Skip to main content

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) .

Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA. Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara. 

PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau terinspirasi dari lagu God Bless, Panggung sandiwara. Beliau tidak bukan dan tidak lain adalah Erving Goffman. Teori Dramaturgi. Hidup atau dunia ini panggung sandiwara, katanya. Ada Frontstage dan backstage. Nah, Pdkt ini bagian dari Frontage. Pada dasarnya kebanyakan dari PDKT itu adalah Usaha membangun kesan terhadap si objek PDKT-an. Kalau membangun kesannya sedemikian rupawan, nah bisa pacaran. Terima Kasih Erving Goffman.

Pacaran, bisa dikaitkan dengan  Teori Fungsional si Mbah Talcot Parsons yang terkenal dengan AGIL. Adaptasi, Goal , Integration dan Laten..(ahhaha tulisannya campur-campur Inggris -Indonesia) BODO AMAT ! ) Harusnya dengan memahami teori ini, hubungan itu harmonis, kenapa ? analisis saya :
  1. Adaptasi . Orang berpacaran itu harusnya mampu menyesuaikan diri mereka satu sama lain agar mereka bisa mempertahankan hubungannya. Saling menyesuaikan sih, jangan saling menyalahkan, semua punya kekurangan dan kelebihan.
  2. Goal alias tujuan.  Dua sedjoli ini harus mampu menentukan tujuan mereka hubungan mereka . Jadi tidak ada lagi armada "mau dibawa kemana". Dengan itu berkuranglah generasi galau di dunia ini.
  3. Integrasi . Mereka harus mengatur komponen-komponen yang namanya "rasa cinta,rasa sayang dan segala rasalah" supaya berfungsi secara maksimal, tak berlebihan.
  4. Laten . Nah, ini penting banget. Dalam dunia berpacaran, Gak semua berjalan mulus, nah disini fungsi laten bermain perannya. Mereka harus memelihara pola-pola hubungan mereka, mereka harus memperbaiki, memperbarui, dan mempertahankan hubungan mereka.
Nah, ini yang paling laknat, jomblo. Mereka galau, ngegombal ga jelas. Yang di galauin ga jelas, yang di gombalin juga ga jelas. Tapi tenang aja, Opung Marx alias Karl Marx jauh jauh abad lalu udah nemuin solusi buat para jomblo ini. Biar gak ditindas alias diejekin sama yang "already taken". Menurut Marx, Jomblo itu sebenarnya dalam "kesadaran palsu" mereka ga nyadar mereka itu pantas punya pasangan, dicintai, mencintai dan mereka harus keluar dari "kesadaran palsu" itu. Bagaimana caranya ? ya revolusi, Revolusi Hati, Alias Move on abis. Biasanya jomblo kan masih dalam bayang-bayang "Mantan".

Jadi milih yang mana ? hanya sibuk dengan PDKT, PACARAN,JOMBLO? atau yang paling ngetren sekarang LDR alias Lotiah dek rindu (*bahasa minang), ehhh bukan Long distance Relationship (pacaran jarak jauh) atau yang islami, LDT alias Long Distance Ta'arufan ? Tinggal milih sik.

Sekian dulu analisis bego-begoan saya. Cuma ngeshare doang. Sampai jumpa di Analisis cinta berikutnya . Dadaaaaahhhhh.

Comments

  1. Your blog is informative. Excellent work.
    Keep it up!

    ReplyDelete
  2. Best and Informative!
    visit also;
    https://www.worldofinformations.com/

    ReplyDelete
  3. BestOne!
    visit also;
    https://www.worldofinformations.com/2019/09/benefits-of-cpec-to-pakistan.html

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Hari-Hari yang Terasa Kosong Tapi Tetap Jalan

Sudah tiga hari gue ngerasa hampa. Rasanya kosong banget. Kemarin lusa, gue bahkan udah masuk kerja, kerja dengan serius, pengin cepat-cepat pulang, dan rasanya overwhelmed banget. Tapi entah kenapa, walau gue ngerasa kosong begini, gue tetap bangun. Gue tetap kerja. Tetap makan. Dan walau kecil, gue rasa itu butuh sebuah keberanian. Gue gak tahu kenapa. Tapi gue ngerasa kosong banget jadi manusia beberapa hari ini. Setiap kali kayak gini, gue selalu menghela napas panjang, mencoba nulis apa yang gue rasain. Kadang gue tulis kayak cerita, tapi malah bikin gue makin lesu. Gak tahu mau ngapain. Gue cuma pengin baring. Baca cerita-cerita gue yang udah gue tulis. Gue juga lagi gak sedih. Tapi juga gak bahagia. Gue bahkan gak pengen buka media sosial. Gak pengen lihat Instagram, TikTok, atau YouTube. Gue kayak kehilangan arah. Seperti gak punya tujuan. Hidup gue diem, tapi waktu jalan terus. Tadi malam sebelum tidur, gue coba bersih-bersih ka...

Mencoba Menemukan Ketenangan di Tengah Riuhnya Kehidupan

Hidup itu seperti berada di atas papan selancar, terkadang ombaknya tenang, terkadang menggulung-gulung seperti monster raksasa. Dan jujur saja, dalam beberapa bulan terakhir, rasanya saya lebih sering terhempas ombak daripada berdiri gagah di atasnya. Cemas? Oh, cemas itu sudah seperti teman lama yang tak diundang datang setiap hari. Mood buruk? Rasanya seperti awan hitam yang terus menempel di kepala, bahkan saat cuaca cerah. Bayangkan saja, saya, yang dulu penuh semangat menjalani hari-hari, tiba-tiba merasa kehilangan minat pada hal-hal yang biasa saya cintai. Olahraga? Sudah seperti cinta lama yang tak berbalas. Buku? Seakan huruf-huruf di dalamnya berubah menjadi semut-semut yang berlarian tanpa arah. Bahkan serial drama Korea yang biasanya menjadi sahabat setia saat malam datang, kini hanya menjadi tontonan latar belakang saat pikiran saya melayang entah ke mana. Hidup saya, meskipun penuh potensi, kadang terasa seperti teka-teki tanpa petunjuk. Saya berusaha sebaik mungkin untu...