Tuesday, May 2, 2017

Menikah itu Tak Bercanda

Seminggu yang lalu, saya melarikan diri sejenak di sebuah kota yang selalu membuat saya rindu, Bandung. Bukan untuk tinggal, tapi untuk menyegarkan pikiran yang sudah kusut dalam dunia perburuhan sekaligus langsung menyampaikan ucapan selamat menikah kepada teman saya @aisyahcha2. Di sini pun saya selalu bertemu teman lama dan teman baru.

Di hari terakhir, saya bertemu kembali dengan temannya @yanimikhoe, @prinzessiny di bandara Soekarno Hatta yang selalu ramai. Pembicaraan begitu berat untuk saya, menikah. Tapi saya merasa sudah banyak teman yang menikah dan punya anak sekaligus rata-rata mereka seumuran dengan saya. Mereka juga kerap meng-upload di media sosial perkembangan anak mereka. Saya berpikir, apakah memang diumur yang sekarang seperti itu? Apakah saya sudah tua? Terlalu banyak pertimbangan untuk menikah.

Menikah muda tidak buruk, asalkan yang menikah sudah cukup dewasa untuk bertanggung jawab. Apakah sudah dewasa? Apakah sudah bisa bertanggung jawab untuk hidup dengan orang yang akan selalu kita lihat setiap hari, bangun dan tidur? Apakah bisa melakukan hal-hal yang selayaknya dilakukan oleh mereka yang sudah menikah? Apakah bisa melakukan semuanya? Apakah bisa melakukan mau kita?
Kebanyakan orang bilang "Kalau sudah ada pasangan, apa lagi yang ditunggu?" Saya tidak ingin melihat sesuatu secara parsial dan teologis. Rezeki memang diatur oleh Tuhan, tapi apakah itu bisa dijadikan alasan untuk mengambil keputusan sebesar ini.

Menikah memang seperti telah mengerjakan separuh agama, tapi dengan syarat, bahwa pernikahan dapat membuatmu dan pasangan menjadi lebih baik dalam menjalankan ibadah dan baik dalam menjalani kehidupan, itu bagus.

Secara logika, sebuah keluarga akan lebih baik saat berangkat dari kondisi yang lebih baik. Beragama tidak harus membuat orang berhenti berpikir.
Masalah tidak hilang dengan memiliki status sudah menikah. Menikah bukan ajang perlombaan siapa cepat. Menikah bukan menghilangkan pertanyaan orang sekitar "kapan nikah? Umur bertambah terus".

Menikah tak sebercanda itu

Share:

0 comments:

Post a Comment