Showing posts with label Sudut Pandang. Show all posts
Showing posts with label Sudut Pandang. Show all posts

Wednesday, April 9, 2014

Terlalu Banyak Menerima Pertolongan Orang

Kadang orang bisa semena-mena terhadap orang yang mereka tolong.

Kalimat diatas, banyak terjadi di kehidupan kita, termasuk di lingkungan saya. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, mahkluk yang tidak dapat hidup sendirian, butuh bantuan orang lain. Dan di kehidupan, kita tidak selalu dalam keadaan baik atau dalam posisi yang baik, kita bisa dalam posisi buruk. Untuk itu kita harus berjiwa sosial, membantu sesama.

Ketika seseorang dalam keadaan buruk dan butuh bantuan, sekiranya kita yang merasa memiliki keadaan baik bisa menolong orang yang sedang dalam keadaan buruk tersebut, baiknya tanpa pamrih, jika perlu. Manakala di lain hari, kita dalam keadaan buruk, kita bisa ditolong orang yang kita tolong tadi. Hidup akan terlihat indah jika seperti itu.

Kadang ada si penolong yang merasa dia sudah menjadi penolong seseorang, lalu bisa seenaknya terhadap orang yang ditolongnya. Jika si penerima pertolongan membela diri atau menolak, mereka akan mengeluarkan kalimat “Dasar orang yang tidak tahu diuntung, sudah ditolong tidak berterima kasih” gitu barang kali ya... seperti mereka tidak pamrih untuk menolong, padahal mereka tidak tahu apakah mereka sanggup atau tidak, mereka mampu atau tidak, sama saja ya kata-katanya, hehehe. Jika si penolong ini mempunyai hati yang baik dan merasa pamrih untuk menolong seseorang, mereka tidak akan mengeluarkan kalimat tersebut.

Seseorang bisa menjadi sesukanya karena dia merasa menjadi pahlawan dalam kehidupan seseorang. Terlalu banyak menerima pertolongan orang, seseorang menjadi lemah, tidak bisa bersuara, membela, bahkan menolak.....bagi sebagian orang.
Share:

Wednesday, December 4, 2013

Catatan Ketidakpedulian

Sudah hampir 7 bulan saya menjadi mahasiswa yang sedikit apatis pada kampus saya sendiri. Saya tidak mengetahui apa itu UKT, apalagi UKT FISIP berapa, siapa ketua BLM kampus dan sebagainya. Terakhir saya masih (sedikit) aktif dalam kegiatan organisasi di kampus di lembaga Eksekutif mahasiswa kampus saya, FISIP. Pada periode itu saya ditempatkan di posisi Dinas Informasi dan Komunikasi bersama 4 rekan saya yang merupakan sudah lama akrab karena satu jurusan dan tetangga biro jurusan saya (halah). Banyak sesuatu yang membuat tidak nyaman. Yang tidak diberitahu tiba-tiba sesuatu itu muncul begitu saja. Lalu busuk-busuknya orang-orang yang hanya mementingkan kepentingan pribadinya dengan memanfaatkan organisasi kemahasiswaan, demi sebuah kepentingan, demi sebuah nama pribadi. Mementingkan kelompok-kelompok kecil mereka daripada sebuah organisasi yang mereka jalankan. Memanfaatkan sebuah moment untuk kepentingan dirinya sendiri. Mungkin kami tidak sebagus kinerja kalian, tapi kami tidak ada kepentingan apa-apa di sana dan mengabdi dengan ikhlas demi sebuah kemajuan.

Lalu, Fungsi dari badan legislatif kemahasiswaan, saya merasa pekerjaan badan eksekutif telah diambil alih oleh organisasi tersebut yang seharusnya menjadi lembaga yang mengawasi, bukan menjalankan, biarlah badan eksekutif yang menjalankan, jika mau ikut serta legislatif bisa membantu badan eksekutif. Tetapi faktanya tidak, badan legislatif menunjukkan taringnya, Membuat sebuah kegiatan yang saya rasa tugas sebuah lembaga eksekutif kampus, bukan legislatif. Ini mengakibatkan citra eksekutif buruk, tidak bekerja. Tidak percayakah Anda-anda kepada badan eksekutif mahasiswa itu yang sebenarnya tugas eksekutif? Saya tidak tahu. Apa itu menunjukkan bahwa Anda-anda juga bisa seperti badan eksekutif, mungkin bisa lebih, lalu timbul pertanyaan, kenapa dulu tidak bergabung dalam badan eksekutif? Karena pemimpinnya tidak dari yang kalian-kalian dukung? Atau ajang balas dendam karena tidak lolos verifikasi sebagai calon pemimpin eksekutif? Entahlah, saya tidak cukup tahu.

Apatis. Saya mengaku adalah bagian dari mereka yang apatis pada kampus saya sendiri belakangan ini, walaupun masih tergolong sedikit apatis.  Sebenarnya saya bukanlah seorang yang apatis sejak awal perkuliahan saya, saya pernah aktif di berbagai kegiatan kampus sejak menjadi mahasiswa. Tetapi sekarang saya memilih sedikit apatis dan banyak juga teman seperjuangan saya yang seperti saya. Mereka memilih apatis. Karena kebusukan-kebusukan yang ada. Memang, manusia-manusia di dalam struktur itu selalu bertukar setiap tahunnya, tetapi mereka berasal dari kalangan yang sama, dan dengan mudahnya mereka menjadi boneka-boneka dari “yang dituakan” di kelompok mereka. Lalu, kalau kalian apatis, tidak suka, mengapa kalian berubah menjadi peduli, katanya kalian independent? mereka yang independent, bukan tidak mau, mereka selalu di kalahkan sebelum berperang, banyak dari kalangan itu-itu saja yang dipilih. Sudah ada persekongkolan sebelumnya, tim horenya banyak, cara yang digunakan busuk, terkadang bisa saja memecah konflik hingga dekanat turun tangan.

Jadi jangan salahkan mereka mengapa menjadi tidak peduli terhadap organisasi, terhadap kegiatan kampus dan sebagainya. Kami bukan budak dan kami bukan penjilat kekuasaan. 

Cerita diatas adalah sudut pandang saya, itu terjadi sudah lama sekali. Mungkin saja bisa salah, mungkin bisa benar.
Share: