos, celama dengan celana, pakaian dalam dengan pakaian dalam bercampur dengan kaos kaki sapu tangan. Satu yang yang membuat saya senang baru-baru ini adalah mengepel lantai. Yap. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya mengepel lantai. hahahahaha. Lantai kamar saya yang sudah bersih saya pel lagi agar wangi dan lantai kamar menjadi bercahaya. hehehe. Tidak lupa saya jugamembersihkan barang-barang saya yang berada di bawah tempat tidur. Kegiatan ini mengingatkan saya dengan member Leeteuk Super Junior yang suka bersih-bersih. Heuheu
2. Berselancar di Dunia Maya
Seperti sekarang, saya melanglang buana di dunia maya. Apakah itu posting foto di Instagram saya @sarirezki atau membaca artikel aneh-aneh dan lainnya. Di dunia maya, saya tidak perlu bertemu dengan orang lain, bersalaman dengannya secara langsung, tidak perlu basa-basi, kemudian tertawa palsu. Saya bebas ingin kemana saja dan melakukan apa di dunia maya. Memang saya sudah menikmati candu dunia modern. Satu hal yang membuat saya bertanya-tanya, maya itu cewek atau cowok? Dia digajikah sama aplikasi medsos? hanya Maya yang tahu

Maia gak pake y tapi pake i
3. Nonton Drama Korea
Sudah lama saya tidak merasakan sensasi bahagia menonton drama Korea. Saat ini saya sedang mengkonsumsi drama Lee Minho dan Jun Ji Hyun , The Legend of Blue Sea. Kegiatan ini cukup ampubh menghilangkan kerutan yang ada di otak saya beberapa saat. Saya sedang menanti episode 16 nya. HAHAHAHA

Lee Minho mermaid
Sumber : google

4. Baca Buku
Yap. Membaca buku membuat saya sedikit berkhayal dengan ceritanya. Apalagi membaca buku Haruki Murakami, saya harus fokus. Karena butuh imajinasi yang lebih. Pokoknya saya membaca yang sedikit berat atau novel puitis yang menyentuh perasaan saya. 
Share:

Saturday, April 23, 2016

Kapan Nikah ?

Kapan Nikah?

Pertanyaan semacam itu belakangan ini kerap menabrak saya. Entah mengapa, di usia yang masih belia ini, orang-orang menanyakan hal tersebut. Demi tidak memperpanjang introgasi, saya hanya menjawab "Hilalnya belum kelihatan".

Bagi saya, menikah itu bukan karena temanmu sudah menikah, lalu kamu harus menikah, menikah bukan untuk ikut-ikutan. Menikah itu, dua orang harus memiliki komitmen satu sama lain. Mereka harus saling berbagi rasa dan asa. Saat ini, menikah bagi saya belum menjadi prioritas utama. Saya sempat berpikir untuk hidup sendiri, menikmati diri sendiri dengan melakukan hal yang disukai. Namun, saya tidak bisa menolak virus merah jambu menyerang perasaan saya.

Kalau dipikir-pikir, masih banyak yang harus saya lakukan sebelum memutuskan untuk membagi waktu dan hidup untuk orang lain. Intinya, saya belum selesai dengan diri saya sendiri. Bukan berarti saya tidak mau menikah.

Karena menikah bukan semudah melihat Kotaru Minami berubah menjadi satria baja hitam.

Share:

Sunday, April 17, 2016

Oh, God

Perjalanan dari Pekanbaru menuju Pangkalan Kerinci kali ini, membuat saya banyak berpikir, sampai-sampai saya tidur di bus hanya sebentar. Biasanya saat bus baru saja berjalan, saya sudah mulai tak sadarkan diri.

Banyak hal yang saya takutkan. Banyak hal yang saya cemaskan.
Dan hal ini ingin saya keep sendiri dulu.

Ditengah jalan, lampu padam, pendingin ruangan menyala begitu kencang sehingga bulu kaki saya seperti berdiri. Pasalnya, saya memakai celana pendek. Saya masih berpikir banyak hal.

Saya percaya Tuhan sudah menggariskan hidup makhluknya, rizki, jodoh dan kematian sudah tertulis sebelum kita dilahirkan ke dunia. Lantas, mengapa saya mesti mencemaskan hal-hal yang saya pikirkan?.

Kemudian, belakangan jadi orang yang mudah tersinggung. Hal yang menyakitkan memang membuat saya lebih banyak berpikir.

Share:

Wednesday, April 13, 2016

Orang Mah Tahu Luarnya Aja

"Hidup dia enak ya,"
Kata yang acapkali kita keluarkan dari mulut kita. Padahal, kita belum tahu bagaimana mereka itu menjalani hidup. Orang mah tahu luarnya aja.

"Kapan Nikah?"
"Kan udah kerja?"
Pertanyaan yang kerap ditujukan kepada mereka yang lahir di tahun 1990 sampai 1994 saat ini. Termasuk saya. Intinya mungkin belum siap atau sedang mengejar tujuan lain. Bahkan, mungkin belum selesai dengan dirinya sendiri. Orang mah tahu luarnya saja.

"Kan udah lulus, kapan kerja?
Pertanyaan yang krusial yang ditujukan kepada lulusan baru. Sebenarnya bukan tidak ingin bekerja, tetapi belum dipertemukan.

Masih berlanjut

Share:

Sunday, March 6, 2016

Sampai di Pangkalan Kerinci

Baiklah.
Mulai Minggu lalu, tepatnya tanggal 28 Februari 2015, saya telah resign dari Tribun Pekanbaru.
Bersama Tribun saya banyak sekali mendapatkan berbagai pelajaran, menanyai orang, memahami sebuah hal, dan tidak lupa menulis. Banyak sekali. Pokoknya saya benar-benar banyak belajar.

Mengapa saya resign? Hhhhm. Sedikit susah dituliskan. Tapi yang jelas, saya ingin mengembangkan karir dan kemampuan saya di perusahaan ini. Bukan saya tidak mengatakan Tribun Pekanbaru karir saya tidak berkembang, sekali lagi di Tribun Pekanbaru saya banyak belajar, mulai sedikit-sedikit menjadi orang yang tidak menutup diri dan bertemu orang-orang yang luar biasa. Tetapi memang, hidup ini pilihan dan di ridhoi oleh Allah dan orang tua. Saya ingin banyak belajar dan berkarir di tempat saya sekarang.

Mulai besok saya akan bergabung dengan salah satu pemberi beasiswa saya dulu, lokasinya di Pangkalan Kerinci. Otomatis, saya harus stay di Pangkalan kerinci. Paling tidak seminggu sekali saya ke Pekanbaru.

Artinya, saya harus pisah dari rumah saya. Dari Abah saya, kakak-kakak saya, abang-abang saya, keponakan-keponakan saya. Sedikit berat, tetapi saya harus ambil kesempatan baik ini. Saya harus merasakan rindu begitu luar biasa dengan orang-orang dirumah saya.

Di sini, saya memang apa-apa sendiri. Ya, makanya mulai masuk mess, dalam pikiran saya "wah, udah harus sendirian"

And, saya harus hidup teratur disini, saya tidak ingin begadang lagi, karena memang Soneta mengatakan Begadang itu tak ada gunanya.

Share:

Tuesday, February 23, 2016

Bekerja dengan Tabah

Dua hari ini bagi saya adalah hari yang menggangu. Sampai-sampai saya sedikit tidak fokus untuk menulis. Bahkan, saya sedikit kesal dengan apa yang saya kerjakan.

Sejak pertengahan Agustus 2015 hingga sekarang, saya merasa tertekan, merasa sakit hati. Saya pun yang mempunyai perasaan halus ini memang gampang terbawa perasaan.

Bagaimana tidak, saya yang notabene masih baru dan masih belajar dalam berbagai hal, yang tentu masih banyak kesalahan di sana sini. Saya mengakui saya belum pandai. Tetapi saya seperti dianggap hanya ongkang-ongkang kaki dan tidak maksimal. Seperti hasil pekerjaan saya tidak dihargai.

Apa yang saya dengarkan lansung maupun tidak lansung, dari sejak itu hingga sekarang, saya masih ingat, kata-kata yang seharusnya jangan sampai keluar dari mulut seseorang yang jikalau memang sudah terpelajar, sudah melanglang buana menulis apa saja. Tetapi tidak diiringi dengan komunikasi yang baik. Walaupun sekarang sudah sedikit halus, tetapi tetap sarkas. Tidak perlu saya tuliskan, tetapi kata-kata yang keluar itu, menurut saya tidak pantas.

Banyak yang diam daripada bersuara sih. Bukan takut, hanya saja jika mengungkapkan sia-sia saja.

Yang tabah saja untuk saya dan teman-teman.
Selamat bekerja dengan tabah dan sabar.

Share: