Skip to main content

P-A-M-E-R

Pamer.
P-A-M-E-R.
Satu kata yang sebagian orang mengartikan itu sifat negatif. Kadang kita pun kesal terhadap orang yang suka pamer. Misalnya membangga-banggakan diri. Kita sebagai manusia tentu saja sedikit kesal terhadap orang yang suka membanggakan diri.


'Dia pamer karena gak ada orang yang membanggakan diri dia, Jadi dia banggain dirinya sendiri'.

Belum lagi mereka yang suka pamer di sosial media. 
Lagi makan di tempat mahal dan fancy, update status di WA grup. Lagi mau nonton film di bioskop, foto tiket, upload di instastory. Lagi liburan di Suriname, langsung upload di semua akun sosial media.
Norak.

Namun, tidak semuanya begitu. Ada hal-hal terselubung dibalik postingan di lini masa yang terkesan pamer.

Here We Go :

1.Ingin Diakui
Itu tadi, karena gak ada yang banggain prestasinya dia, jadinya banggain diri sendiri. Ia hanya ingin menunjukkan prestasinya ke dunia. Saat ini menunjukkan prestasi di media sosial sangat penting untuk menunjukkan personal branding dan #duniaharustahu. Apalagi untuk kaum millenials. Mereka ingin diapresiasi, dihargai apa yang mereka lakukan atau kerjakan.

2.Sering Dipandang Sebelah Mata
Nah ini, karena mereka sering diremehkan, mereka akhirnya menunjukkan jati dirinya agar orang lain mengakui dirinya. Mereka ingin menunjukkan pencapaian mereka kepada orang lain. Ini lho gue. Gitu.

Maka dari itu, sebagai manusia, kita tidak boleh memandang rendah seseorang. Hargai seseorang apapun statusnya.

3. Untuk Memberikan Informasi
Kebanyak netizen yang berada di lini masa, posting tentang kegiatan charity mereka kerap dianggap pamer. Padahal, jika ditelisik lebih dalam, ternyata tidak juga. Bisa jadi mereka ingin mengajak khalayak netizen untuk ikut serta dalam kegiatan charity tersebut.

Dari semua ini, poin pentingnya dari pamer adalah niat, intensi, motivasi dan tujuannya. Sudut pandang kita berperan dalam penilaian untuk menentukan apakah sebuah perilaku yang dilakukan seseorang netizen termasuk pamer atau tidak.

Pamer kadang hampir disamakan dengan narsistik, jika tujuannya ingin dirinya terlihat hebat di mata orang lain. Pamer juga bisa muncul dari adanya rasa kurang percaya diri. Pamer digunakan untuk menutupi kelemahan diri.

Dunia maya saat ini mendorong orang untuk tampil sesuai apa yang mereka inginkan, tujuannya untuk eksistensi diri identitas dan membangun citra.

Pamer juga bisa berdampak positif yang dapat menginspirasi orang lain. Hal yang dipamerkan dianggap baik oleh orang lain dan mendorong mereka untuk melakukan yang sama atau lebih baik.

Be Positive J





Comments

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Mencoba Menemukan Ketenangan di Tengah Riuhnya Kehidupan

Hidup itu seperti berada di atas papan selancar, terkadang ombaknya tenang, terkadang menggulung-gulung seperti monster raksasa. Dan jujur saja, dalam beberapa bulan terakhir, rasanya saya lebih sering terhempas ombak daripada berdiri gagah di atasnya. Cemas? Oh, cemas itu sudah seperti teman lama yang tak diundang datang setiap hari. Mood buruk? Rasanya seperti awan hitam yang terus menempel di kepala, bahkan saat cuaca cerah. Bayangkan saja, saya, yang dulu penuh semangat menjalani hari-hari, tiba-tiba merasa kehilangan minat pada hal-hal yang biasa saya cintai. Olahraga? Sudah seperti cinta lama yang tak berbalas. Buku? Seakan huruf-huruf di dalamnya berubah menjadi semut-semut yang berlarian tanpa arah. Bahkan serial drama Korea yang biasanya menjadi sahabat setia saat malam datang, kini hanya menjadi tontonan latar belakang saat pikiran saya melayang entah ke mana. Hidup saya, meskipun penuh potensi, kadang terasa seperti teka-teki tanpa petunjuk. Saya berusaha sebaik mungkin untu...

Hari-Hari yang Terasa Kosong Tapi Tetap Jalan

Sudah tiga hari gue ngerasa hampa. Rasanya kosong banget. Kemarin lusa, gue bahkan udah masuk kerja, kerja dengan serius, pengin cepat-cepat pulang, dan rasanya overwhelmed banget. Tapi entah kenapa, walau gue ngerasa kosong begini, gue tetap bangun. Gue tetap kerja. Tetap makan. Dan walau kecil, gue rasa itu butuh sebuah keberanian. Gue gak tahu kenapa. Tapi gue ngerasa kosong banget jadi manusia beberapa hari ini. Setiap kali kayak gini, gue selalu menghela napas panjang, mencoba nulis apa yang gue rasain. Kadang gue tulis kayak cerita, tapi malah bikin gue makin lesu. Gak tahu mau ngapain. Gue cuma pengin baring. Baca cerita-cerita gue yang udah gue tulis. Gue juga lagi gak sedih. Tapi juga gak bahagia. Gue bahkan gak pengen buka media sosial. Gak pengen lihat Instagram, TikTok, atau YouTube. Gue kayak kehilangan arah. Seperti gak punya tujuan. Hidup gue diem, tapi waktu jalan terus. Tadi malam sebelum tidur, gue coba bersih-bersih ka...