A personal ode to Gusti Irwan Wibowo, a stranger I never met, but someone who once helped me stay alive in absurd and sacred ways.
Gue gak nyangka bisa sesedih ini sama seseorang yang bahkan belum pernah gue temui.
Like…this is a first for me.
Biasanya kehilangan tuh tentang orang yang gue kenal, yang pernah gue peluk, yang pernah gue ngobrolin masa depan bareng.
Tapi ini beda.
Gusti Irwan Wibowo,
lo tuh stranger yang rasanya lebih familiar daripada temen kantor gue sendiri.
I found you by accident.
Or maybe life led me to you on purpose, pas gue lagi di titik hidup yang honestly… berat.
Gue denger lo di podcast absurd, di lagu-lagu yang endikup.
Ngomong lo yang kayak bocah dan lucu. Hei Chavaaaa!!
“Diculik Cinta”
itu lagu dangdut pertama yang pernah gue replay di hidup gue.
Not ironically.
Gue dengerin karena gue butuh itu.
Butuh ketawa yang gak palsu.
Butuh lucu yang gak ngerendahin.
Butuh rasa, tanpa drama.
Beberapa waktu lalu, gue bilang ke diri gue:
“Kalau Gusti konser di sini, I’ll go.”
Padahal, udah 7 tahun gue gak pernah nonton konser apa-apa.
Gue bukan crowd person. Gue gak suka desak-desakan, gak suka sorotan.
Tapi for some reason, lo bikin gue pengen keluar dari semua itu.
Gue pengen duduk aja di pojok venue,
denger lo nyanyi hal absurd,
dan bilang ke diri gue:
“Lo sampai juga, Re.”
But then lo keburu pulang.
Dan sekarang gue di sudut kamar, dengan hati yang berat nyoba nulis ini. Sekaligus mencoba merilis perasaaan ini.
And I need to write this.
Karena lo mungkin gak pernah tahu,
tapi lo pernah nyelametin gue dari hari-hari yang gelap.. until now
Tanpa cap superhero. Tanpa pretensi.
Lo cuma jadi lo.
Thank you, Gusti.
For being that random voice that stayed.
For proving that healing doesn’t have to be poetic.
Sometimes it’s just… lucu. Gak jelas. Tapi jujur.
Lo bikin patah hati bisa ketawa.
Lo bikin kita semua ngerasa:
“Maybe being weird is the most human thing ever.”
Kalau nanti ada stage lain somewhere in the afterlife,
I’ll buy the ticket.
Gue duduk di tengah.
Gak perlu nyanyi, gak perlu joget.
Gue cuma pengen bilang:
“Akhirnya, Gusti… gue datang juga.”
Ditulis sama orang biasa yang gak pernah lo kenal, tapi pernah ngerasa ditemani lo di saat dunia lagi gak masuk akal. Semoga lo ditempatkan bersama orang-orang beriman dan soleh ya, Gus.
Comments
Post a Comment