Thursday, January 6, 2022
Tuesday, October 26, 2021
Mindset of Being A Writer From Raditya Dika
Kemarin saya mendengarkan podcast Raditya Dika tentang menjadi seorang penulis. Raditya Dika adalah salah satu idola saya dalam hal menulis. Ketika saya masih SMP, saya SD, saya membaca blognya http://kambingjantan.com dan ketika saya SMA, saya menonton filmnya Kambing Jantan. Sebagai introverted introvert ketika itu, saya memang lebih suka menyampaikan sesuatu hal melalui tulisan atau chatting. Saya pun membuat blog di tahun 2009 dan sampai sekarang masih suka menulis. Mungkin bisa dibilang, karena menulis saya bisa bekerja di perusahaan sekarang, walaupun saya tidak pernah sekolah komunikasi atau pun kursus menulis.
Okay, we are back to his podcast. Menurut Raditya Dika, menulis itu adalah bahan baku dari banyak sekali hal yang bisa kita lakukan. Jika kita ingin menjadi Youtuber, akan lebih mudah ide-ide konten tersebut ditulis. Dalam film pun, skenario juga harus ditulis. Jadi bisa dibilang menulis itu adalah fondasi utama dari karya kreatif.
Menulis itu bukan untuk kita keliatan keren.
Menulis itu bukan untuk kita kaya.
Menulis itu bukan untuk kita terkenal.
Celakanya, semakin kita berharap soal uangnya, maka semakin kita jauh dari uang. Kita akan menbak-nebak bagaimana menjadi laku, bagaimana cara bikinnya menjadi laku. Menebak-nebak selera pasar itu berbahaya. Ia menyarankan agar seseorang yang ingin menjadi penulis untuk menghindari pretensi itu, ingin kaya dan ingin terkenal.
Menulislah karena kamu punya kegelisahan yang ingin kamu sampaikan. Pada dasarnya, menulis itu adalah salah satu cara kita mengungkapkan sesuatu di hati kita yang ingin orang lain dengarkan. Misalnya, tulislah sebuah argument, orang lain sering melewatkan itu.
Kenapa penting sekali untuk membuat argument? Karena dengan adanya argument, kita peduli dengan naskahnya. Karena juga tak sabar melihat orang lain memahami argumentasi kita.
Berbicara soal mood. Banyak yang mengatakan bahwa menulis mengikuti mood. Itu salah. Mood itu harus dijemput. Ide itu juga bukan untuk kita menanti kapan wangsit tiba, tapi sama dengan mood, ide itu juga harus dijemput.
Caranya dengann memikirkan tentang kejujuran yang pengen disampaikan dalam sebuah argument. Bagaimana mengembangkannya, bagaimana membuatnya menjadi menarik. Jadi, jangan menunggu mood.
Kesimpulannya:
1. Menulis itu bukan buat kaya dan terkenal, tapi menyampaikan argumentasi untuk orang lain tahu
2. Jangan menunggu mood dan ide, karena semua itu harus dicari dan dijemput
3. Harus banyak baca dan mengkonsumsi cerita di sekitar, tapi dengan pendekatan intelektual. Tapi harus dibedah alur ceritanya. Kenapa gue mau tonton filmnya, apa argumennya, kenapa karakternya menarik, kenapa mau menonton sampai habis. Karena cara terbaik belajar menulis adalah dengan mempelajari tulisan orang lain seperti buku dan film.
So, ada banyak cara dan jalan untuk kita belajar selama kita mau.
Monday, May 10, 2021
Kenapa Kita Harus Jadi Social Media Ambassador di Perusahaan?
Dua tahun belakang, saya mendapatkan tantangan baru bergabung dengan tim Digital Media APRIL, tempat saya bekerja. Namun, pekerjaan sebelumnya sebagai External Communication tetap saya jalankan secara bersamaan.
Bergabung di tim digital media
merupakan hal yang menarik untuk di kulik. Saya yang dulu tergabung dalam Social
Media Ambassador sekarang menjadi bagian dari tim yang mengelola social
media perusahaan. Kok ya perlu perusahaan menggunakan karyawan sebagai Ambassador?
Kan bisa membayar para influencer untuk mengkampanyekan perusahaan? Kok
karyawan mau sih jadi Ambassador?
Awalnya saya bahkan tidak
mengetahui untuk apa sih tugas sebagai Ambassador perusahaan. Posting di
social media mengenai perusahaan di akun pribadi apa tidak kehilangan followers?
Mengkampanyekan program perusahaan di akun pribadi karyawan apakah mereka efektif
untuk membantu branding perusahaan?
Dari yang saya lihat, ternyata
menjadikan karyawan sebagai Ambassador perusahaan tidaklah sulit. Saat
ini orang-orang menggunakan smartphone, hampir sebagian dari kita
menggunakan social media. Social media adalah bagian yang tak
terpisahkan oleh kehidupan kita saat ini. Sebut saja Facebook, Twitter,
Instagram, TikTok bisa dibilang banyak digunakan masyarakat. Orang-orang
akan tertarik dengan apa yang orang lain posting, kehidupan pribadi,
pencapaian, dan hal-hal yang menyedihan.
Nah balik lagi mengapa perusahaan
memilih karyawan sebagai Social Media Ambassador mereka?
Selain menaikkan personal
branding mereka, para netizen yang budiman ternyata trust people more
than they trust companies. It’s that simple. Karyawan menjadi media
paling efektif sebagai channel komunikasi perusahaan kepada pihak eksternal. Juga,
karyawan akan dengan ikhlas untuk mengkampanyekan pesan-pesan, nilai-nilai yang
dianut oleh perusahaan, karena mereka adalah bagian dari penting dari
perusahaan. Selama 8 jam lebih, mereka menghabiskan waktu untuk belajar,
berkarir dan mencari nafkah di perusahaan tersebut.
Social Media Ambassador APRIL bersama Iman Usman |
Karyawan juga dapat
meningkatkan company branding perusahaan dengan membantu meng-amplify
postingan terkait perusahaan di akun pribadi mereka sehingga membuat relasi
antara perusahaan, karyawan dan orang eksternal yang melihat.
Dengan karyawan menjadi Social
Media Ambassador, reputasi perusahaan dapat menjadi lebih baik di mata para
masyarakat. Masyarakat juga mengetahui apa saja promo, program dan kehidupan di
perusahaan tersebut. Dan itu mereka berikan secara sukarela tanpa ragu-ragu.
Ternyata, saya gak kehilangan followers, tapi malah bertambah !
Yuk jadi Social Media
Ambassador perusahaan.
Tuesday, April 20, 2021
Jadi Orang Baik
Kita adalah orang baik.
Sebuah paradox.
Terkadang, orang yang merasa baik adalah orang yang paling sering menyakiti orang lain. Tapi orang yang nyadar, dia bisa berlaku jahat ke orang lain, dia akan berbuat baik kepada orang.
Kalimat yang menyatakan bahwa kita harus berbuat baik kepada orang, karena nantinya orang tersebut akan membalas berbuat baik kepada kita. Terdengar semacam take and give.
Kalau di pikir-pikir, sebagai manusia, harusnya kita berbuat baik kepada orang bukan karena ingin diperlakukan baik, tetapi kita melakukan perbuatan baik itu karena itulah yang benar.
Tapi...
Kita tetap saja sebagai manusia ada aja yang gak sukanya sama orang. Kadang mereka membuat kita sedih, kadang mereka membuat kita kecewa, kadang mereka membuat kita marah.
Kalau dipikir-pikir ya, itu adalah yang diluar ekspektasi kita. Kita terlalu berharap orang lain itu berperilaku sesuai dengan yang kita harapkan. Tentu gak bisa dong.
Saturday, April 3, 2021
Self-Healing dan Kurangi Perasaan Negatif
Sedikit ringan.
Itulah yang saya rasakan beberapa waktu belakangan. Semenjak saya memilih jeda dari rutinitas kerja yang setahun tiada henti, saya akhirnya pulang ke rumah sejenak. Saat itu saya benar-benar dalam keadaan demotivasi dan tidak ada keinginan melakukan apa pun selain kerja, nonton film, tidur atau makan. Rasanya seperti sakit hati, marah, kecewa, sedih. Mungkin kebiasaan ini dianggap malas, tetapi pada saat itu saya benar-benar kehilangan daya dan energi untuk melakukan sesuatu. Andai saja energi itu bisa di refill seperti teh ocha di Sushi Tei, mungkin saya bisa setiap hari me-refill nya, tapi sayangnya tidak.
Waktu itu saya hanya berkata dalam hati "Time will heal". Tapi faktanya adalah waktu gak bisa menyembuhkan.
Pada saat melarikan diri itu, saya benar-benar berpikir, kok bisa? Kenapa hal ini tidak bisa pindah dari diri saya? Kenapa saya tidak bisa pindah? Lalu banyak pertanyaan muncul dalam kepala yang bikin pusing mencari jawabannya, sampai ngerasa kok hidup begini sih? Apa yang salah sih? Saya sadar saat itu saya benar-benar dalam kondisi tidak baik-baik saja.
Seorang berkata :
"Mungkin harus maafin orang-orang yang berada di masa lalu, supaya hidup ke depan terasa ringan, Atau memaafkan diri sendiri dan jangan terlalu keras dengan diri sendiri,"
Kalimat itu sontak membuat saya berpikir. Apa benar saya belum memaafkan orang-orang yang pernah menyinggung saya? Bahkan saya benar-benar tidak sadar itu terjadi.
Sambil memandang ke luar jendela, saya begitu banyak berpikir tentang apa yang saya rasakan. Flashback terhadap hal-hal yang membuat saya sedih. Ternyata, selama ini saya membuang energi terhadap orang-orang yang dulu pernah mungkin secara tidak sengaja menyakiti, entah saya yang terlalu take something personally. Saya sadar kalau hal itu yang membuat saya stress, mungkin aja pikiran seperti itu membuat kolesterol saya naik terus. Haahaha
Mikir keras sampai sembelit |
Singkat cerita kemudian saya memilih untuk mengikuti meditasi, melatih pernapasan, menulis apa yang saya rasakan, ya semacam self healing gitu. Saya melakukan meditasi setiap hari, bangun tidur dan sebelum tidur. Kadang-kadang suka skip juga sih.
Dari sana, dampak lainnya, saya pun ingin menghilangkan perasaan-perasaan negatif dalam diri saya. Mulai dari belajar melihat sisi yang positif dari berbagai hal, lebih banyak bersyukur sama yang udah dipunya dan mulai berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Mengurangi mengeluh terhadap sesuatu, kalau pun secara tidak sengaja keluar dari mulut saya, saya langsung mencoba"Udah-udah gak usah, stop, stop,". Saya cuma mau kurang-kurangin mengeluh.
Dari sana, perlahan saya mulai paham bahaya mengeluh. Apalagi ngeluh ke orang lain. Karena bisa aja mereka yang tadinya bersemangat, bisa banget ter-influence untuk jadi malas. Saya sadar betapa bahayanya orang-orang yang mentalnya ngeluh mulu.
Sekarang?
Sampai sekarang saya mencobanya, walaupun masih belum sepenuhnya. Tapi saya mulai membuka blog dan menulis tulisan yang rada serius. Dibalik semua itu, saya mulai paham, bukan waktu yang menjadi obat bagi luka kita, tetapi kemampuan diri kita untuk menyembuhkanlah yang menjadi obat yang paling penting dalam menyembuhkan kesakitan kita.
Yuk bisa yuk
Monday, December 28, 2020
Kecemasan Finansial
Kita membebani diri kita sendiri sehingga tak bisa bergerak. Jangan salah, bergerak adalah hidup
Kalimat yang diucapkan Ryan Bingham tersebut langsung membuat saya berpikir bahwa saat ini saya hanya stuck di sini, tidak kemana-mana. Saya harus bergerak, bergerak untuk maju, memperbaiki beberapa hal untuk mencapai tujuan. Bergerak dan terus bergerak. Bergerak dan berpindah. Jangan kebanyakan berpikir, just do it. Rezeki gak kemana. Semoga segera dipertemukan dengan hal-hal yang baik.
Harus dimulai dengan menyusun jadwal. Just Do It, jangan terlalu banyak berpikir.
Harus punya semangat yang sama seperti di kala sekolah dulu.
Awal-awal COVID-19 benar-benar banyak kursus yang saya ambil, mulai dari Communications Strategies, Management Conflict, Kursus bahasa Inggris sampe The Fundamentals of Digital Marketing Google yang ada ujiannya.
Please don't overthinking
Let's start !!!