Skip to main content

Berpikir Tentang Tujuan

Sekarang sekitar pukul 00.51 AM. Didepan saya sedang ada sebuah buku yang hampir sebulan belum selesai saya baca, satu pena, note book dan handphone kecil yang casingnya sudah tak terlihat baik. Tolong belikan saya hp baru.

Hari ini saya tak tidur dengan keponakan saya, dia tidur dirumahnya karena sekarang sedang libur, rumahnya di depan rumah saya. hahaha. Saya sangat bahagia karena tengah malam ini biasanya ia mengigau sampai saya selalu meneriakinya "hei,hei tidur,".

Belakangan saya mencintai tidur, setelah selesai bekerja saya akan tidur tiga hingga empat jam, kemudian makan, dan tidur kembali, bangun makan sahur dan tidur lagi. Tapi saya merasakan selalu mengantuk ketika kepala saya menempel dikasur.

Saya tak ingin membicarakan apa yang saya rasakan ketika mewawancarai teman dan orangtua salah satu korban Pesawat Hercules yang yang jatuh di Medan Selasa Kemarin. Pilu.

Sambil menelungkupkan badan diatatas bantal, saya memikirkan apa tujuan saya. Selama ini saya hanya menyimpannya tanpa berusaha. Saya belum berusaha, tapi masih menggerutu. Usaha itu sesuatu yang punya tujuan dan dilakukan dengan daya juang tinggi. Setelah saya mendapatkan apa yang saya inginkan, saya tidak mulai belajar hal yang baru. Kadang saya kesal dengan diri saya sendiri.

Pertama, saya tak mengerahkan seluruh kemampuan dan melakukannya sampai batas kemampuan saya. Saya tidak mengambil sesuatu yang saya inginkan. Kedengarannya seperti perkataan orang egois.

Saya kadang hanya menengadah ke langit menunggu buah jatuh. Berusaha dengan setengah hati. Saya menjadi bertanya-tanya, apa saya tak berminat dengan diri sendiri? dengan tujuan saya?

Setelah lulus, hanya beberapa tujuan saya yang tercapai, selebihnya? belum ada.Rasa malas ini ingin saya buang jauh-jauh. Jauh sekali.

Comments

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Sekilas Sosiologi Kesehatan

Sosiolog belajar semuanya, termasuk tentang kesehatan. Tapi tentu dalam kacamata sosial. SAKIT dalam definisi medis adalah adanya gangguan secara biologis terhadap tubuh. Sedangkan secara sosiologis, sakit itu ketika kamu gak bisa jalanin peran dan fungsi secara optimal di masyarakat. Penyakit sekarang lebih bersifat degeneratif. Penyakit muncul karena kurangnya kesadaran akan pola hidup sehat (terbukti pada penelitian kami, sosiologi angkatan 2010 di Siak pada Juni 2012). Lima faktor gaya hidup yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas di Indonesia, seperti perilaku merokok, perilaku seks, pola makan, okupasi, dan yang terakhir mobilitas. Ada beberapa istilah dalam sosiologi kesehatan. Iatrogenesis Klinis. Penyakit klinis yang muncul dari sebuah penanganan medis, contohnya ketika jarum ketinggalan di ketiak pasien saat operasi.  Iatrogenesis Sosial. Penyakit sosial muncul dari sebuah penanganan medis, contohnya pasien hilang dirumah sakit.  Medikalis...

Pursue My Dream

Hari ini, saya menulis postingan pertama saya di tahun 2024. Akhir-akhir ini, saya merasakan sering kali malas untuk menulis, baik di blog maupun di catatan saya. Itu mungkin bisa disebut sebagai fase-fase malas. Ironisnya, saya sering merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang tidak terlalu penting, tetapi mengganggu pikiran saya. Saat ini, saya duduk sendirian di sebuah tempat dengan laptop di depan saya. Awalnya, saya hanya berniat untuk bekerja dan mencari tahu tentang kisi-kisi ujian masuk S2. Ada beberapa tugas yang tertunda hari ini yang ingin saya selesaikan. Saya menikmati kesendirian ini, tanpa gangguan dari orang lain. Selain itu, saya ingin menyegarkan kembali pengetahuan saya untuk persiapan ujian masuk S2 besok. Karena ujian ini dilaksanakan secara online, saya sedang mencari informasi tentang bagaimana ujian tersebut akan berlangsung. Sebelumnya, saya sudah pernah mengikuti ujian S2 pada tahun 2020 di Universitas Indonesia, tetapi saya gagal karena kurangnya persiapan. Se...