Thursday, January 24, 2019

Jangan Jadi Down Sama Hidup

Bulan pertama di tahun 2019 hampir selesai.
Bagaimana hidup?
Berjalan dengan seperti biasa.

Bagaimana harapan?
Tidak terlalu berekspekstasi tinggi, tapi tetap saja kecewa.

Mengapa?
Perasaan-perasaan mengganggu seperti merasa tidak dihargai, tidak ada apresiasi, tidak ada hal-hal baru, seperti berjalan di tempat, nothing special. membosankan.

Mark Manson dalam buku "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat" mengatakan secara pribadi kita bertanggung jawab atas segala hal dalam hidup kita. Kita bisa mengendalikan segala hal yang menimpa kita dengan cara kita merespon. 

Bagaimana cara merespon?
Ya dengan mengatakan kepada pikiran bodo amat atau I don't care about that. Tapi, tidak ada yang namanya tidak peduli, kita sebagai manusia pasti peduli terhadap sesuatu. 

Harus ada pelampiasan.

Yap. benar. Mencari pelampiasan terhadap sesuatu hal yang mengecewakan memang perlu. Namun, pelampiasan harus dilakukan dengan kegiatan-kegiatan positif. Ketika dipandang rendah, ya kamu harus menunjukkan yang terbaik dari diri kamu, buat mereka nanti menyesal dengan penilaian mereka selama ini. Mungkin terlihat kejam, tapi setidaknya kita bisa memotivasi diri kita sendiri dengan hal tersebut.

Mencoba hal-hal baru.
Dengan kondisi sekarang, saya menjadi punya waktu untuk mencoba hal-hal baru seperti menonton film dokumenter Brexit : The Uncivil War. Menonton TED X bagaimana mereka speech di depan umum. Bagaimana bisnis berjalan, bagaimana strategi untuk mengembangkan diri, membuat video  mengenai edukasi dan lainnya.  Intinya hal-hal baru tersebut menambah pengetahuan.



Saya gak mau membawa perasaan-perasaan yang menggangu ini dalam diri. Semacam penyakit yang kian menggerogoti diri. Tidak baik. Membuat diri jadi down tidak baik. Masih banyak hal-hal yang menyenangkan untuk dilakukan, masih banyak hal-hal baru yang dapat dipelajari. Jangan jadi katak di dalam tempurung. Jangan malas untuk belajar, jangan tunggu disuapi baru belajar. 

Kalau tidak ada diberikan kesempatan belajar bagaimana?
Halah, belajar bisa dari siapa saja dan darimana saja. Buat kesempatan sendiri. Ketuk sendiri. Tapi jika tetap tidak diberikan kesempatan? Sebagai orang dewasa, sudah harus tahu berbuat apa. 

Jangan lupa kalau...
Kesuksesan apa pu selalu dimulai dari titik awal. Titik nol. 
Setidak nyaman apa pun situasi kariermu sekarang, selalu ada jalan untuk mencari peluang yang lebih baik.
Yakin.
Semua ini pasti lebih baik dari pada diam di rumah dan mengganggur seharian.

Tetap Semangat.
Share:

Sunday, December 30, 2018

Ready for Run in 2019

Satu hari menuju 2019.
Setahun belakangan, terlalu complicated. Terlalu banyak stress, terlalu banyak mikir, terlalu pasrah.  Jalani saja.

Di tahun 2018 ini saya banyak belajar mengenai hidup dan jenis-jenis manusia yang kurang baik etikanya. Percuma pintar, cerdas, tapi etikanya di kehidupan sosial dan bermasyarakat kurang. Saya masih bermimpi dengan hidup sesuai struktural fungsional, berjalan dengan fungsi masing-masing. Atau mereka memang menjalankan fungsi sebagai manusia yang kurang beretika? Idk.

Tahun 2017 lalu, target di tahun 2018, saya bisa bahasa Inggris. Alhamdulillah, sekarang little bit lah. Tahun depan saya ingin menambah skor TOEFL dan berharap bisa mengikuti IELTS. Lalu ingin lebih mahir public speaking dan menjadi Humas yang cerdas. Sekarang saya mulai buat video untuk kaum millenial, mulai belajar bermanfaat untuk semua orang lewat karya dan memberikan apa yang saya bisa. Tidak lupa, saya belum menggenapi mimpi saya untuk melanjutkan pendidikan master. Mau ambil bisnis atau manajemen. Tahun lalu saya buka website LPDP, lalu mencatat kampus mana yang sesuai. Kalau ditanya mau kemana, jawaban awal saya ingin ke Inggris, kedua Singapore, ketiga SBM ITB. 

Tahun lalu saya dapat penawaran untuk beasiswa ke Rusia, belum full beasiswa tapi... ada beberapa hal yang membuat saya untuk memutuskan untuk tidak melanjutkan.

Selain itu, yang terpikirkan oleh saya saat ini adalah di tahun 2019 saya ingin menonton konser Harry Styles. wakakakakaka. Semoga tahun 2019 bisa nonton Harry Styles.

Kenapa?
Saya selalu mengikuti 1D sejak dulu. Ketika mereka bubar atau hiatus, saya gak sedih, band sebesar The Beatles aja bisa bubar dan sampai sekarang mereka masih punya pendengar setia. 
Ketika si Harry keluarin album, denger lagu-lagunya ternyata oke punya, genre rock n roll kerasa banget ya walaupun mirip salah satu band dunia juga saya lupa, tapi saya tetap mendengar karya Harry Styles. Wekawekaweka.

rantika.com
Harry Styles saat OTRA bersama 1D di Jakarta 2015 lalu

Well,

Mungkin badai kehidupan masih akan menyerang, kekecewaan datang. Namun, saya harus siap dengan semua itu dengan menyiapkan mental sekuat baja. 

Tapi...
Hidup itu sebenarnya tidak pernah hitam-putih, baik-buruk, rajin-malas, pintar-bodoh. Ini yang memenjara kewarasan kita. Kita terlalu meng-over simplify hidup menjadi label-label dan garis-garis yang tegas. Padahal hidup tak pernah sekaku dan membosankan itu, ia cair dan bergaris putus-putus. Kita bisa jadi apa saja. Tak harus hitam, tak harus putih, tak harus baik, tak harus buruk. Kita bisa jadi keduanya atau campurannya. Kita bisa baik dan jahat sekaligus. Sejak dulu begitu, kita aja yang sering lupa dengan kenyataan sederhana itu.

I will never look back now.
I'm ready to run.

Amiin.
Share:

Friday, December 21, 2018

Nge-vlog

Yes.
Belakangan sibuk dengan hal baru, yaitu nge-vlog. Bisa di subcribe di channel S Rezki Antika. Hehehe.

Nge-vlog.
Sebenarnya saya udah lama merekam video kemudian meng-upload ke channel youtube, sekitar tahun 2012, di channel Ree Bastian. Isinya keponakan saya yang menggemaskan. Tujuan upload video itu hanya untuk back up jika memory smarphone saya rusak. Tapi bener sih, pas dibuka, keponakan saya masih lucu dan saya suka maksa dia nyanyi dan joget. Hahahaha.

Beberapa tahun belakangan, internet makin menggerogoti manusia, jadi ramai netizen yang bikin vlog. Mungkin karena melihat visual lebih seru daripada tulisan kali ya. Bisa juga quota mereka terlalu banyak karena paket super deal Telkomsel yang menggiurkan jiwa dengan paket data yang murah sehingga banyak orang yang sulit menghabiskan quota internet.

Saya pun termasuk di dalamnya. Pengen coba hal baru. Biar gak bosan dalam melewati hidup yang penuh lika liku ini, penghibur diri, belajar ngomong. Ya, walaupun masih new bie dalam dunia vlog dan edit mengedit sih. Tapi kan tidak ada salahnya mencoba. Edit pake hp aja. Saya juga belajar ngedit-ngedit gak pake kursus, otodidak. Bisa belajar dari mana saja asalkan mau berusaha. Hehehe

Bikin vlog beda sama bikin blog. Kalau nge-blog ya natural aja, kayak bercerita, salah ketik tinggal hapus. Tapi, kalau bikin vlog itu harus detail. Harus mikirin kontennya apa, dimana, sama siapa, dan lain sebagainya. Salah dikit ulang. Masih mikirin kalimat apa yang akan kita ucapkan. Nah, di sini saya belajar, gimana ngomong dengan jelas dan terstruktur, jadi orang ngerti apa yang kita omongin.

Terus, EDITING.

Ini yang pusing dan kadang bisa bikin begadang. Harus detail banget. Mau potong videonya harus pada detik berapa, pemilihan backsound nya apa, scene yang mana harus di dahului yang mana dan sebagainya.

Tapi seru sih.

Yang pengen saya tunjukin dari vlog saya tentang edukasi, mengedukasi kaum millenial tentang banyak hal, fokusnya sih awalnya tentang seputaran kerjaan seseorang atau profesi. Misalnya gimana sih jadi auditor itu, gimana sih bangun personal branding itu. Karena millenial sekarang kalau kerja banyak gak betahnya, kalau kata baby boomers sih kutu loncat. Gitu-gitu deh.

https://youtu.be/pJHAJ2m5WrA

Segini dulu.

Saya mau cebok.
Share:

Thursday, October 25, 2018

P-A-M-E-R

Pamer.
P-A-M-E-R.
Satu kata yang sebagian orang mengartikan itu sifat negatif. Kadang kita pun kesal terhadap orang yang suka pamer. Misalnya membangga-banggakan diri. Kita sebagai manusia tentu saja sedikit kesal terhadap orang yang suka membanggakan diri.


'Dia pamer karena gak ada orang yang membanggakan diri dia, Jadi dia banggain dirinya sendiri'.

Belum lagi mereka yang suka pamer di sosial media. 
Lagi makan di tempat mahal dan fancy, update status di WA grup. Lagi mau nonton film di bioskop, foto tiket, upload di instastory. Lagi liburan di Suriname, langsung upload di semua akun sosial media.
Norak.

Namun, tidak semuanya begitu. Ada hal-hal terselubung dibalik postingan di lini masa yang terkesan pamer.

Here We Go :

1.Ingin Diakui
Itu tadi, karena gak ada yang banggain prestasinya dia, jadinya banggain diri sendiri. Ia hanya ingin menunjukkan prestasinya ke dunia. Saat ini menunjukkan prestasi di media sosial sangat penting untuk menunjukkan personal branding dan #duniaharustahu. Apalagi untuk kaum millenials. Mereka ingin diapresiasi, dihargai apa yang mereka lakukan atau kerjakan.

2.Sering Dipandang Sebelah Mata
Nah ini, karena mereka sering diremehkan, mereka akhirnya menunjukkan jati dirinya agar orang lain mengakui dirinya. Mereka ingin menunjukkan pencapaian mereka kepada orang lain. Ini lho gue. Gitu.

Maka dari itu, sebagai manusia, kita tidak boleh memandang rendah seseorang. Hargai seseorang apapun statusnya.

3. Untuk Memberikan Informasi
Kebanyak netizen yang berada di lini masa, posting tentang kegiatan charity mereka kerap dianggap pamer. Padahal, jika ditelisik lebih dalam, ternyata tidak juga. Bisa jadi mereka ingin mengajak khalayak netizen untuk ikut serta dalam kegiatan charity tersebut.

Dari semua ini, poin pentingnya dari pamer adalah niat, intensi, motivasi dan tujuannya. Sudut pandang kita berperan dalam penilaian untuk menentukan apakah sebuah perilaku yang dilakukan seseorang netizen termasuk pamer atau tidak.

Pamer kadang hampir disamakan dengan narsistik, jika tujuannya ingin dirinya terlihat hebat di mata orang lain. Pamer juga bisa muncul dari adanya rasa kurang percaya diri. Pamer digunakan untuk menutupi kelemahan diri.

Dunia maya saat ini mendorong orang untuk tampil sesuai apa yang mereka inginkan, tujuannya untuk eksistensi diri identitas dan membangun citra.

Pamer juga bisa berdampak positif yang dapat menginspirasi orang lain. Hal yang dipamerkan dianggap baik oleh orang lain dan mendorong mereka untuk melakukan yang sama atau lebih baik.

Be Positive J





Share:

Saturday, September 15, 2018

Ketika Kamu Merasa Menjadi Nothing

Oke.
Untuk kesekian kalinya, saya merasa menjadi nothing. Apa yang saya kerjakan tidak bernilai dan tidak dihargai. Ide saya seringkali tidak diterima. Bahkan ide dan pekerjaan saya sering diclaim oleh orang lain. Padahal saya bertanggung jawab dengan pekerjaan. Bukan karena itu permintaan bos atau ada bos, saya baru terlihat sibuk bekerja. Saya mengerjakan pekerjaan yang bahkan itu bukan di jobdesk. Pekerjaan orang yang dilimpahkan ke saya. 

Saya tidak mengerti tentang konsep 'mendelegasikan' pekerjaan dengan malas mengerjakan suatu pekerjaan kemudian pekerjaan itu dilimpahkan ke orang lain. Dan tidak jarang, orang yang melimpahkan pekerjaan mendapat apresiasi dan saya tidak.

Atau saya hanya orang bodoh, pesuruh bodoh yang mau mengerjakan pekerjaan itu yang dimulai dengan kata tolong.

Ah, itu mungkin perasaan saya saja.

Jadi, apa karena itu saya harus menyerah?  Tidak. Saya tidak ingin menyerah, saya tidak ingin menjadi orang yang lemah. Banyak orang diluar sana mungkin mengatakan apa yang saya jalani enak. Banyak orang di luar sana mungkin menginginkan pekerjaan saya. 

Saya harus bersyukur dengan apa yang telah saya dapatkan. Be grateful. Mungkin sekarang menjadi nothing. Bisa saja, nantinya tidak. Hidup berputar seperti roda.

Saya mulai berpikir pekerjaan yang saya lakukan, tidaklah sia-sia. Apa yang saya kerjakan, mungkin tidak ada nilainya di mata orang lain, tapi saya pasti belajar hal yang baru tanpa disadari. 

Perasaan-perasaan negatif ini jangan membuat saya menyerah begitu saja. Jujur, saya ingin menyerah. Tapi, saya berpikir lagi, jika saya menyerah, apa yang saya lakukan sebelumnya menjadi sia-sia.

For myself,  dont give up. Menjadi something memang harus ditempa tanpa jeda. Harus sabar tiada akhir. Hilangkan perasaan dan pikiran negatif. Terus belajar banyak hal. Terus melatih percaya diri. Do the best!!! Mengutip lirik lagu Tulus, yang terburuk kelak bisa jadi yang terbaik. 

*Awalnya ingin menulis apa yang membuat saya merasa menjadi nothing. Tapi lama-kelamaan menjadi tulisan seperti ini. Memang menulis salah satu bentuk terapi keluar dari perasaan negatif. 

Share:

Sunday, August 19, 2018

Meracau Dini Hari

Belakangan saya sulit tidur. Badan sudah capek tapi belum juga tidur. Seperti sekarang. Banyak sekali kata-kata yang sering bertabrakan di kepala. Membikin pusing. Saya selalu bilang ke orang lain kalau overthinking itu membunuh kita. Mulut memang lebih cepat.

Not easy,  to be human is less grateful, sometimes happy, sometimes i am sad and depressed. God help me, please.

Terlalu banyak kecemasan dan kepanikan belakangan. Terkadang itu tak bisa saya handle. Kadang saya biarkan itu berlalu begitu saja. Dalam hati selalu bilang "toh nanti juga berlalu". Apa sih yang sudah saya buat?

Ini yang tidak habis-habisnya. Saya tidak puas dengan apa yang saya kerjakan. Ingin menambah ini, itu. Mengapa bukan begini saja. Penting gak sih begini?. Kok cuma ini sih yang bisa dikerjain?

Kalimat ini yang selalu jadi penguat saya "Saya bukan anak siapa-siapa, saya tidak punya power, tidak ada orang kuat dibelakang saya, jadi saya harus bekerja keras". Kalau dipikir-pikir Hidup memang gak adil, siapa bilang adil?.

Charles Bukowski saja tidak terlalu banyak berusaha tapi bisa bikin buku bagus. Ini hanya contoh.
00.42.

Mencoba untuk tidur.
Share:

Sunday, August 5, 2018

Be Grateful

Harus bersyukur.
Itu yang selalu saya katakan dalam hati ketika saya sedang dalam kondisi yang tidak baik dan ingin mengeluh, terutama dalam pekerjaan"kenapa harus saya?' kok harus begini? coba saja begini" dan bla..bla.. blaa.

Harus bersyukur.
Jika suatu tugas yang bukan jobdesk kita diberikan. Anggap saja belajar hal baru. 
Harus bersyukur.
Ketika ada orang-orang yang memberi tahu sesuatu yang salah dan setengah-setengah. Berarti saya diberikan kesempatan untuk belajar hal yang benar. Saya tahu prosesnya.

Tapi, ada suatu waktu saya membaca sebuah tulisan yang kira-kira isinya begini
"Menyelesaikan pekerjaan yang bukan jobdesc mu, bukannya kamu terlihat bagus, kamu hanya nampak seperti pesuruh tak lebih dari sekedar bawahan yang tidak punya nilai,"

Kemudian saya berpikir. Ah, itu hanya sebuah kalimat yang membuat saya berpikir negatif. Apalagi, saya berusaha ingin menjauh dari keadaan negatif beserta orang-orang negatif dari hidup. Agar saya bisa tenang, tidak stress.

Sorry menyampah di blog.
Share: