Showing posts with label Kacau. Show all posts
Showing posts with label Kacau. Show all posts

Friday, June 27, 2014

Hal Yang Dituntut

Ada hal yang mengganggu ketenangan saya sekarang. Ada beberapa pertanyaan yang mengganggu, membuat kesal. Pertanyaan seolah-olah cepat lulus tidak ada gunanya. “buat apa lulus cepat kalau akhirnya nganggur juga?”. “Ngapain harus di Pekanbaru, Pekanbaru enggak berkembang”.  “enggak bosan nganggur?”.

Mungkin bagi banyak orang lulus cepat adalah sebuah impian, bagi saya lulus dengan cepat itu adalah keberuntungan. Saya beruntung mendapatkan dosen pembimbing yang terbaik, saya beruntung sifat malas dan pesimis saya hilang ketika saya mengerjakan skripsi, saya beruntung diberi kesempatan untuk mendaftar wisuda yang kala itu sudah tutup, saya beruntung bisa membahagiakan Bapak saya, melihat anak terakhirnya yang ia besarkan 7 tahun sendiri dapat lulus dengan cepat. Bagi saya yang paling penting dari semua itu adalah bagian terakhir dari lulus dengan cepat. Lulus dimana saat orang tua berbahagia setulus-tulusnya untuk anak yang dibesarkannya dengan keringat dan air mata. 

Banyak teman saya ketika lulus kuliah, bahkan ada yang sebelum lulus sudah mendapatkan pekerjaan. Saya hingga menuliskan ini saya masih dengan status ‘bebas’. Saya bukan tidak berusaha, saya berusaha. Saat ini saya masih memikirkan perusahaan yang memanggil saya untuk bergabung, pekerjaan yang saya idamkan, tetapi saya dengan berat hati menolak, karena saya tidak mendapatkan izin orangtua. Saya mengikuti kehendak orangtua saya, saya tidak pergi. Tante-tante saya juga bilang jangan pergi, temani Bapak. Saya mengerti, mungkin ketika saya tetap memaksa untuk pergi, mungkin beliau akan merasa sepi dan sedih. Saya tidak tega melakukan itu, saya tidak memaksakan kehendak, saya merasa terlalu jahat untuk seperti itu. Karena selama ini tidak terhitung apa yang Bapak dan keluarga saya berikan dan lakukan untuk hidup, khususnya pendidikan saya.

Seiring saya masih berusaha, hari-hari “bebas” ini saya merasa waktu saya tidak terhimpit dan weker yang berteriak untuk sementara waktu. Untuk sementara waktu, saya tidak menjadi buruh, atau budak, atau kelas menengah memakai blazer yang tetap saya budak. Asal waktu mati dan siang terisi, pagi terkesan sibuk, dan malam dapat tidur dengan pulas. Dan sementara waktu ini hanya menjadi diri sendiri, mengenal diri, mengenal alam.  Tentunya saya terus  berusaha mendapatkan hal-hal yang dituntut oleh sistem, masyarakat dan hidup. Semoga fase ini cepat berlalu.

Share: