Saturday, November 7, 2015

Seperti Sekolah Dulu

Kemarin adalah saat-saat aku ingin menyerah. Menyerah karena otak serasa semakin mengecil, perasaan semakin sempit, aku seperti susah bernapas. Apa yang dijalani  tidak gembira, tidak senang, tidak bahagia. Sehingga langkahku menjadi berat. Terasa seperti saat aku sekolah, ketika tidak memperoleh juara kelas, mamakku tak memperbolehkanku main ke rumah depan. Aku masih ingat, peristiwa itu terjadi di depan jendela rumah lamaku, saat itu aku memakai baju merah putih, menangis di kursi di depan jendela. Ah, kangen mamakku.

Sampai saat aku menulis ini pun, aku masih dalam posisi yang terombang-ambing mengambil keputusan. Apakah lanjut, tertahan, atau putus hubungan, kekecewaan dingin, dan kebisuan kaku dan menciutkan hati dan nyali.

Seperti diserang dementor lagi. Bahkan aku tak tahu kapan akan keluar dari situasi seperti ini. Terima kasih orang-orang yang selalu menyemangatiku, bahkan ketika aku berada di titik lemah. Mengutip kalimat Ariel " Kalian luar biasa,".

Semoga Tuhan selalu bersama saya di setiap langkah saya. Menuntun ke arah yang baik dan melancarkan semua.

Share:

0 comments:

Post a Comment