Skip to main content

Jadilah pendengar yang baik

Kadang apa yang kita rasain,apa itu senang,apa itu sedih, cuma kita yang rasain gimana.
Bukan orang lain, bukan siapa-siapa ,tapi kita sendiri yang rasainnya.
Jika kita senang,kita bahagianya luar biasa.
Coba aja deh kalo sedih, rasanya juga luar biasa,sedih itu biasanya masalah hati. Sakit banget rasanya kalo hati ini sedih. Siapa sangka kalo diluarnya kokoh, tapi didalam hancur minah ,compang-camping. Nggak ada yang tau,cuma kita yang tau rasanya,karena kita yang rasain,bukan orang lain. Kalo kamu diposisi itu,pasti juga sama.

Terkadang jika kita sedang pengen ceritain sesuatu sama orang,yang menurut kita itu nggak penting. Tapi menurut kita itu penting.
Gue sendiri jarang cuekin orang,gue mencoba jadi pendengar yang baik, berusaha mendengarkan walaupun itu nggak menarik buat didengerin.Jadilah pendengar yang baik.

Dan sampai sekarang gue masih ngerasa sedih,nggak tau mesti berbuat apa.gue nggak bisa "diterima" sama beliau. Salah gue seperti ini ? 
Banyak orang yang mengambil kesimpulan terhadap apa yang mereka lihat bukan bertanya sama yang bersangkutan, banyak mereka yang menebak-nebak tanpa tau yang sebenarnya terjadi.Gue nulis disini kenapa? karena nggk tau mau cerita dimana.
Gue pengen kayak dulu lagi,masa-masa yang kayak dulu.Bukan yang kayak sekarang yang nggak semangat

Comments

  1. hai, salam kenal, aku baru pertama kali baca postinganmu, hehe, agak susah ya baca yg di kanan kiri, jadi bingung mau liat topik yg mana yg mau dipilih :)

    ReplyDelete
  2. hai jga :)
    thanks ya :)
    yg kiri itu postingan yg sering dibaca..
    klo mw lihat topik liat aj di paling bawah ..
    gk susah kok :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Teori Sosiologi Dan Cinta

Saya tak sengaja terdampar kuliah di jurusan ini. Saya sudah melalui empat semester  di sosiologi UR alias Universitas Riau . Jatuh bangun sama IP sudah saya rasakan, banyak tugas yang sudah saya kerjakan (biasa aja sih sebenernya tugasnya, agak di dramatisir aja) sudah 2 orang senior yang jadiin saya responden (nah di bagian ini sebenernya gak suka, begitu bermasalahkah diri saya sehingga harus diteliti,oke, positif aja, mungkin saya unik. hehehe) . Kalau dipikir-pikir (kali ini saya tumben mikir) sosiologi itu mempelajari semuanya loh, bukan hanya agama, perkotaan, pedesaan, kesehatan, lingkungan, hukum, tapi juga hal yang paling absurd di dunia ini yang bernama CINTA . Iya, cinta. Harusnya mahasiswa sosiologi tidak ada yang jomblo karena ada beberapa teori yang mengaitkan tentang ini. Tidak ada yang ngemis-ngemis cinta atau miskin cinta atau bahkan fakir asmara.  PDKT alias PENDEKATAN itu bisa jadi terinspirasi dari teori kakek sosiolog yang mungkin beliau ter...

Mencoba Menemukan Ketenangan di Tengah Riuhnya Kehidupan

Hidup itu seperti berada di atas papan selancar, terkadang ombaknya tenang, terkadang menggulung-gulung seperti monster raksasa. Dan jujur saja, dalam beberapa bulan terakhir, rasanya saya lebih sering terhempas ombak daripada berdiri gagah di atasnya. Cemas? Oh, cemas itu sudah seperti teman lama yang tak diundang datang setiap hari. Mood buruk? Rasanya seperti awan hitam yang terus menempel di kepala, bahkan saat cuaca cerah. Bayangkan saja, saya, yang dulu penuh semangat menjalani hari-hari, tiba-tiba merasa kehilangan minat pada hal-hal yang biasa saya cintai. Olahraga? Sudah seperti cinta lama yang tak berbalas. Buku? Seakan huruf-huruf di dalamnya berubah menjadi semut-semut yang berlarian tanpa arah. Bahkan serial drama Korea yang biasanya menjadi sahabat setia saat malam datang, kini hanya menjadi tontonan latar belakang saat pikiran saya melayang entah ke mana. Hidup saya, meskipun penuh potensi, kadang terasa seperti teka-teki tanpa petunjuk. Saya berusaha sebaik mungkin untu...

Towards The Light

Pagi menjelang, dan alarm berbunyi dengan suara yang sama. Saya membuka mata, tetapi rasanya berat untuk bangkit dari tempat tidur. Setiap hari terasa seperti pengulangan yang sama, itu hanya sebuah tanda bahwa saya masih melanjutkan hidup. Hari-hari berlalu, dan saya merasa terjebak dalam rutinitas yang tak kunjung berubah. Menjalani hari demi hari adalah pekerjaan yang berat, dan saya seperti penonton dalam film yang tidak berujung, menjalani momen yang itu-itu saja tanpa perkembangan. Ketidakpuasan ini membuat saya merasa kosong. Seperti banyak orang, saya berusaha menemukan cara untuk tumbuh, tetapi saat ini, satu-satunya ruang untuk berkembang adalah melalui kembali ke bangku sekolah—sebuah pelarian kecil dari kenyataan yang menyedihkan. Dalam kesibukan itu, saya merindukan kehidupan yang lebih bermakna—kehidupan di mana saya berusaha untuk hidup sepenuhnya, bukan hanya bertahan. Saya bukannya tidak bahagia, tetapi aku juga tidak merasa bahagia. Saya teringat saat-saat ketika saya...