Thursday, March 3, 2022

Mengambil Makna Hidup dari Lagu Diri - Tulus

Hari ini kau berdamai dengan dirimu sendiri

Kau maafkan semua salahmu ampuni dirimu

Hari ini ajaklah lagi dirimu bicara mesra

Berjujurlah pada dirimu kau bisa percaya

Maafkan semua yang lalu

Ampuni hati kecilmu

Luka-luka hilanglah luka

Biar tentram yang berkuasa

Kau terlalu berharga untuk luka

Katakan pada dirimu

Semua baik-baik saja

Bisikanlah

Terima kasih pada diri sendiri

Hebat dia terus menjagamu dan sayangimu

Suarakan bilangg padanyajangan paksakan apapun

Suarakan ingatkan terus aku makna cukup

Luka-luka hilanglah luka

Biar senyum jadi senjata

Kau terlalu berharga untuk luka

Katakan pada dirimu

Semua baik-baik saja

Bila lelah menepilah

Atur napasmu

Lirik diatas adalah lirik dari Lagu Diri dari Tulus.

Saya hari ini baru saja mendengarkan lagu Diri dari Tulus dari album Manusia ketika saya bekerja di Nyepi ini, Memang benar-benar Nyepi di kamar sendirian.

Ketika mendengarkan lagu ini, sebentar saya terhentak, maknanya dalam sekali. Sebagai manusia, kita sering bermurah hati untuk memaafkan orang lain, namun terkadang kita keras pada diri sendiri. Memaafkan berarti sudah ikhlas dan berdamai terhadap sesuatu.

Biasanya kita sering merasa tidak adil, merasa tersakiti atau pun terluka. Hati sangat sakit setiap kali mengingatnya.

Salah satunya obat adaah berdamai. Berdamai dengan diri sendiri. Lepaskan semua beban, tidak perlu menyalahkan diri atas apa yang terjadi. Semua itu terjadi karena memang harus terjadi. Kita hanya perlu mengambil pelajaran dari masalah itu, tidak perlu mengambil bebannya.

Dunia memang sekeras itu, tapi kita harus lebih tangguh. Kita berani menghadapi dunia karena berdamai dengan diri sendiri.

Tim Tulus memang sangat pintar dalam membaca pasar. Tren mental health yang kerap dibicarakan oleh orang banyak, ditangkap oleh Tim Tulus untuk mengeluarkan album manusia. 

Tapi dari semua itu, lewat lagu ini kita seperti diajak untuk memaafkan diri kita sendiri, memaafkan diri agar luka dalam diri kita hilang dan mengajak kita untuk terus bersyukur dalam hidup.

Merenungi hidup 


Share:

Thursday, February 17, 2022

Feel Normal in Bali

 Halo-halo.

It's Me. Back to my lovely blog although some people not using blogs this time, I still create some stories in here.

Okay,

I just go back from my long-long annual leave, 18 days!.

Hahahahaha

After 1 year, there is nothing like staying at home for real comfort. Nothing is better than going home to family and eating good food and relaxing. 

And I went to Bali for a week. But, I really don't' excited. I felt just normal. I saw the surrounding environment and try to enjoy the views of mountains, lakes, temples, and rice fields.

This holiday is a kind of distraction to get rid of the tired mind.

hhmmm.

It's time to sleep and tomorrow will be good for me. Amiin



Share:

Thursday, January 6, 2022

Tuesday, October 26, 2021

Mindset of Being A Writer From Raditya Dika

Kemarin saya mendengarkan podcast Raditya Dika tentang menjadi seorang penulis. Raditya Dika adalah salah satu idola saya dalam hal menulis. Ketika saya masih SMP, saya SD, saya membaca blognya http://kambingjantan.com dan ketika saya SMA, saya menonton filmnya Kambing Jantan. Sebagai introverted introvert ketika itu, saya memang lebih suka menyampaikan sesuatu hal melalui tulisan atau chatting. Saya pun membuat blog di tahun 2009 dan sampai sekarang masih suka menulis. Mungkin bisa dibilang, karena menulis saya bisa bekerja di perusahaan sekarang, walaupun saya tidak pernah sekolah komunikasi atau pun kursus menulis.

Okay, we are back to his podcast. Menurut Raditya Dika, menulis itu adalah bahan baku dari banyak sekali hal yang bisa kita lakukan. Jika kita ingin menjadi Youtuber, akan lebih  mudah ide-ide konten tersebut ditulis. Dalam film pun, skenario juga harus ditulis. Jadi bisa dibilang menulis itu adalah fondasi utama dari karya kreatif.

Menulis itu bukan untuk kita keliatan keren.

Menulis itu bukan untuk kita kaya.

Menulis itu bukan untuk kita terkenal.

Celakanya, semakin kita berharap soal uangnya, maka semakin kita jauh dari uang. Kita akan menbak-nebak bagaimana menjadi laku, bagaimana cara bikinnya menjadi laku. Menebak-nebak selera pasar itu berbahaya. Ia menyarankan agar seseorang yang ingin menjadi penulis untuk menghindari pretensi itu, ingin kaya dan ingin terkenal.

Menulislah karena kamu punya kegelisahan yang ingin kamu sampaikan. Pada dasarnya, menulis itu adalah salah satu cara kita mengungkapkan sesuatu di hati kita yang ingin orang lain dengarkan. Misalnya, tulislah sebuah argument, orang lain sering melewatkan itu. 

Kenapa penting sekali untuk membuat argument? Karena dengan adanya argument, kita peduli dengan naskahnya. Karena juga tak sabar melihat orang lain memahami argumentasi kita.

Berbicara soal mood. Banyak yang mengatakan bahwa menulis mengikuti mood. Itu salah. Mood itu harus dijemput. Ide itu juga bukan untuk kita menanti kapan wangsit tiba, tapi sama dengan mood, ide itu juga harus dijemput.

Caranya dengann memikirkan tentang kejujuran yang pengen disampaikan dalam sebuah argument. Bagaimana mengembangkannya, bagaimana membuatnya menjadi menarik. Jadi, jangan menunggu mood. 

Kesimpulannya:

1. Menulis itu bukan buat kaya dan terkenal, tapi menyampaikan argumentasi untuk orang lain tahu

2. Jangan menunggu mood dan ide, karena semua itu harus dicari dan dijemput

3. Harus banyak baca dan mengkonsumsi cerita di sekitar, tapi dengan pendekatan intelektual. Tapi harus dibedah alur ceritanya. Kenapa gue mau tonton filmnya, apa argumennya, kenapa karakternya menarik, kenapa mau menonton sampai habis. Karena cara terbaik belajar menulis adalah dengan mempelajari tulisan orang lain seperti buku dan film. 

So, ada banyak cara dan jalan untuk kita belajar selama kita mau. 

Share:

Monday, May 10, 2021

Kenapa Kita Harus Jadi Social Media Ambassador di Perusahaan?

Dua tahun belakang, saya mendapatkan tantangan baru bergabung dengan tim Digital Media APRIL, tempat saya bekerja. Namun, pekerjaan sebelumnya sebagai External Communication tetap saya jalankan secara bersamaan.

Bergabung di tim digital media merupakan hal yang menarik untuk di kulik. Saya yang dulu tergabung dalam Social Media Ambassador sekarang menjadi bagian dari tim yang mengelola social media perusahaan. Kok ya perlu perusahaan menggunakan karyawan sebagai Ambassador? Kan bisa membayar para influencer untuk mengkampanyekan perusahaan? Kok karyawan mau sih jadi Ambassador?

Awalnya saya bahkan tidak mengetahui untuk apa sih tugas sebagai Ambassador perusahaan. Posting di social media mengenai perusahaan di akun pribadi apa tidak kehilangan followers? Mengkampanyekan program perusahaan di akun pribadi karyawan apakah mereka efektif untuk membantu branding perusahaan?

Dari yang saya lihat, ternyata menjadikan karyawan sebagai Ambassador perusahaan tidaklah sulit. Saat ini orang-orang menggunakan smartphone, hampir sebagian dari kita menggunakan social media. Social media adalah bagian yang tak terpisahkan oleh kehidupan kita saat ini. Sebut saja Facebook, Twitter, Instagram, TikTok bisa dibilang banyak digunakan masyarakat. Orang-orang akan tertarik dengan apa yang orang lain posting, kehidupan pribadi, pencapaian, dan hal-hal yang menyedihan.

Nah balik lagi mengapa perusahaan memilih karyawan sebagai Social Media Ambassador mereka?  

Selain menaikkan personal branding mereka, para netizen yang budiman ternyata trust people more than they trust companies. It’s that simple. Karyawan menjadi media paling efektif sebagai channel komunikasi perusahaan kepada pihak eksternal. Juga, karyawan akan dengan ikhlas untuk mengkampanyekan pesan-pesan, nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan, karena mereka adalah bagian dari penting dari perusahaan. Selama 8 jam lebih, mereka menghabiskan waktu untuk belajar, berkarir dan mencari nafkah di perusahaan tersebut.

Social Media Ambassador APRIL bersama Iman Usman

Karyawan juga dapat meningkatkan company branding perusahaan dengan membantu meng-amplify postingan terkait perusahaan di akun pribadi mereka sehingga membuat relasi antara perusahaan, karyawan dan orang eksternal yang melihat.

Dengan karyawan menjadi Social Media Ambassador, reputasi perusahaan dapat menjadi lebih baik di mata para masyarakat. Masyarakat juga mengetahui apa saja promo, program dan kehidupan di perusahaan tersebut. Dan itu mereka berikan secara sukarela tanpa ragu-ragu.

Ternyata, saya gak kehilangan followers, tapi malah bertambah !

Yuk jadi Social Media Ambassador perusahaan.

 

Share:

Tuesday, April 20, 2021

Jadi Orang Baik

Kita adalah orang baik.

Sebuah paradox.

Terkadang, orang yang merasa baik adalah orang yang paling sering menyakiti orang lain. Tapi orang yang nyadar, dia bisa berlaku jahat ke orang lain, dia akan berbuat baik kepada orang.

Kalimat yang menyatakan bahwa kita harus berbuat baik kepada orang, karena nantinya orang tersebut akan membalas berbuat baik kepada kita. Terdengar semacam take and give.

Kalau di pikir-pikir, sebagai manusia, harusnya kita berbuat baik kepada orang bukan karena ingin diperlakukan baik, tetapi kita melakukan perbuatan baik itu karena itulah yang benar.

Tapi...

Kita tetap saja sebagai manusia ada aja yang gak sukanya sama orang. Kadang mereka membuat kita sedih, kadang mereka membuat kita kecewa, kadang mereka membuat kita marah.

Kalau dipikir-pikir ya, itu adalah yang diluar ekspektasi kita. Kita terlalu berharap orang lain itu berperilaku sesuai dengan yang kita harapkan. Tentu gak bisa dong.



Share:

Saturday, April 3, 2021

Self-Healing dan Kurangi Perasaan Negatif

Sedikit ringan.

Itulah yang saya rasakan beberapa waktu belakangan. Semenjak saya memilih jeda dari rutinitas kerja yang setahun tiada henti, saya akhirnya pulang ke rumah sejenak. Saat itu saya benar-benar dalam keadaan demotivasi dan tidak ada keinginan melakukan apa pun selain kerja, nonton film, tidur atau makan. Rasanya seperti sakit hati, marah, kecewa, sedih. Mungkin kebiasaan ini dianggap malas, tetapi pada saat itu saya benar-benar kehilangan daya dan energi untuk melakukan sesuatu. Andai saja energi itu bisa di refill seperti teh ocha di Sushi Tei, mungkin saya bisa setiap hari me-refill nya, tapi sayangnya tidak.

Waktu itu saya hanya berkata dalam hati "Time will heal". Tapi faktanya adalah waktu gak bisa menyembuhkan. 

Pada saat melarikan diri itu, saya benar-benar berpikir, kok bisa? Kenapa hal ini tidak bisa pindah dari diri saya? Kenapa saya tidak bisa pindah? Lalu banyak pertanyaan muncul dalam kepala yang bikin pusing mencari jawabannya, sampai ngerasa kok hidup begini sih? Apa yang salah sih? Saya sadar saat itu saya benar-benar dalam kondisi tidak baik-baik saja.

Seorang berkata :

"Mungkin harus maafin orang-orang yang berada di masa lalu, supaya hidup ke depan terasa ringan, Atau memaafkan diri sendiri dan jangan terlalu keras dengan diri sendiri,"

Kalimat itu sontak membuat saya berpikir. Apa benar saya belum memaafkan orang-orang yang pernah menyinggung saya? Bahkan saya benar-benar tidak sadar itu terjadi.

Sambil memandang ke luar jendela, saya begitu banyak berpikir tentang apa yang saya rasakan. Flashback terhadap hal-hal yang membuat saya sedih. Ternyata, selama ini saya membuang energi terhadap orang-orang yang dulu pernah mungkin secara tidak sengaja menyakiti, entah saya yang terlalu take something personally. Saya sadar kalau hal itu yang membuat saya stress, mungkin aja pikiran seperti itu membuat kolesterol saya naik terus. Haahaha

Mikir keras sampai sembelit

Singkat cerita kemudian saya memilih untuk mengikuti meditasi, melatih pernapasan, menulis apa yang saya rasakan, ya semacam self healing gitu. Saya melakukan meditasi setiap hari, bangun tidur dan sebelum tidur. Kadang-kadang suka skip juga sih. 

Dari sana, dampak lainnya, saya pun ingin menghilangkan perasaan-perasaan negatif dalam diri saya. Mulai dari belajar melihat sisi yang positif dari berbagai hal, lebih banyak bersyukur sama yang udah dipunya dan mulai berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Mengurangi mengeluh terhadap sesuatu, kalau pun secara tidak sengaja keluar dari mulut saya, saya langsung mencoba"Udah-udah gak usah, stop, stop,". Saya cuma mau kurang-kurangin mengeluh.

Dari sana, perlahan saya mulai paham bahaya mengeluh. Apalagi ngeluh ke orang lain. Karena bisa aja mereka yang tadinya bersemangat, bisa banget ter-influence untuk jadi malas. Saya sadar betapa bahayanya orang-orang yang mentalnya ngeluh mulu.

Sekarang?

Sampai sekarang saya mencobanya, walaupun masih belum sepenuhnya. Tapi saya mulai membuka blog dan menulis tulisan yang rada serius. Dibalik semua itu, saya mulai paham, bukan waktu yang menjadi obat bagi luka kita, tetapi kemampuan diri kita untuk menyembuhkanlah yang menjadi obat yang paling penting dalam menyembuhkan kesakitan kita.

Yuk bisa yuk

Share: