"Makan permen banyak-banyak supaya tidak mengantuk"

"Saya di sini buat apa sih? Habis dari sini kemana sih? Mau jadi apa sih? Tahun depan ngapain aja sih"
"Makan permen banyak-banyak supaya tidak mengantuk"
"Saya di sini buat apa sih? Habis dari sini kemana sih? Mau jadi apa sih? Tahun depan ngapain aja sih"
Sembilan tahun ini.
Rumah terasa sepi.
Pagi-pagi, tanpa sarapan pagi.
Semua sibuk mengurus diri sendiri.
Sembilan tahun ini.
Telepon genggam sunyi.
Omelan tiada lagi.
"Sudahilah main game itu ii". Ayo mengaji.
Sembilan tahun kali ini.
Lebaran sunyi kembali.
Mungkin tidak sholat ied lagi.
Sembilan tahun ini.
Ibu tidak rasakan sakit lagi.
Tidak perlu hadapi dunia ini.
Tenang di sana ibuku, sayangku.
Malam ini aku rindu, Ibu.
Sangat Rindu.
Kapan Nikah?
Pertanyaan semacam itu belakangan ini kerap menabrak saya. Entah mengapa, di usia yang masih belia ini, orang-orang menanyakan hal tersebut. Demi tidak memperpanjang introgasi, saya hanya menjawab "Hilalnya belum kelihatan".
Bagi saya, menikah itu bukan karena temanmu sudah menikah, lalu kamu harus menikah, menikah bukan untuk ikut-ikutan. Menikah itu, dua orang harus memiliki komitmen satu sama lain. Mereka harus saling berbagi rasa dan asa. Saat ini, menikah bagi saya belum menjadi prioritas utama. Saya sempat berpikir untuk hidup sendiri, menikmati diri sendiri dengan melakukan hal yang disukai. Namun, saya tidak bisa menolak virus merah jambu menyerang perasaan saya.
Kalau dipikir-pikir, masih banyak yang harus saya lakukan sebelum memutuskan untuk membagi waktu dan hidup untuk orang lain. Intinya, saya belum selesai dengan diri saya sendiri. Bukan berarti saya tidak mau menikah.
Karena menikah bukan semudah melihat Kotaru Minami berubah menjadi satria baja hitam.
![]() |
from google |
Sudah lama sekali aku tidak menulis di blog yang sudah hampir enam tahun menemaniku dengan setia. Sebenarnya blog ini lahir karena apa ya, mungkin lahir dari kisah-kisah yang tak seberapa, patah hati misalnya.
Dalam lima tahun belakangan, aku beberapa kali jatuh cinta dan beberapa kali patah hati. Tapi aku hanya ingat yang patah hati saja.
Saat ini, bukannya aku tidak mau pacaran. Tetapi aku masih menunggu yang tepat, yang benar-benar membuat suatu hubungan bersahaja, tidak hanya bisa berbicara tentang kita melulu tapi apa saja.
Aku adalah orang yang sulit untuk benar-benar membuka hati untuk orang lain, sekarang. Karena, aku tak mau dilanda patah hati berkali-kali. Patah hati terakhir itu membuat aku menjadi sedikit "pilih-pilih".
Ah, mungkin itu hanya kisah cinta remaja.
Ini postingan kedua saya tentang kabut asap.
Hampir sebulan kami masyarakat Riau menghirup partikel debu halus yang berbahaya. Bahkan kami lupa, bagaimana rasanya menghirup udara segar yang semestinya kami dapatkan. Hak kami menghirup udara segar direbut oleh negara yang sukanya sekongkol dengan pelaku pembakar hutan.
Setiap hari kami mengeluh dengan tebalnya asap. Setiap hari kami menuliskan isi keluhan kami di media sosial. Tapi kabut asap tak juga hilang.
Setiap hari ratusan hotspot terdeteksi satelit. Itu baru yang terdeteksi, mungkin masih banyak lagi yang tak terdeteksi. Setiap hari membaca berita, kami merasa marah. Tapi, mau marah yang bagaimana? Protes sudah dilakukan berbagai kalangan. Tapi asap tak kunjung pergi dari Riau.
Bahkan kami sudah membawa Tuhan ke masalah ini. Kami berdoa menurut agama masing-masing. Umat Islam sholat Istiqo, umat kristiani berdoa di gereha, umat Budha berdoa di Vihara, Hindu di pura. Sekarang harapan kami cuma satu, Tuhan yang maha kuasa. Kami hampir kehilangan kepercayaan kepada pemerintah. Tak bisa menuntaskan masalah ini. Bahkan menurut mereka ini bukan kategori bencana.
Kami mengundang Presiden Jokowi ke daerah-daerah yang diselimuti asap. Perintahkan lansung kepada jajarannya untuk memadamkan api. Kalau tak padam, jangan beranjak dari sana. Tapi apa daya, dia sudah ada di Arab Sana. Katanya kunjungan kerja. Slogan Ayo Kerja hanya cerita belaka.
Pemerintah daerah masing-masing saling menyalahkan "ini kabut asap kiriman Jambi, ini kabut asap kiriman Sumsel, ini kabut asap kiriman Riau". Entahlah, kebiasaan kita mengkambinghitamkan. Kemudian kita disuruh mengambil hikmah dibalik bencana.
Kami sekarang hanya pasrah. Mau mengungsi kemana? Hampir seluruh Sumatera diselimuti kabut asap. Kami hanya bisa berkumpul dan beribadah dengan keluarga. Kami pasrah, sampai mana kabut asap ini menyerang tubuh kami yang mulai lemah karena asap.
Semoga Tuhan selalu menjaga kita semua dan mencelakai mereka pelaku pembakar hutan.
Pagi nanti, bulan Ramadhan akan datang. Bulan penuh keberkahan. Setiap tahun suasana Ramadhan saya berbeda-beda, baik suasana dan rasa.
Ramadhan delapan tahun lalu masih ada mama, bahagia. Ramadhan delapan tahun lalu belum baligh juga. Ramadhan lima tahun lalu, lupa, yang jelas baru jadi mahasiswa. Ramadhan tiga tahun lalu juga berbeda, sedikit bahagia. Ramadhan dua tahun lalu juga berbeda, bersama teman-teman kuliah kerja nyata. Setahun lalu, dirumah saja. Tahun ini, saya bekerja. Alhamdulillah Tuhan menjabah doa saya.
Ramadhan selalu ditandai dengan iklan sirup. Ramadhan selalu datang tepat waktu. Ramadhan selalu menantikan takjil yang enak-enak, kolak ubi, cendol, bubur dan lainnya saya lupa. Bedanya sudah lama saya tak menonton shitnetron Ramadhan, terakhir yang main Krisdayanti.
Semoga Ramadhan tahun ini lebih mengerti diriNya dan diri sendiri. Semoga menjadi lebih baik dan lebih sadar akan pentingnya beribadah. Maaf lahir bathin semua, selamat puasa, selamat mengumpulkan pahala, agar masuk surga, tapi jangan lupa beli baju raya.
Ramadhan, Yuk Kita Mulai !
Rencanaya saya akan tidur sebelum pukul 00.00. Tetapi sampai pukul 12.13 AM saya bahkan belum memejamkan mata. Sejak pukul 09.00 PM tadi saya hanya memainkan handphone, salah satu saya agar tak berpikir banyak.
Hari ini sebenarnya mood saya sedang tidak bagus. Bawaannya malas. Bosan.
Bahkan hari ini saya belajar dari pengalaman buruk saya. Saya belajar untuk bertanggung jawab diatas kaki sendiri, apa yang telah saya lakukan.
Memang sangat sulit bagi saya, bahkan saya harus membuang-buang bensin dijalan. Saya bahkan tak bisa berbicara apa-apa. Pelajaran hidup ini membuat saya begitu cemas dan takut. So far so bad, oh my god, i hope all is fine, help me.
Mungkin, dengan pengalaman buruk yang baru saja terjadi, saya belajar tentang tanggung jawab, ketelitian dan kedalaman serta tak lupa menjadi dewasa.
Sekarang saya tidak tahu apa yang harus saya tulis. Saya hanya ingin memeluk guling dengan khusyuk, bangun segar, sarapan sehat, kerjaan besok lancar.
Sekarang saya berpikir tentang orang-orang yang selalu berpikiran positif pada setiap hal, orang-orang yang bahagia dengan apa yang ia lakukan, orang-orang yang tenang dan selalu bersabar menghadapi apapun. Saya pastikan, saya belum masuk dari tiga kategori tersebut.
Jika saya bertemu dengan salah satu manusia dari kategori tersebut, saya selalu kagum. Mereka terlihat hidup tak ada beban, seperti selalu bersyukur.
Hari- hari mereka terlihat enteng setiap hari, tertawa, tersenyum, tak sedikitpun wajah keriting terlihat di rait wajah mereka.Mereka jarang mengeluh, seperti tak ada beban yang ada dipundaknya.
Saya selalu mendapatkan energi positif jika berbicara dengan orang-orang seperti ini, baik itu lansung atau sekedar melalui media sosial, saya merasa energi saya terisi kembali jika bercengkrama panjang dengan orang-orang ini.
Sepertinya saya harus lebih banyak berpikir positif, santai saja tapi tetap fokus. Bicarakan hal-hal yang baik dan selalu berprasangka baik. Karena ketika kita suudzon, bisa membuat penyakit hati.
![]() |
Team 7 !!! Fight And Win !!! |
![]() |
Demi Banner, sekali lagi Demi banner |
![]() |
![]() |
don't give up without a fight |
Udah malem.
Sekarang lagi lesu banget, susah tidur,soale gue udah seharian tidur mulu, badan gue kurang fit banget, udah sejak UAS sih, tapi mesti gimana, gue harus UAS. 2 hari kemaren udah puncaknya, udah lesu banget. Emang belakangan ini badan dan otak gue porsir.
Harusnya hal ini gak gue pikirin. Gue ngerasa diabaikan. Ada yang bilang gue ngejauh. Hahaha. Sekali ini gue seperti ini ada yang sadar bahwa gue berbeda. Sebenernya gue bukan berubah, gue hanya mencoba, seberapa besar ingatan seseorang terhadap gue. Ternyata seperti ini. Sedih? Kenapa harus sedih? Saat seperti ini gue tahu siapa yang bener bener ada buat gue. Enggak mungkin gue mesti mohon mohon seperti dulu lagi. Ya mungkin gue kurang asik sih ya. Ahhh, ngomongin ini mulu.
Januari ini menurut gue penuh duka, 6 januari ini 8 tahun mama gue pergi, 17 januari ini 8 tahun juga temen SMP gue Erik pergi, dan sabtu kemaren, temen SMP gue juga Kates pergi ke haribaan yang maha kuasa. Mungkin udah emang jalannya seperti itu. Sejatinya, manusia dilahirkan untuk mati, tapi sebelum waktu itu datang, kita harus nabung amal yang barokah dulu.
Aduh, kan gue ngeluh lagi, gue udah laluin sakit lebih berat dari ini, masak yang ini masih ngeluh, virus ini meluluhlantakkan badan gue, tapi harus tetap produktif buat ibadah, contohnya, tidur siang. Lalala yeyeye