from google |
Friday, February 5, 2016
Monday, December 14, 2015
Sing For You
하지 못한 고백을
혹은 고집스레 삼킨 이야기를
노래 하나 만든 척
지금 말하려 해요
그냥 들어요 I’ll sing for you
사랑한다 말 안 해
어색해 자존심 허락 안 해
오늘은 용기 내서 나 말할 테지만
무심히 들어요 I’ll sing for you
내게 얼마나 큰 의미인 걸까
하고픈 말 놓쳐버린 말
고백할 테지만 그냥 들어요
I’ll sing for you sing for you
그냥 한번 듣고 웃어요
내겐 그대 밖에 없는데
가끔은 남보다 못한 나
머리칼을 부비고
안기고 싶은 건데 말이죠
내게 얼마나 큰 의미인 걸까
돌아서며 후회했던 말
사과할 테지만 그냥 들어요
I’ll sing for you sing for you
아무렇지 않은 척해요
신께서 주신 내 선물
오늘이 지나면
난 또 어색해 할지도
하지만 오늘은 꼭 말하고 싶어
그러니 들어요
내게 얼마나 큰 의미인 걸까
하고픈 말 놓쳐버린 말
고백할 테지만 좀 어색하지만
그냥 들어요
I’ll sing for you sing for you
그냥 들어요 I’ll sing for you
Selain lagu ini, juga ada lagu Lightsaber yang merupakan kolaborasi dengan film Starwars.
Sunday, November 22, 2015
Menonton Televisi
Wednesday, June 17, 2015
Yuk Kita Mulai !
Pagi nanti, bulan Ramadhan akan datang. Bulan penuh keberkahan. Setiap tahun suasana Ramadhan saya berbeda-beda, baik suasana dan rasa.
Ramadhan delapan tahun lalu masih ada mama, bahagia. Ramadhan delapan tahun lalu belum baligh juga. Ramadhan lima tahun lalu, lupa, yang jelas baru jadi mahasiswa. Ramadhan tiga tahun lalu juga berbeda, sedikit bahagia. Ramadhan dua tahun lalu juga berbeda, bersama teman-teman kuliah kerja nyata. Setahun lalu, dirumah saja. Tahun ini, saya bekerja. Alhamdulillah Tuhan menjabah doa saya.
Ramadhan selalu ditandai dengan iklan sirup. Ramadhan selalu datang tepat waktu. Ramadhan selalu menantikan takjil yang enak-enak, kolak ubi, cendol, bubur dan lainnya saya lupa. Bedanya sudah lama saya tak menonton shitnetron Ramadhan, terakhir yang main Krisdayanti.
Semoga Ramadhan tahun ini lebih mengerti diriNya dan diri sendiri. Semoga menjadi lebih baik dan lebih sadar akan pentingnya beribadah. Maaf lahir bathin semua, selamat puasa, selamat mengumpulkan pahala, agar masuk surga, tapi jangan lupa beli baju raya.
Ramadhan, Yuk Kita Mulai !
Wednesday, November 12, 2014
Aku...Kecanduan
Apa yang saya alami dan jalani sekarang adalah hal yang saya tidak sukai di kehidupan saya di masa lalu. Saya tidak perlu menuliskannya disini karena sebuah alasan, tentu bukan hal yang buruk, hanya saja saya belum siap untuk memberitahukannya, tetapi beberapa teman-teman dekat saya sudah mengetahui dan reaksi mereka tertawa seperti bajingan menang perang. Saya hanya takut reaksi orang-orang yang kenal saya sejak lama.
Sejak saat itu, kehidupan saya sedikit berubah sejak itu. Dengan ini, saya belajar bahwa "don't judge a book by its cover". Saya benar-benar berhati-hati untuk tidak menyukai sesuatu jika saya tidak benar-benar tahu. Saya merasa kalimat-kalimat benci dimasa lalu, menjadi kebalikkannya sekarang. Ternyata benar, BENCI itu BENAR-BENAR CINTA. Hahaha
Monday, November 3, 2014
Larutnya kehidupan ke Dalam Media Sosial
Ditambah dengan adanya aplikasi media sosial seperti facebook, twitter, path dan yang lainnya dimana sekarang sedang ramai dikonsumsi dan membuat kehidupan kita larut ke dalam media sosial. Media sosial awalnya di ciptakan untuk mempermudah kita untuk berkomunikasi, ternyata memiliki banyak dampak.
Media sosial semacam kehidupan kedua setelah dunia nyata, apa yang kita rasakan, kita tulis dan kita bagi di media sosial. Seolah-olah tidak ada yang dapat kita ajak untuk berbagi di kehidupan nyata kita, dan setelah kita membuat status di akun media sosial milik kita, entah itu Facebook,Twitter atau path, banyak orang (yang bahkan tidak kita kenal) mengomentari atau menyukai apa yang kita tulis, yang sebenarnya mereka tidak benar-benar tahu.
Media sosial juga bisa membuat kita terkenal, seperti di twitter. Banyak orang terkenal karena berkicau di twitter, tentu ada yang berbobot ada juga yang sampah. Di dunia pertwitteran dinamakan kultwit, kuliah twitter. Mereka akan membagikan informasi atau hal apa saja yang menurut mereka menarik untuk dibagikan, masalah berguna atau tidak, itu urusan nanti, yang penting kultwit dulu, ngumpulin banyak followers dan kemudian di retweet, dan melahirkan selebtwit, hingga menjadi buzzer-buzzer salah satu politisi atau tokoh politik. Terlebih ketika sedang ada pertandingan sepakbola, yang dianggap permainan yang paling mulia di dunia, sedang di putar dilayar kaca. Twitter bisa menjadi ruang bising, penggemar sepakbola yang ada di twitter, lansung bersuara lewat akun-akun mereka. Kuasa dibalik kata-kata.
Dan sekarang aktivitas kita bisa dimonitor secara lansung oleh teman-teman kita. Dunia memiliki path. Banyak pemakai path yang check-in dimana ia berada, sedang mendengarkan lagu, menonton film, membaca buku bisa terlihat di path. Path semacam bentuk ajang mempresentasikan diri kita lebih ekstrim. Karena fitur-fitur yang diberikan seperti itu.
Dizaman yang secanggih ini, seperti yang dikatakan giddens, tak ada waktu dan ruang yang istimewa, ruang semakin lama semakin tidak dipakai, maksudnya dalam orang berhubungan dengan orang yang berjauhan jarak fisik, seperti mereka yang sedang pacaran jarak jauh, mereka yang ingin membeli barang dari luar kota, mereka tidak butuh tempat atau ruang fisik. Mereka tidak butuh ruang fisik dan waktu yang sangat lama lagi, mereka hanya butuh aplikasi video call dan belanja online, ya tentunya pertemuan yang sebenarnya mereka juga sangat butuh dan belanja online butuh waktu juga untuk barang sampai, tapi disini itu diluar konteks yang dikatakan oleh giddens. Contoh lain ketika Presiden melakukan teleconference kepada bawahannya, seperti yang kita lihat sewaktu pertama kali Jokowi dilantik, tidak perlu bertemua dulu baru mendengarkan keluhan, sekarang tinggal teleconference saja.
Media sosial sekarang lebih banyak dipakai sebagai alat pencitraan diri oleh kaum-kaum politik, mereka berdramaturgi, begitu dikatakan oleh Erving Goffman jika beliau masih hidup. Membangun citra diri sebaik mungkin dan di share di akun miliknya sendiri dan buzzernya.
Kita semakin pasif, semakin tidak bisa membedakan antara yang nyata atau hanya sekedar tontonan. Kita kehilangan substansi pertemuan yang sesungguhnya, kualitas melebihi kuantitas. Mungkin di masa depan pertemuan di dunia nyata adalah hal yang langka, mungkin.
Isi obrolan saya dan teman saya mungkin aneh, memalukan, tak sopan, dan kacau balau. Mungkin ketika itu pikiran kami sedang tidak karuan dan dangkal.