Skip to main content

Konspirasi Yahudi

Kemaren gue kekampus karena dikabarin kalo ada pertemuan anak-anak warta, ehhh gue kena PHP. Trus, di mading-mading kampus gue ada tulisan kalo Jokowo bakalan dateng. Nah, disini gue sama teman-teman gue @kikihassan @rudiansyahsir rela nunggu 2 jam. Biasanya gue sama temen-temen gue bakalan ninggalin seminar kalau udah nunggu kayak gitu kayak ikan sarden di dalem audit, ini demi Jokowi. Nah, sambil nunggu kedatangan Jokowi, kami disuguhi oleh hiburan karaoke artis kampus gue. Tapi namanya juga pengen ikut seminar bareng Jokowi, rela nunggu. Gue penasaran aja bentuk Jokowi gimana, seminarnya gimana. Dan ternyata lumayan seru. Gak ada dokumentasian, acara mendadak, trus baterai hp gue low. Selain media yang buat citra Jokowi bagus, gue tahu gimana cara Jokowi ngambil hati masyarakat.

Sehabis seminar, gue sama temen gue nunggu hujan sampai magrib dan keterusan sampai Isya.Saat nunggu hujan gitu, kami bahas tentang Illuminati, karena salah satu temen gue bilang, Jokowi itu antek Illuminati, Soekarno juga, trus Istrinya Jokowi anggota Rotary Club yang perusahaan illuminati gitu. Sampai Bundaran HI, duit sepuluh ribu, lima puluh ribu di bilang ada lambang Illuminati. Gue juga sempat bilang, kolor Illuminati bukan? itu pertanyaan yang gak terjawab.

Masalah Illuminati-illuminatian kayak gitu gue dari dulu gak peduli. Konspirasi Yahudi, Wahyudi, apalah pokoknya. Yang jelas itu bikin otak sumpek, gue baca komunis sejak kuliah  gak terlalu jalanin hidup kekirian. JALANI SAJA. Toh barang yang kita kosumsi itu adalah barang yang di produksi oleh orang-orang yang dibilang kapitalis, yahudi dan teman-temannya. Asalkan jangan lupa iman.

Kalau kita diam, berarti kita lengah dan mereka akan masuk ke kelompok masyarakat kita? Jangan mudah terprovokasi dan terdoktrin oleh  hal-hal yang seperti itu, jangan ditelan mentah-mentah. 
 

Comments

Popular posts from this blog

Hari-Hari yang Terasa Kosong Tapi Tetap Jalan

Sudah tiga hari gue ngerasa hampa. Rasanya kosong banget. Kemarin lusa, gue bahkan udah masuk kerja, kerja dengan serius, pengin cepat-cepat pulang, dan rasanya overwhelmed banget. Tapi entah kenapa, walau gue ngerasa kosong begini, gue tetap bangun. Gue tetap kerja. Tetap makan. Dan walau kecil, gue rasa itu butuh sebuah keberanian. Gue gak tahu kenapa. Tapi gue ngerasa kosong banget jadi manusia beberapa hari ini. Setiap kali kayak gini, gue selalu menghela napas panjang, mencoba nulis apa yang gue rasain. Kadang gue tulis kayak cerita, tapi malah bikin gue makin lesu. Gak tahu mau ngapain. Gue cuma pengin baring. Baca cerita-cerita gue yang udah gue tulis. Gue juga lagi gak sedih. Tapi juga gak bahagia. Gue bahkan gak pengen buka media sosial. Gak pengen lihat Instagram, TikTok, atau YouTube. Gue kayak kehilangan arah. Seperti gak punya tujuan. Hidup gue diem, tapi waktu jalan terus. Tadi malam sebelum tidur, gue coba bersih-bersih ka...

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Mencoba Menemukan Ketenangan di Tengah Riuhnya Kehidupan

Hidup itu seperti berada di atas papan selancar, terkadang ombaknya tenang, terkadang menggulung-gulung seperti monster raksasa. Dan jujur saja, dalam beberapa bulan terakhir, rasanya saya lebih sering terhempas ombak daripada berdiri gagah di atasnya. Cemas? Oh, cemas itu sudah seperti teman lama yang tak diundang datang setiap hari. Mood buruk? Rasanya seperti awan hitam yang terus menempel di kepala, bahkan saat cuaca cerah. Bayangkan saja, saya, yang dulu penuh semangat menjalani hari-hari, tiba-tiba merasa kehilangan minat pada hal-hal yang biasa saya cintai. Olahraga? Sudah seperti cinta lama yang tak berbalas. Buku? Seakan huruf-huruf di dalamnya berubah menjadi semut-semut yang berlarian tanpa arah. Bahkan serial drama Korea yang biasanya menjadi sahabat setia saat malam datang, kini hanya menjadi tontonan latar belakang saat pikiran saya melayang entah ke mana. Hidup saya, meskipun penuh potensi, kadang terasa seperti teka-teki tanpa petunjuk. Saya berusaha sebaik mungkin untu...