Tuesday, March 26, 2019
Thursday, January 24, 2019
Jangan Jadi Down Sama Hidup
Sunday, December 30, 2018
Ready for Run in 2019
![]() |
Harry Styles saat OTRA bersama 1D di Jakarta 2015 lalu |
I'm ready to run.
Sunday, December 24, 2017
Racauan Akhir Tahun
Tuesday, June 20, 2017
Seperti Kata Tulus
Thursday, January 12, 2017
Stress ! Go Out !

![]() |
Maia gak pake y tapi pake i |
Friday, January 6, 2017
Pulang ke Pekanbaru
Wednesday, November 30, 2016
Menikmati Kamu
Saturday, October 1, 2016
Kegairahan Baca Buku
Saturday, July 30, 2016
Biasanya
Sudah pukul 01.42 dinihari.
Rumah rasanya beda. Beda banget.Setiap pulang kerumah, selalu emosional, ada yang hilang. Masih gak percaya. Biasanya Abah selalu telpon saya saat perjalan puang dari Pangkalan Kerinci ke Pekanbaru. Setiap Sabtu siang, suara beliau selalu terdengar diujung telepon "Dijemput dimana, nak?". Sekarang sudah tidak ada lagi. Setiap saya masuk rumah biasanya dari jendela pasti melihat Abah sedang nonton. Sekarang pun tv jarang ada yang nonton. Biasanya juga kita setiap weekend minum kopi di boffet abang dan makan nasi goreng di dekat Djuanda. Sekarang itu itu sudah jadi kenangan dalam pikiran saya.
Sebulan sudah aku tanpamu
Rasanya berat
Kok cepat ya
Baru aja kemarin maaf-maafan sebelum masuk puasa, rupanya kita gak bareng di lebaran kali ini.
Maaf karena gak sering pulang tiap minggu.
Maaf, gak bisa pulang di minggu terakhir yang harusnya saya bisa lihat abah,nyesal banget rasanya gak pulang.
Tenang di sana Abah, I always love you, my handsome Dad. Sudah bahagia sama Ibu di sana.
Saturday, December 19, 2015
Pacar dan Pasangan
Saya pun tidak dapat membayangkanya.
Thursday, December 10, 2015
Mau Apa ?
Tuesday, November 17, 2015
Ada Sesuatu Yang Selesai
Semua tidak bisa dipaksakan. Kita saling bertatapan, hening tanpa kata, menutup pembicaraan sambil melambaikan tangan . Hati saya bergetar, saya melamun menatap dinding kamar saya. Diam.
Sunday, September 13, 2015
Ketika Kita Mulai Lemah Karena Asap
Ini postingan kedua saya tentang kabut asap.
Hampir sebulan kami masyarakat Riau menghirup partikel debu halus yang berbahaya. Bahkan kami lupa, bagaimana rasanya menghirup udara segar yang semestinya kami dapatkan. Hak kami menghirup udara segar direbut oleh negara yang sukanya sekongkol dengan pelaku pembakar hutan.
Setiap hari kami mengeluh dengan tebalnya asap. Setiap hari kami menuliskan isi keluhan kami di media sosial. Tapi kabut asap tak juga hilang.
Setiap hari ratusan hotspot terdeteksi satelit. Itu baru yang terdeteksi, mungkin masih banyak lagi yang tak terdeteksi. Setiap hari membaca berita, kami merasa marah. Tapi, mau marah yang bagaimana? Protes sudah dilakukan berbagai kalangan. Tapi asap tak kunjung pergi dari Riau.
Bahkan kami sudah membawa Tuhan ke masalah ini. Kami berdoa menurut agama masing-masing. Umat Islam sholat Istiqo, umat kristiani berdoa di gereha, umat Budha berdoa di Vihara, Hindu di pura. Sekarang harapan kami cuma satu, Tuhan yang maha kuasa. Kami hampir kehilangan kepercayaan kepada pemerintah. Tak bisa menuntaskan masalah ini. Bahkan menurut mereka ini bukan kategori bencana.
Kami mengundang Presiden Jokowi ke daerah-daerah yang diselimuti asap. Perintahkan lansung kepada jajarannya untuk memadamkan api. Kalau tak padam, jangan beranjak dari sana. Tapi apa daya, dia sudah ada di Arab Sana. Katanya kunjungan kerja. Slogan Ayo Kerja hanya cerita belaka.
Pemerintah daerah masing-masing saling menyalahkan "ini kabut asap kiriman Jambi, ini kabut asap kiriman Sumsel, ini kabut asap kiriman Riau". Entahlah, kebiasaan kita mengkambinghitamkan. Kemudian kita disuruh mengambil hikmah dibalik bencana.
Kami sekarang hanya pasrah. Mau mengungsi kemana? Hampir seluruh Sumatera diselimuti kabut asap. Kami hanya bisa berkumpul dan beribadah dengan keluarga. Kami pasrah, sampai mana kabut asap ini menyerang tubuh kami yang mulai lemah karena asap.
Semoga Tuhan selalu menjaga kita semua dan mencelakai mereka pelaku pembakar hutan.
Tuesday, July 14, 2015
Postingan di Hari Ulang Tahun
Thursday, April 30, 2015
Bercerita Tentang Sepi
Dari tadi saya mengetik, kemudian menghapus, mengetik lagi, kemudian menghapus lagi. Yang saya tulis maksudnya cuma satu, tentang rasa sepi dalam diri manusia.
Entah mengapa saya begitu susah menuliskannya. Sama seperti saya saat buang air besar kemarin. Susah dan butuh usaha keras. Maaf analogi saya sedikit jorok, itu sekarang yang ada dipikiran saya.
oke here goes :
Saya mengerti mengapa Tuhan menyusupkan rasa sepi ke dalam diri umatnya, ternyata untuk mendekatkan diri denganNya. Mungkin sebagian diantara kita termasuk saya, hanya mengingat Tuhan ketika kondisi jiwa atau mood kita sedang tidak baik. Misalnya, masalah yang sedang kita jalani terasa berat, sehingga mengakibatkan pikiran suram dan perasaan gelisah, tapi tidak basah.
Walaupin kita mempunyai seseorang yang selalu ada buat kita, tetap tak bisa menghapus rasa resah dan gelisah yang ada dipikiran dan hati kita. Padahal kita sudah menceritakan apa yang kita rasakan, tapi itu tak cukup membuat kita lega.
Bebeda, ketika kita berdoa kepada Tuhan, perasaan dan pikiran yang suram tersebut hilang seketika. Itulah yang selalu saya rasakan.
Sebagai makhluk ciptaannya, terkadang saya sering lupa kewajiban saya, tapi Tuhan tidak pernah lupa apa yang saya inginkan dan saya butuhkan. Dari sekian juta doa saya ketika kecil, beberapa dikabulkanNya. Tapi saya saat ini masih sangat sangat kurang bersujud dan beribadah kepadaNya.
Setelah saya baca kembali, tulisan saya yang ini terdengar semacam pengakuan dosa, dan kekesalan saya terhadap diri saya sendiri. Saya memang dalam kondisi yang tak baik. Terlalu banyak volume tekanan dari berbagai penjuru. Membuat hati tak tenang.
Sudah dua hari ini saya bertemu dengan orang-orang yang pernah ada di kehidupan saya di masa lalu lewat sebuah mimpi. Orang-orang yang pernah dikatakan spesial. Saya tak ingat mimpinya bagaimana, yang saya ingat hanya bermimpi bertemu mereka, sesederhana itu.
Padahal saya sebelum tidur tak oernah berpikir tentang mereka, setelah mimpi ini barulah saya memikirkan, apasih maksudnya. Kenapa kok bisa dimimpiin gitu ya?
Sunday, April 12, 2015
Happy Virus
Hari ke 12 di bulan April. Sekarang pukul 11.14 di jam handphone saya. Saya sedang tidak ingin berpikir tentang hal-hal yang berat dan yang tidak membuat saya bahagia.
Saya ingin bercerita tentang sesuatu yang bahagia. Salah satu hal yang membahagiakan di dunia ini adalah jatuh cinta. Kita, sebagai manusia normal memang wajib jatuh cinta, tanpa terkecuali. Walaupun banyak diantara kita yang memilih hidup melajang sepanjang hidupnya, saya yakin mereka juga pernah jatuh cinta, walaupun saya belum bertanya lansung.
Saya sempat berpikir seperti itu. Hidup tanpa pasangan, bekerja keras mengumpulkan pundi-pundi rupiah, membuka usaha, sukses, setelah itu berkebun atau melakukan perjalan.
Pikiran saya saat itu sempat diprotes oleh teman-teman saya. Tetapi waktu itu, hidup sendirian lebih menarik. Kita tidak diikat oleh yang namanya pernikahan, pacaran atau semacamnya, kita menjadi manusia bebas. Saat itu saya membaca buku dari seorang seoranh filsuf prancis, namanya saya lupa, ia mengaakan bahwa pernikahan adalah penindasan secara halus. Setelah menikah, istri diwajibkan untuk melayani suami, istri harus mendahulukan suami, istri harus selalu meminta izin suami dan semacamnya. Menurut saya ini memang penindasan secara halus, entah mengapa sampai sekarang saya berpikir bahwa itu hal yang tak adil. Seperti lagu yang pernah saya dengar, wanita dijajah pria sejak dulu, sejak dulu wanita dijajah pria...
Sekarang, saya masih berpikir untuk hidup sendirian hingga usia 30 tahun. Saya ingin memuaskan hasrat melajang saya dahulu, baru saya akan memikirkan hal-hal yang menjadi sunnah nabi di agama saya.
Tetapi, sekarang ada hal yang membahagiakan singgah ke hidup saya. Rasanya seperti hal konyol yang saya rasakan. Ah, biarlah virus merah jambu ini terus menerus menggerogoti perasaan saya entah sampai kapan.
Saya mulai melakukan hal bodoh setiap pagi, melihat hp dan kemudian menuliskan berbagai kalimat-kalimat manis, kemudian menghapusnya, menuliskan lagi, menghapus lagi. Ya, saya ingin pesan singkat yang tak seberapa itu dibaca begitu sempurna, berharap yang membacanya tersentuh sandi jiwanya.
Saya hanya berharap semesta mempertemukan kami, disengaja ataupun tidak di sengaja suatu saat nanti. Jika diizinkan, dapat bersinggungan. Amin.
Friday, April 3, 2015
Rutinitas
Beberapa hari belakangan saya merasa tak bahagia, merasa kehilangan semangat, susah konsentrasi. Kegiatan beberapa bulan ini mungkin membuat saya bosan. Rutinitas ini mulai membuat isi kepala runyam, seperti terserang dementor dalam film Harry Potter.
Mesin semangat saya sepertinya sedang turun. Saya sudah berusaha membuangnya, saya sudah pergi menonton sebuah film, bernyanyi sampai kehabisan tenaga di ruang karaoke bersama teman saya, pergi sendirian ke suatu tempat ramai. Tetapi semua itu tak ampuh untuk mengembalikan semangat saya.
Kadang saya pikir, saya harus melakukan sesuatu yang baru. Tetapi untuk saat ini saya belum bisa, saya belum mampu. Saya ingin sekolah lagi, itu saja. Saya rindu membahas manusia yang sekarang sudah terlalu mainstream, termasuk saya juga di dalam lingkaran itu, terkadang.
Saya rindu perjalanan. Rindu ke tempat asing, rindu mendengar aksen yang berbeda, bahasa yang berbeda, rindu udara segar, rindu melarikan diri sejenak.
Sebagai manusia, saya mengalami kesulitan besar untuk memusatkan perhatian pada masa sekarang. Saya selalu berpikir tentang apa yang telah saya lakukan, tentang bagaimana saya seharusnya melakukannya, tentang berbagai konsekuensi perbuatan saya, dan tentang betapa saya tidak berbuat seperti yang seharusnya.
Atau saya berpikir tentang masa depan, tentang apa yang akan saya lakukan besok, pencegahan-pencegahan apa yang harus saya lakukan, bahaya-bahaya yang menanti saya di masa depan sana, bagaimana cara mencegah apa yang tidak saya inginkan dan bagaimana cara mendapatkan apa yang selalu saya dambakan.
Menggunakan kata-kata tidak berarti apa-apa. Saya harus menceburkan diri saya yang sudah tercemar dengan rutinitas.
Sebenarnya bukan rutinitas yang jadi masalah. Saya hanya tidak bahagia.
Tuesday, March 3, 2015
Perasaan Tidak Tertolong
Setiap hari dikantor saya selalu dibecandain dengan salah satu layouter. Hahaha. Ini terjadi setiap saya piket saat malam hari. Bagi saya tidak ada masalah.
Ngomong-ngomong masalah pacaran, saya baru merasakan satu atau dua kali. Itu bisa bertahan hingga bertahun-tahun. Dan saat kami masing-masing menjauh, melupakan adalah hal yang sulit. Semakin saya ingin melupakan, saya selalu kalah dengan kenangan.
Sampai sekarang saya belum berani untuk berpacaran, jatuh cinta itu membuat saya lupa bahwa saat kita jatuh cinta, kita harus siap menerima resiko jatuh terlalu dalam. Sebut saja patah hati. Patah hati itu menyakitkan. Sampai-sampai perasaan saya tidak tertolong. Hal-hal yang dulu saya lakukan bersama-sama dengan dia dan saya tinggalkan. Saya mengubah kebiasaan saya.
Dengan itu saya sedikit berhasil. Perasaan saya sedikit tertolong.
Dan juga, Saya sedikit menjaga jarak dengan orang-orang yang terlalu kepo dengan kehidupan saya. Karena saya tidak suka orang terlalu banyak bertanya tentang saya lansung kepada saya. Saya pasti akan menceritakan hal apapun yang saya rasakan, dengan senang hati. Seperti sekarang dengan orang yang saya temui di sebuah perjalan tahun lalu.
Ah, kegilaan in engah sampai kapan.
Wednesday, June 4, 2014
Menjelang Subuh
Saya memang tak pandai berkata-kata manis, berpuisi, menulis indah. Tetapi ada sesuatu hal yang ingin ditulis, begitu otak saya memerintahkan jari-jari saya. Di tengah malam menjelang Subuh yang hujan, Mengutip Sapardi "aku ingin mencintaimu dengan sederhana" .